32. Sakit

962 119 65
                                    

Happy Reading🧡💐

Follow IG :
@alfinorrefaldika
@_zaaf
@atarrafiandra_
@rikiellnandgantengv
@ini_argastiawan
@Restantiawelfandra_
@Novalarga_Rafiandra
@gresyiaxhirenwp

Tik tok :
@zaavcrwt
@gresyia_xhirenwp

****

Iza dan Resta berjalan gontai keluar dari lapangan Indoor dengan keringat bercucuran memenuhi pelipisnya. Mereka hanya habis bertanding basket dengan kelas sebelah. Ke dua gadis itu juga mengenakan seragam basket warna Biru dan abu-abu.

Mereka terduduk lemas di bawah pohon beringin, tepatnya di pinggir lapangan Outdoor. Masing-masing kepala mereka sandarkan di sandaran kursi. Suasana yang sejuk membuat mereka berdua nyaman. Resta dan Iza sama-sama memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang mampu menyejukkan badannya.

"Gila, kelas sebelah ceweknya manja semua. Baru aja jatuh, dah teriak-teriak kek orang kesurupan," gerutu Resta tanpa berniat membuka matanya.

Iza tertawa pelan. "Gue sebenernya juga manja, Res. Ya, tapi gak ada yang mau gue manjain." Iza membuka mata, matanya kemudian tertuju pada dedaunan lebat yang bergoyang karena angin.

"Za!"

Iza menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum saat tahu siapa yang datang dan memanggilnya.

"Fino!" Iza melambaikan tangannya dengan senyuman.

Resta yang tersadar dengan kedatangan Fino, langsung menegapkan badannya dan berdeham berkali-kali.

"Baru kemarin marahan terus baikan, marahan—baikan gitu aja terus ya, HTS mulu, kasian lo, Jah!"

Iza melirik Resta tajam, mulutnya gak bisa di rem apa? Iza kemudian tersenyum ke arah Fino. "Gak usah di dengerin."

Fino mengangguk, cowok itu terlihat berkeringat, sepertinya habis bermain Voli. Entah apa yang membuatnya menghampiri Iza kemari, tidak biasanya seperti ini.

Resta mendesis. "Huhhh, yaudah lanjutin, gue pergi dulu, haus, bye!" Resta langsung pergi menjauhi Iza dan Fino, sebelum itu dia sempat menatap Fino dengan tatapan tajam, ada hasrat terpendam untuk membunuh Fino yang selalu memberi temannya ini harapan palsu.

Iza menghela nafas setelah kepergian Resta, kemudian mencoba tersenyum di hadapan Fino. "Kenapa, Fin?"

Fino menghembuskan nafasnya pelan, lalu duduk di samping Iza. "Cuma pengen ketemu Lo."

Iza mengerutkan keningnya saat nada bicara Fino terlihat lesu. "Capek, ya?" tanya Iza memastikan.

Fino mengangguk pelan, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia juga tidak ingin basa-basi menanyakan apakah Iza habis bermain basket atau tidak. Fino hanya menangkap Iza tengah mengenakan kaos basket di badannya, itu sudah cukup jelas dan menurutnya itu tidak penting.

"Bentar, ya. Aku beliin minum dulu." Iza beranjak bangkit dari duduknya tapi buru-buru di cegah Fino.

"Gak usah," balas Fino sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa?" tanya Iza lalu kembali ke posisi semula.

"Cuma pengen pinjem pundak Lo."

ALFINO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang