Sepuluh tahun berlalu, putri senja yang dulu kecil kini berubah menjadi gadis remaja yang sangat cantik jelita. Tak heran jika banyak cowok yang terpesona akan kecantikan yang dia miliki.
"kringg kkriingg..." Terdengar bunyi alarm dari kamar putri senja.
Karena, bunyi tersebut Sindi pun terbangun dan melihat ke arah alarm tersebut sambil berkata, "Astaga.. Aku telat." Sindi pun segera bersiap siap untuk pergi kesekolah.
Setelah siap untuk berangkat ke sekolah, dia berpamitan kepada Dimas sebagai ayahnya dan Sinta sebagai bundanya.
"Ayah.. Bunda.. Cici pamit dulu ya?" kata Sindi kepada kedua orang tuanya.
Karena merasa aneh dengan anaknya itu bundanya Sindi langsung berkata, "kok buru-buru bangat sih Ci. Kamu gak sarapan dulu? Nanti pas sampai sekolah, kamu lapar lagi. Apa lagi kan sekarang hari pertama kamu masuk sekolah. Lebih baik sarapan dulu sama ayah dan bunda."
"kalau sarapan dulu, nanti aku jadi telat bun. Lagi pula sekarang hari pertama aku masuk sekolah, kalau sampai telat telat, bisa-bisa aku di hukum sama ketua OSIS yang ada disekolah," jawab Sindi. Sindi pun bergegas pergi meninggalkan kedua orang tuanya untuk pergi ke sekolah.
Sesampainya disekolah, gerbang sekolah pun sudah ditutup oleh penjaga sekolah sekitar lima menit yang lalu. Dengan sangat terpaksa Sindi harus meloncati gerbang sekolah untuk bisa masuk kedalam sekolah tersebut. Setelah dia berhasil untuk masuk kedalam sekolah, dia melihat bahwa semua anak murid seangkatan dia sedang baris dilapangan untuk memulai mos hari pertama disekolah. Ketika Sindi sedang mencoba masuk ke salah satu barisan, tiba tiba ada salah satu anak OSIS yang melihat dia datang terlambat untuk baris ke lapangan atau yang lebih tepatnya lagi terlambat datang ke sekolah. Ternyata anak OSIS itu adalah ketua OSIS yang terkenal sebagai OSIS yang paling galak dan tampan di sekolahan ini. Ketua OSIS itu bernama Andriyan, tetapi hampir semua murid memanggil dia dengan sebutan Andri dan ada juga sebagian murid yang memanggil dia dengan sebutan ketua OSIS galak.
"Kalian semua tahukan, apa hukuman bagi siswi atau siswa yang terlambat datang ke sekolah dan terlambat masuk ke barisan?" kata Andriyan sambil bertanya dengan tampang wajah yang galak.
Setelah mendengar perkataan ketua OSIS yang galak itu, semua murid serentak menjawab, " Tahu kak!"
ketua OSIS pun bertanya lagi ke semua murid yang ada dilapangan, "apa?"
Ada yang menjawab lari, membersihkan toilet, menyapu halaman sekolah dan masih banyak lagi. Setelah mendengar jawaban dari junior tersebut, Andriyan langsung meminta Sindi untuk maju ke depan.
"Buat yang terlambat tolong maju kedepan," kata ketua OSIS terhadap Sindi.Setelah mendengar perkataan ketua OSIS tersebut, hampir semua anak murid menengok ke belakang seakan akan mereka tahu bahwa Sindi adalah orang yang di maksud oleh ketua OSIS. Karena ketika lagi absen, hanya nama Sindi yang tidak ada keterangan hadir, makanya semua anak murid menyangka yang terlambat itu adalah Sindi. Hampir semua murid melihat kearahnya, yang seakan akan mereka tahu bahwa yang dimaksud oleh ketua OSIS adalah dirinya. Dengan sangat terpaksa Sindi maju kedepan untuk menjalani hukumannya, dan harus menahan rasa malu karena semua anak murid menatapnya sambil menahan tawa.
"Sekarang kamu puterin lapangan ini sambil lari sebanyak sepuluh kali!" kata Andriyan kepada Sindi.
