•
•
•
Happy Reading***
"IZAA!!!!"
Fino terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Mimpi itu begitu menakutkan, terasa seperti nyata. Fino mengusap air matanya yang turun tanpa disadari. Ia masih mengumpulkan separuh nyawanya yang hilang.
Padahal niat Fino pulang ke rumah hanya ingin mengambil beberapa baju dan buku untuknya ujian besok. Entah buku itu akan terbaca atau tidak yang terpenting dia membawanya.
Fino segera kembali ke rumah sakit saat semua sudah tertata rapi di tas ranselnya. Fino tersadar jika sekarang sudah cukup larut, jam 23.30 tepatnya. Pantas saja Fino tertidur begitu pulas tadi hingga mimpi hal menakutkan seperti itu.
Fino sampai di rumah sakit tepat jam 12 malam. Sekitar 30 menit perjalanan ditempuhnya. Suasana rumah sakit begitu sepi, padahal biasanya masih ramai orang berobat.
Fino memasuki kamar dengan hati-hati, takut jika teman-temanya kaget dan terbangun, tapi di luar dugaan, mereka masih asik bermain di jam segini.
"Belum tidur?" tanya Fino pada semua.
Atar, Arga dan Riki menggeleng kompak, hanya Noval yang tidak menggeleng. "Push Rank," jawab Riki.
"Tidur aja, biar gue yang jaga. Besok ujian," titah Fino seraya menurunkan ranselnya dari pundak.
"Bentar lagi."
"Fin!" panggil Noval.
Fino yang tengah mengambili buku dalam tas itu hanya bergumam singkat. "Hm?"
"Besok jadi datengin perusahaannya satu-satu?" tanya Noval diangguki singkat Fino.
"Harus, gue mau hari ini juga masalah itu kelar."
Noval mengangguk mengerti. "Gue juga pengen masalah ini cepet kelar dan Iza cepet sadar dan sembuh." Noval melirik sekilas Iza yang berada di brangkar dengan tatapan sendu. Dia rindu gadis mungil itu.
"Iza bakal sembuh kalau ada yang donorin jantung, dan gue masih belum berhasil nemuin pendonor yang tepat. Kalaupun gue bisa nemuin, ini bakal jadi hadiah teristimewa gue buat lo, Za..."
Fino menatap ke arah jam dinding. Jam 00.30 dini hari. 23 jam lagi adalah hari ulang tahun Fino. Hari yang tidak pernah ia inginkan sedari dulu. Hari dimana ia dilahirkan ke dunia, dan hari di mana dia harus menanggung beban dunia yang begitu berat sendirian.
Fino beralih menatap Iza. "Sebentar lagi, ya?"
***
Ujian Tengah Semester telah berlangsung 30 menit yang lalu. Semua mengerjakannya dengan hati-hati dan penuh ketelatenan. Kelas 12 adalah kelas yang sudah dinantikan banyak murid, namun masih kemarin mereka menjabat sebagai siswa siswi kelas 12, dan kini sudah Penilaian Tengah Semester saja.
Menjadi Kakak kelas tertinggi adalah hal paling menyenangkan dan kelas 12 adalah hari-hari terakhir di mana mereka menjadi sosok remaja yang nakal dan kekanak-kanakan. Setelah lulus, semua pasti berubah. Karena kita dituntut untuk menjadi dewasa bukan remaja lagi.
Lagi-lagi Fino menoleh ke arah samping dengan hembusan nafas pelan. Bangku itu milik Iza, yang biasanya terisi oleh canda tawanya kini hampa tak bermakna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFINO (TAMAT)
Teen Fiction"Kalau gue kalah, Lo taruhannya." "Gak papa, jadi kamu harus menang demi aku." Just Fiksi🌻 #1 - ALFINO (16 Des 2021) #1 - Rumit (20 Feb 2022) #2 - Rumit (27 Feb 2022) #3 - Rumit (28 Feb 2022) #5 - Rumit (14 Mar 2022) #4 - IPS (09 Jul 2022) #3 - IPS...