28. Selalu Di Pertemukan

863 134 146
                                    

Happy Reading 🧡

Oke makin lama makin flop
Tapi aku up aja sampe end☺️💔

-

"Arghh." Fino memegangi kepala belakangnya yang terasa nyeri karena terbentur tembok depan kelas dengan sangat keras. Fino berpas-pasan dengan gadis yang akan terjatuh dari dalam, sehingga dirinya ikut terdorong ke belakang. Alhasil kepalanya terbentur tembok sementara gadis itu yang tidak lain adalah Meiza, baik-baik saja.

Arga dan Riki buru-buru menolong Fino untuk bangkit, sementara Iza di buat panik setelah mengetahui dengan pasti cowok yang bertabrakan dengannya tadi adalah Fino. Demi apa, Iza kembali di pertemukan dengan Fino dan dengan cara seperti ini.

Kini, mereka tengah menjadi pusat perhatian semua siswa dan siswi yang berada di koridor.

Fino bangkit di bantu Arga dan Riki. Iza juga ikut bangkit sambil membenarkan roknya yang berantakan dengan raut khawatir, menatap Fino penuh rasa bersalah.

Mata cowok itu terpejam cukup lama sambil memegangi serta menekan belakang kepalanya yang terasa perih.

"Kamu gak papa, Fin?" tanya Iza seraya mengigit bibir bawahnya, cemas.

Fino menggeleng lemah. "Gue gak papa," jawabnya dengan mata terpejam.

Arga menabok tangan kiri Fino agak kasar. "Lo apa-apaan ngomong 'gak papa'? Lo berdarah, Sat!" sentak Arga menatap luka itu tajam. Arga, cowok itu benci sekali dengan sebuah luka yang ada darahnya.

Fino baru sadar jika kepalanya berdarah. Cowok itu membawa tangannya untuk lepas dari area belakang kepala. Benar, tangannya merah di penuhi bercak darah yang sangat pekat. Pantas saja rasanya sakit.

"Ayo, ke UKS!" ajak Iza menarik lengan Fino dengan raut bersalah. Fino tidak bergerak sedikit pun, enggan untuk mengikuti arahan dari Iza.

"Gue gak papa."

"Gak papa apanya! Itu berdarah, Fino! Kalau geger otak gimana?" omel Iza.

"Hm." Fino hanya membalas Omelan Iza dengan gumaman, membuat Iza ingin sekali menjambak karena kesal.

"Rik, ambilin tisu!" titah Fino santai.

Riki mengangguk meski heran dengan sikap temannya ini yang tidak seperti biasanya. Riki membuka ranselnya dan mengambil tisu mini yang harganya seribuan di warung Mbak Yesi.

"Nih." Riki memberikannya pada Fino.

"Mau buat apa!" sentak Iza kesal, kesabarannya sudah di ujung tanduk.

"Bersihin darah." Fino membuka segel tisu itu dengan kasar, lalu mengambil sehelai tisu dan mengusapkannya ke area yang berdarah tadi.

"Arghh," ringis Fino saat lukanya tidak sengaja tertekan oleh tangannya sendiri.

Iza semakin ketar-ketir melihat Fino yang kesakitan seperti itu. Ia melepas pegangannya dengan kasar kemudian beralih menyahut tisu dari tangan Fino.

"Udah di bilangin ke UKS, jadi orang jangan bandel!" omel Iza dengan tangan mengusap-usap bagian belakang Fino, membersihkan darahnya yang keluar cukup banyak.

ALFINO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang