Bundanya Sindi yang mendengar perkataan anaknya itu langsung menggoda anaknya dengan perkataan yang membuat Sindi jiji, "Jangan terlalu benci sama seseorang, bisa jadi suatu saat nanti kamu akan suka dan cinta sama orang tersebut, termasuk ketua OSIS itu." Bundanya tersenyum sambil memberi tatapan yang seakan akan sedang menggoda Sindi.
Sindi yang mendengar perkataan bundanya itu langsung bilang, "Amit amit.. Amit amit.. Jangan sampai Cici bisa suka sama orang kayak gitu. Apa lagi kalau Cici sampai pacaran sama ketua OSIS itu, yang ada Cici disiksa mulu. Omongan adalah doa bun. Bunda mau kalau Cici pacaran sama orang kayak gitu? Kalau Cici Sih gak mau," kata Sindi.
"Kalau jodoh apa boleh buat." Sang bunda kembali menggoda sang anak.
"Bunda.. " Memanyunkan bibirnya dan menatap dengan tatapan kesel.Ketika Sindi dan sekeluarga mau siap siap untuk makan malam, tiba tiba terdengar deringan telepon yang berasal dari handphonenya Sindi.
Karena bunyi deringan telepon tersebut membuat sang bunda bertanya-tanya kepada Sindi, "Ci itu telepon dari siapa?" tanya sang bunda kepada Sindi.
Melihat kearah handphonenya sambil berkata "Salsa bun. Cici angkat telepon dulu ya?" jawab Sindi.
"Halo sa? Kenapa nelpon aku malam malam?" tanya Sindi ke salah satu sahabatnya.
"Kita makan malam yuk? Sebagai perayaan anniversary pertemanan kita bertiga yang ke empat tahun," jawab Salsa.
"Oh iya. Aku sampai lupa kalau hari ini kita anniversary. Ya udah aku siap-siap dulu. , Nanti kamu share lok aja lokasinya dimana," kata Sindi.
"Ok. Aku sama Bisma akan tunggu kamu di kafe. Jangan telat ya? Bye!" kata Salsa
"Iya. Bye too," jawab Sindi.Beberapa jam kemudian sampailah Sindi disebuah kafe, tempat mereka janjian untuk makan malam sambil merayakan anniversary pertemanan mereka bertiga yang ke empat tahun. Ketika Sindi sedang memotong steak, tetapi steak itu sangat keras, sehingga susah untuk dipotong dan Sindi pun berusaha memotongnya lagi, tapi tiba tiba steak itu melayang dan mendarat tepat di baju seseorang yang dia benci yaitu Andriyan. Dan Andriyan pun melihat kearah Sindi.
"Andri kamu gak apa apa," tanya salah satu temannya yang kaget melihat baju Andriyan terkena steak. Andriyan mencari dan bertanya siapa yang sudah berani melemparkan steak tepat di baju Andriyan.
"Disini siapa yang sudah melemparkan steak ke baju saya," tanya Andriyan kepada seluruh penghuni yang ada di kafe tersebut. Tetapi tak ada yang jawab siapa yang melempar steak itu ke baju Andriyan.
"Kalau gak ada yang jawab, saya akan tutup kafe ini," kata Andriyan.
Karena mendengar perkataan Andriyan itu, Sindi memberanikan diri untuk jujur kalau dia yang melakukannya, "Aku..."
Andriyan melihat kearah Sindi dengan ekspresi yang sangat kesal tingkat dewa. "Aku yang melakukannya. Aku minta maaf. Aku gak bermaksud untuk membuat baju kamu kotor akibat kecerobohan yang aku perbuat," kata Sindi.
Ketika Andriyan sedang emosi, Ridho mencoba menenangkan Andriyan sambil bilang, "Andri, kamu harus bisa tahan emosi kamu. Ingat dia perempuan dan ini di kafe bukan di sekolahan, jadi kamu harus bisa tahan emosi kamu. Kalau gak kamu akan malu, karena semua orang yang ada di kafe ini akan melihat kelakuan kamu yang tega menyakiti perempuan," kata Ridho.