Mendengar perkataan Andriyan, membuat Sindi merasa kalau hukuman yang diberikan oleh ketua OSIS terlalu berlebihan, sebab lapangan ini terlalu luas untuk dia puterin sebanyak sepuluh kali, dan harus dilakukan sambil lari. Itu terlalu melelahkan bagi Sindi.
Sindi pun protes terhadap perintah Andriyan, "Maaf kak, apa gak berlebihan untuk muterin lapangan ini sebanyak sepuluh kali. Apa lagikan saya itu cewek, dan lapangan ini terlalu luas untuk saya puterin sambil berlari. Emangnya kakak mau tanggung jawab kalau misalnya saya sampai pingsan disini?."
"Ok. Kamu gak perlu muterin lapangan sepuluh kali!" kata Andriyan.
Sindi merasa senang mendengar perkataan Andriyan, bahwa dia tidak jadi untuk muterin lapangan sebanyak sepuluh kali. Kemudian Andriyan melanjutkan perkataannya itu kepada Sindi, "Tapi. Kamu harus puterin lapangan sebanyak lima belas kali. Kalau kamu masih protes, saya akan menambahkan hukum yang jauh lebih berat dari hukum yang saya berikan ini."
Sindi merasa sangat kesal kepada Andriyan, padahal Sindi sudah protes kepada Andriyan tetapi Andriyan tidak mendengar perkataannya itu dan justru menambahkan hukuman kepada Sindi kalau dia tidak melaksanakan perintah Andriyan. Dengan sangat berat hati, akhirnya Sindi menjalankan hukumannya itu.
Setelah muterin lapangan sebanyak lima belas kali, datanglah seorang perempuan dan laki laki menghampiri Sindi sambil memberikan Sindi sebuah minuman untuk meredahkan rasa haus yang Sindi rasakan saat ini.
"Nih. Minuman buat kamu," kata Salsa kepada Sindi. Salsa adalah sahabat terbaiknya Sindi. Mereka menjalin persahabatan semenjak mereka masih kecil.
"Maafin kita berdua ya sin. Sebelum datang ke sekolahan, kita gak jemput kamu dulu, dan justru lebih memilih untuk pergi kesekolahan dari pada jemput kamu," kata Bisma dengan nada yang sedikit pelan karena merasa bersalah kepada Sindi.
Selain Salsa, Bisma juga salah satu sahabat terbaiknya Sindi. Mereka bersahabatan sejak mereka masih SMP. Lebih tepatnya ketika mereka di pertemukan di kelas yang sama waktu mereka masih kelas satu SMP.
"Kalian gak salah kok, jadi gak perlu minta maaf ke aku. Lagi pula kalau kalian nungguin aku buat berangkat barang nanti kalian telat, dan kalian bisa dihukum sama senior yang galak itu," ucap Sindi.
"Kamu tahu gak bahwa nama kita bertiga ada di kelas yang sama. Kelas IPA A," kata Salsa dengan ekspresi yang gembira.
"Kamu seriusan sa?" Sindi bertanya kepada Salsa untuk meyakinkan dirinya bahwa Salsa tidak membohonginya.
"Serius Sin. Aku gak bohong sama kamu," kata Salsa sambil meyakinkan Sindi kalau dia tidak berbohong kepada Sindi.
Setelah mendengar perkataan Salsa, Sindi pun melompat kegirangan sampai melupakan bahwa dia sedang kehausan. Merasa aneh karena Sindi tidak memakai gelang yang bertulisan nama 'pangeran senja', Salsa pun langsung bertanya mengenai gelang tersebut, "Sin. Kok tumben sih, gelang yang biasanya tidak pernah lepas dari tangan kamu, tiba tiba saja sekarang kamu tidak memakai gelang itu."
Sindi pun melihat ke tangan kanannya, untuk memastikan apakah di tangannya ada gelang atau tidak. Ternyata gelang yang selama ini dia pakai tidak ada di tangannya.
"Akibat aku bermimpi tentang pangeran senja, aku sampai telat buat masuk sekolah, dan sekarang aku lupa untuk pakai gelang pemberian darinya," kata Sindi.Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dibalik Senja
Teen FictionCerita ini berisikan tentang percintaan wanita cantik bernama Sindi dengan pangeran senjanya. Namun disaat mereka masih kecil, mereka harus berpisah satu sama lain. Bisakah Sindi bertemu dengan pangeran senjanya? Ataukah mungkin mereka tidak akan pe...