Happy Reading 🤩💐
Ada yang nungguin ini up?:]
Endak ada? Its okeyy...*
*
*Fino memasuki kamar rawat Meira dengan tergesa-gesa lantaran kabar dari Dokter Tora, bahwa Meira sudah mulai menunjukkan gejala kesembuhan.
Fino berhenti melangkah saat melihat Meira tengah duduk di brangkar dengan santai sambil memakan sebuah Apel ditangannya.
"Ra?"
Meira menoleh ke arah Fino, saat itu juga senyumnya merekah. "Fino?"
Fino tersenyum tipis, menghampiri Meira dengan perasaan yang tak bisa ia ungkapkan.
"Kamu ke sini, Fin? " Raut Meira berubah sangat-sangat senang. Matanya terlihat jika dia telah menantikan Fino datang kepadanya.
Meira turun dari Brangkar dan memeluk tubuh Fino begitu erat. "Kangen Fino!" rengek Meira benar-benar mengeratkan pelukannya, seolah tak mau kehilangan Fino meski sebentar saja.
Fino berniat membalas pelukan itu, tapi sebuah siluet wajah Iza menyambar otaknya begitu saja membuatnya urung untuk membalas. Fino melepas pelukan Meira dengan hati-hati.
"Udah sembuh, Ra?" tanya Fino, tangannya merapikan poni Meira yang berantakan.
"Emang aku sakit apa? Pasti pas aku sakit, kamu selalu jengukin aku, ya? Aku udah sembuh, jadi kita bisa jalan-jalan, yeyy!!" Meira melompat-lompat kegirangan sambil menari-nari saking senangnya.
Kamar ini begitu ramai dipenuhi teriakan Meira yang menggema. Fino mencoba menghentikan Meira untuk tidak melompat dan juga teriak-teriak.
"Bulan! Berhenti."
"Bulan?"
"Bulan!"
Fino menghela nafas kasar. Ada apa ini? Meira yang dulunya dipanggil Bulan langsung merespon mengapa sekarang seperti tidak tahu siapa itu Bulan?
"Meira!"
Meira berhenti kala Fino memanggil namanya. "Iya, Fin? Mau lompat-lompat bareng?"
"Berhenti bersikap kayak anak kecil, ya?" Fino berkata demikian dengan nada melembut.
"Ma–maaf." Meira tertunduk takut saat Fino mulai berbicara lembut padanya, tapi tersirat nada emosi yang tak sanggup di ungkapkan secara langsung.
Fino menghela nafas pelan. Ia mencoba memaklumi Meira yang baru saja sembuh dari depresinya itu. "Gak papa, lo tiduran aja di brangkar, kan baru sembuh."
Meira mengangguk, ia segera kembali ke brangkar dan duduk di sana. "Aku pengen jalan-jalan sama kamu, mau gak?" Mata Meira terpancar penuh harapan, gadis itu hanya terfokus pada Fino saja, tidak peduli apa pun yang ada disekitarnya.
"Kemana?"
Meira nampak berpikir. "Aku pengen ke pantai, mau gak?" tanya Meira.
"Jauh, Za. Gue lagi sibuk." Fino menjawab Meira selayaknya menjawab Iza, bahkan sampai menyebut embel-embel nama Iza. Pikiran Fino saat ini hanya tertuju pada Meiza bukan Meira. Tau kenapa? Karena Fino itu mencintai Meiza bukan Meira dan pikirannya memaksa hatinya untuk mencintai Meira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFINO (TAMAT)
Подростковая литература"Kalau gue kalah, Lo taruhannya." "Gak papa, jadi kamu harus menang demi aku." Just Fiksi🌻 #1 - ALFINO (16 Des 2021) #1 - Rumit (20 Feb 2022) #2 - Rumit (27 Feb 2022) #3 - Rumit (28 Feb 2022) #5 - Rumit (14 Mar 2022) #4 - IPS (09 Jul 2022) #3 - IPS...