Andriyan mencoba menenangkan dirinya. Setelah dirinya sedikit tenang Andriyan berkata ke Ridho, "Ridho tolong kamu ambil baju ganti saya, yang ada didalam mobil saya!"
Sindi merasa ada yang aneh dengan Andriyan, orang yang selalu menghukum dia ketika dia berbuat salah. Tetapi dia justru menyuruh Ridho untuk mengambil baju gantinya tanpa menghukum Sindi terlebih dahulu.Setelah Ridho mengambil baju gantinya Andriyan, Andriyan menyuruh Sindi dan temannya untuk tetap diam ditempat, dan gak boleh kemana-mana sampai Andriyan selesai ganti baju. Dengan menyuruh Sindi untuk diam ditempat, Sindi merasa kalau Andriyan akan menghukum dia dengan cara yang berbeda.
Ternyata benar Andriyan mau menghukum Sindi. Karena setelah selesai dari toilet, Andriyan melempar bajunya yang kotor itu, tepat kearah wajahnya Sindi, sambil berkata, "Karena kamu sudah membuat baju saya kotor akibat dari kecerobohan yang kamu perbuat, saya menghukum kamu untuk cuci baju saya sampai bersih, tanpa ada kotoran sedikit pun. Ingat, besok kamu harus bawa baju saya kesekolahan. Jangan sampai lupa, kalau lupa saya akan menghukum kamu, jauh lebih berat dari hukuman yang sekarang saya berikan kepada kamu. Paham?"
"Paham kak," jawab Sindi dengan ekspresi yang merasa ketakutan.Ketika di rumah, Sindi berteriak memanggil asisten rumah tangganya, sehingga membuat ayah dan bundanya marah.
"Bibi.. Bibi.." Mengeluarkan suara yang cukup keras.
"Ada apa malam malam teriak manggil nama bibi," tanya sang ayah.
Karena, suasana hati Sindi lagi merasa kesal, sehingga ketika ayahnya bertanya kepada Sindi, Sindi pun tak menjawab pertanyaan ayahnya, dan lebih memilih untuk memanggil pembantunya.
"Bibi.." Sang pembantu pun datang menghampiri Sindi.
"Tolong bibi cuci baju itu sampai bersih. Gak boleh ada kotoran sedikit pun, dan besok bajunya harus sudah kering. Dan kalau bajunya sudah kering, jangan lupa bibi kasih baju itu ke Cici!" kata Sindi.
"Siap non," jawab sang bibi.
"Cici kenapa sih? Ayah lagi nanya, bukannya dijawab malah di diamin saja. Udah gitu datang-datang bukannya ngucap salam, ini malah teriak-teriak manggil nama bibi," kata bunda dengan ekspresi kesal.
"Ya sudah, Cici minta maaf sudah bersikap seperti itu kepada ayah dan bunda. Sudah ya ngobrolnya, Cici mau tidur dulu. Good night ayah, bunda," kata Sindi.
Ketika pergi melangkah meninggal sang ayah dan bunda, tiba tiba saja bundanya memanggil Sindi dan langkahnya Sindi pun terhenti.
"Tunggu dulu.. Besok ayah sama bunda mau pergi ke Amerika buat jengukin omah yang lagi sakit, dan Cici gak boleh ikut, Cici harus sekolah. Dan satu lagi, Cici pergi ke sekolahnya di antar sama pak supir dan gak boleh bawa motor. Ingat itu!" kata sang bunda.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dibalik Senja
Novela JuvenilCerita ini berisikan tentang percintaan wanita cantik bernama Sindi dengan pangeran senjanya. Namun disaat mereka masih kecil, mereka harus berpisah satu sama lain. Bisakah Sindi bertemu dengan pangeran senjanya? Ataukah mungkin mereka tidak akan pe...