•
•
•
Happy Reading***
"INI MIMPI, RIK!! LO GAK USAH NGACO!! BURU TAMPAR GUE, BEGO!!" Atar emosional, tangan Riki ia arahkan untuk menamparnya. Pasrah, itulah yang dilakukan Riki.
Tangisan mereka benar-benar pecah. "Tolong, bangunin gue!!" rintih Atar dengan suara tertahan.
Riki terisak hebat, begitu juga Arga. "Fino udah gak ada!" Arga memperjelas semua dengan suara bergetar. Arga memeluk jasad Fino dengan erat, menyalurkan semua kesedihannya di badan sahabatnya yang sudah tak bernyawa itu.
"Gue marah sama lo, Fin! Ayo, bangun! Gak usah lawak lo! Mau gue geprek, hah?" Atar lagi-lagi menyangkal semuanya dengan air mata yang terus bercucuran.
"Dia gak akan hidup kalo gak di operasi."
"Operasi ya operasi aja, kenapa harus ditunda-tunda?"
"Lo sayang kan sama Iza? Lakuin aja operasinya, pasti berhasil."
"Andai operasi itu berhasil, gue mohon jangan marah sama gue."
"Kita yang salah, kita yang suruh operasi secepatnya!" ujar Riki dengan suara tertahan. Ia menatap Fino yang sudah terpejam tenang di sana, wajahnya menunjukkan kedamaian yang makin membuat semuanya menangis.
"Kenapa lo gak bilang kalau ini operasi pergantian jantung, seenggaknya lo bisa ngomong sama kita, dan kita bisa bantu buat cari pendonornya, jadi lo gak usah berkorban kayak gini!!" Arga mengusap air matanya, kasar.
"Shut! Percuma lo ngomong kayak gitu! Fino gak akan kembali! Fino gak akan buka mata lagi! Ngeliat kita pun-enggak bisa, Ga, Rik!" Suara Atar melemah.
***
Atar, Arga dan Riki memasuki ruang rawat Iza dengan keadaan kacau. Iza yang sudah siuman dan masih lemah itu hanya bisa memandangi mereka dengan senyuman kecil.
Waktu menunjukkan pukul 23.50, setelah lama menetap pilu di kamar jenazah, mereka bertiga memutuskan untuk menemui Iza. Mereka mencoba tersenyum sebisa mungkin, meski nyatanya itu sangat sulit.
"Hai." Arga melambaikan tangannya pada Iza. Cowok itu mati-matian menahan isaknya, begitu juga Atar dan Riki.
Iza tersenyum simpul. "Hai," jawab Iza dengan suara rendah.
Iza mengamati ketiga cowok itu, perasaannya dibuat tidak enak karena mereka. Mengapa mereka menangis? Apa terjadi sesuatu? Dan di mana Fino? Seperti itulah beberapa pertanyaan yang ada di benak Iza.
"Kalian kenapa?" tanya Iza.
Arga menggeleng. "Gak papa, cuma seneng lo sembuh," ucap Arga diangguki Atar dan Riki dengan serempak.
"Fino mana...?" Mata Iza menelusuri setiap sudut ruangan, mencari keberadaan pria yang dicintainya.
"Ada," balas Atar dengan suara bergetar.
"Di mana...? Iza mau ketemu sama Fino."
"Dia ada di sini, sebentar lagi datang. Tunggu jam 12 malam, ya?" ujar Atar melembut. Atar tak bisa membayangkan, bagaimana sedihnya dan terpuruknya Iza saat mengetahui Fino sudah tidak bernyawa. Fino sudah terbujur lemas di kamar jenazah, tertutup kain putih yang akan menjadi baju terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFINO (TAMAT)
Teen Fiction"Kalau gue kalah, Lo taruhannya." "Gak papa, jadi kamu harus menang demi aku." Just Fiksi🌻 #1 - ALFINO (16 Des 2021) #1 - Rumit (20 Feb 2022) #2 - Rumit (27 Feb 2022) #3 - Rumit (28 Feb 2022) #5 - Rumit (14 Mar 2022) #4 - IPS (09 Jul 2022) #3 - IPS...