Story 18

0 0 0
                                    

     Akhirnya libur sekolah pun tiba. Sindi bisa membuktikan kepada ayah dan bundanya, kalau pacaran tidak akan membuat nilai dia turun justru sebaliknya, dengan adanya kekasih akan membuat Sindi menjadi semangat untuk terus menjadi juara satu disekolah, begitu pula dengan Andriyan yang terus semangat untuk mengejar cita-citanya mendapat beasiswa di Amerika. Bagi mereka pacar adalah penyemangat mereka untuk terus menggapai keinginan terbesar mereka.

     Dihari libur ini, untuk menghilngkan rasa bosannya karena orang tuanya pergi ke Amerika, Sindi berencana untuk menghabiskan waktunya bersama ketiga temannya. Awalnya mereka berencana untuk pergi ke kafe, tetapi karena mamanya Rangga sudah menyediakan makanan untuk mereka, akhirnya mereka membatalkan niat mereka untuk pergi ke kafe dan memilih untuk makan di rumah Rangga.
    
     Setelah sampai dirumah Rangga, mamanya Rangga senang banget bisa bertemu sama calon menantunya itu. Karena berkat Sindi, Andriyan jadi bisa menganggap tante Raisa sebagai ibu kandungnya dan menyayanginya layaknya seorang anak yang menyayangi ibu kandungnya sendiri.
  
     Ketika Sindi ingin pergi ke toilet, dia tidak sengaja melihat sebuah foto. Sindi merasa tidak asing dengan anak laki-laki dan perempuan yang ada di foto tersebut. Sepertinya Sindi mengenali sosok orang yang ada didalam foto tersebut, tetapi Sindi lupa dimana dan kapan dia pernah bertemu dengan sosok yang ada didalam foto tersebut. Sindi berusaha untuk mengingat tentang sosok itu. Akhirnya dia sudah ingat, bahwa anak laki-laki dan perempuan itu adalah Riyan dan ibunya. Sindi merasa heran kenapa foto yang bergambarkan wajah Riyan dan ibunya bisa ada dirumah pacarnya. Ketika Rangga sedang menuju ke kamarnya, tiba-tiba Sindi menghentikan langkahnya Rangga. Sindi menanyakan kepada Rangga mengenai foto tersebut.
Rangga pun heran kenapa Sindi bisa menanyakan orang yang ada didalam foto tersebut, "Oh, foto itu. .. Emang kamu tidak dikasih tahu sama kak Andri tentang foto itu." Sindi hanya menggelengkan kepala, yang menandakan bahwa dia tidak dikasih tahu sama Andriyan dan tidak tahu apa-apa mengenai foto tersebut.
Karena Sindi tidak tahu siapa orang yang ada dibalik foto itu, akhirnya Rangga menjelaskan mengenai foto tersebut, "Ya sudah, aku akan kasih tahu kamu siapa perempuan dan anak laki-laki yang ada didalam foto itu. Perempuan itu namanya Indriyani wijaya, istri dari Riko wijaya dan ibu kandung dari Andriyan wijaya. Tante Indri sudah lama meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu. Dan anak kecil itu namanya Andriyan wijaya, pacar kamu sendiri."
   
     Tubuh Sindi tiba-tiba saja merasa lemas, dan bahkan dia hampir mau pingsan setelah mendengar perkataan Rangga. Dia tidak percaya bahwa pacarnya sendiri adalah orang yang selama ini dia rindukan kehadirannya dan selalu dia cari keberadaannya. Sindi yang hampir mau pingsan, membuat Rangga panik dan khawatir terhadap kondisi Sindi. Dia menanyakan tentang kondisi Sindi, Sindi hanya bilang dia baik-baik saja, dan dia langsung pergi ke toilet. Rangga merasa ada yang aneh dengan Sindi. Dia merasa bahwa Sindi sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
  
     Setelah Sindi keluar dari toilet, dia teringat akan omongan Rangga mengenai gelang milik Andriyan yang mirip dengan gelang miliknya dan pangeran senja. Akhirnya Sindi mencari gelang tersebut didalam kamar Andriyan secara diam-diam. Setelah Sindi hampir lelah mencari keberadaan gelang tersebut, akhirnya gelang tersebut bisa dia temukan. Ternyata benar gelang milik Andriyan sama persis seperti gelang milik pangeran senja. Tetapi dia merasa heran kenapa gelang miliknya bisa ada dikamar Andriyan. Karena takut ketahuan sama orang lain kalau dia masuk ke kamar Andriyan tanpa izin terlebih dahulu, dengan terburu-buru dia mengambil kedua gelang tersebut tanpa izin dari Andriyan, dan Sindi juga mengambil foto Andriyan waktu dia masih kecil bersama ibunya dikamarnya, untuk menunjukkan kepada Andriyan apa maksud dari semua ini. Setelah Sindi selesai mengambil gelang dan foto, dia langsung berpamitan untuk segera pulang ke rumah dengan alasan kalau orang tuanya sudah ada di Indonesia dan lagi di perjalanan pulang. Padahal itu semua hanya alasan, agar Sindi bisa menenangkan dirinya dirumah.
  
     Malam pun tiba. Dirumah Sindi kedatangan seorang kurir yang mengantarkan sebuah paket tanpa pengirim. Ternyata paket itu berisikan gaun dan juga surat. Setelah Sindi selesai membaca surat tersebut, dia baru teringat bahwa sekarang adalah anniversary jadian mereka berdua, Sindi dan Andriyan. Tiba-tiba handphone Sindi berdering, ternyata orang yang menelepon Sindi adalah orang yang sama yang memberikan gaun ini untuk Sindi. Andriyan menyuruh Sindi untuk datang ketempat yang sudah di sediakan olehnya. Dan dia juga menyuruh Sindi untuk tampil secantik mungkin dan memakai gaun yang dia berikan.
   
     Setelah datang ketempat tersebut, Sindi merasa bingung terhadap perasaannya itu. Disisi lain dia merasa senang, karena pacarnya sendiri ingat hari jadian mereka yang ke satu bulan, dan bahkan Andriyan rela menyiapkan tempat yang romantis untuk mereka berdua. Tetapi disisi lain, Sindi kecewa terhadap Andriyan yang tidak mau jujur tentang siapa dia sebenarnya.
Andriyan merasa bingung terhadap Sindi yang sepertinya tidak merasa senang dengan tempat yang dia pesan dengan suasana romantis. Belum sempat Andriyan menanyakan tentang hal apa yang membuat Sindi menjadi seperti ini, tiba-tiba Sindi memberikan Andriyan sebuah foto dan gelang.
"Ini maksudnya apa? Kenapa kamu gak bilang sama aku, kalau kamu itu adalah Riyan. Orang yang selama ini aku cari keberadaannya dan aku rindukan kehadirannya. Apa jangan-jangan kamu sudah tahu kalau aku ini Cici. Kalau kamu tahu aku ini Cici, kenapa kamu gak bilang sama aku," ucap Sindi dengan ekspresi kesal.
Andriyan terkejut melihat sesuatu yang selama ini dia sembunyikan dari Sindi, sekarang bisa ada ditangan Sindi.
"Apa yang kamu bilang itu, semuanya benar. Aku bukannya tidak mau jujur sama kamu, tapi aku lagi nunggu waktu yang tepat untuk bisa jujur ke kamu. Aku takut kalau sekarang aku jujur ke kamu tentang siapa aku sebenarnya, pasti kamu akan jauhi aku. Soalnya aku tahu, kalau kamu gak akan mungkin pacaran sama sahabat kamu sendiri. Kalau aku bilang ke kamu, aku adalah Riyan pasti kamu akan putusin aku dan memilih untuk berteman saja. Aku gak mau senasib sama seperti Angga, yang cintanya kamu tolak hanya karena alasan, kamu gak mau pacaran sama teman kamu sendiri," kata Andriyan.
Sindi pun berkata, "Kamu salah... Apa yang kamu pikirkan selama ini, itu salah. Aku gak akan mungkin putusin kamu, hanya karena kamu adalah Riyan. Justru aku akan selalu  mencintai kamu, sebab aku sudah terlanjur cinta dengan pangeran senja, yaitu kamu. Kalau soal Angga, aku memang gak pernah mencintainya. Kamu tahukan aku benci sama pembohong. Dan kamu adalah pembohong. Aku benci sama kamu." Sindi pergi meninggalkan Andriyan sendirian di tempat itu.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang