39. Terlanjur Kecewa

817 141 31
                                    

Hai All, akhirnya up lagi, huhh...

Nungguin gak nih? Ciakh, habis di gantung 👾

Happy Reading
*
*
*
*

Iza membulatkan matanya sempurna kala mendengar penuturan Gilang yang sanggup membuat sekujur tubuhnya lemas hingga mimik wajahnya sudah tak bisa lagi terkondisikan.

Iza menggeleng keras. "Gak, Fino gak akan lakuin hal rendahan kayak gitu dan Meira, bukannya Meira hilang? Kenapa Meira bisa sama Fino, kenapa mereka ketemu?" Mata Iza berkaca-kaca, mencoba menahan air mata yang sebenarnya sudah mau tumpah.

"Lo gak percaya sama gue? Fino itu brengsek, makanya gue benci banget sama dia. Meira sekarang gila, dia di rawat di rumah sakit jiwa dan itu semua gara-gara Fino!"

Iza menutupi telinganya rapat-rapat. Cukup, ia tidak ingin mendengar apa yang dikatakan Gilang lagi, semuanya pasti omong kosong. Gilang disini yang pembohong bukan Fino, bukan!

"Stop, gue gak mau denger lagi. Lo yang brengsek, bukan Fino! Fino gak kayak gitu!" Iza berbicara dengan air mata yang terus luruh membasahi pipinya, suaranya bergetar.

Jika ini benar, apa yang harus Iza lakukan? Iza pasti akan sangat membenci Fino seumur hidupnya, dia menyesal telah mencintai Fino, menyesal mengenal Fino dan dia menyesal telah bertemu dengannya.

"Fino itu pembohong, dia brengsek, dan rahasia ini udah lama dia tutupin dari lo. Kenapa dia gak ngomong ke lo kalau kembaran lo masih ada? Tau kenapa? Karena dia gak mau lo tau kalau dia yang udah perkosa Meira!"

Iza malah histeris di hadapan Gilang, dirinya sudah tidak bisa mengendalikan emosinya, tidak kuat mendengar penuturan Gilang lebih lanjut.

"Stop, gue gak mau denger. Itu semua gak pantes gue denger, gue gak mau kecewa, gue gak mau sakit lagi. Please, jangan ngomong lagi!"

"Jauhin Fino! Dia gak pantes dapet apapun dari lo!"
Gilang bangkit dari duduknya, ia mendekati Iza dengan langkah perlahan.

"Jangan deket-deket gue,lo yang brengsek bukan Fino!" pekik Iza histeris.

"Jelas-jelas Fino yang brengsek, kenapa lo kekeh anggep dia orang baik?" ketus Gilang mulai emosi.

Gilang duduk di samping Iza dengan nafas memburu. "Gue udah ceritain semuanya. Jadi, gue mau lo dan lo harus turutin!"

Iza buru-buru bangkit dari Sofa, menggelengkan kepalanya tanda menolak keras permintaan Gilang. "Gak! Gue belum ngomong 'iya', jadi lo gak berhak buat minta apapun ke gue!" ujar Iza tegas.

Iza mencoba melarikan diri saat Gilang meraih pergelangan tangannya. Melarikan diri? Mustahil, segerombol anak yang juga memakai seragam SMA sama seperti Iza, kini sudah menutupi area pintu membuat menghentikan langkahnya.

"Mau kabur dari Gilang? Gak bisa, Za." Gilang tersenyum miring dengan permen karet yang senantiasa ia kunyah di dalam mulut.

"Jangan deketin gue! Jangan apa-apain gue! Bunda, tolongin Iza Bunda!" Iza berjalan mundur saat Gilang mulai mendekati dirinya dengan tatapan nafsu. Itu sangat menjijikkan, Iza ingin pergi dari sini, ia takut.

Gilang mencekal kedua bahu Iza dengan kuat. Wajahnya mulai mendekat lebih dekat dengan Iza, Iza yang sedari tadi memberontak tidak digubris oleh Gilang. Siapapun selamatkan Iza, Iza tidak bisa berkutik, cekalan Gilang terlalu kuat bagi perempuan seperti Iza.

ALFINO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang