Story 8

0 0 0
                                        

Beberapa hari kemudian, Sindi merasa kesepian, karena sudah beberapa hari ayah dan bundanya masih ada di Amerika sedang menjenguk omahnya yang sedang sakit. Untuk menghilangkan rasa kesiapannya dan rasa bosannya itu, Sindi memutuskan untuk mengajak kedua temannya yaitu Salsa dan juga Bisma, untuk belanja dan makan bersama di sebuah mall. Sesampainya dimall, Sindi tidak sengaja menabrak seorang laki-laki, dia pun meminta maaf atas kesalahannya itu. Setelah Sindi meminta maaf, laki-laki tersebut berkata, "Iya aku maafin. Masa cewek secantik kamu gak aku maafin sih." Karena risih mendengar perkataan laki-laki tersebut, Sindi pun meninggalkan laki-laki tersebut begitu saja.
"Maaf ya aku telat. Soalnya jalanan macet banget, tolong di maklumin namanya juga Jakarta, pasti jalanannya macet banget," kata Sindi kepada Salsa dan Bisma. "Santai saja. No problem!" jawab Salsa kepada Sindi.
Sindi teringat akan sosok laki-laki tersebut, dan dia menceritakan kejadian waktu dia tidak sengaja bertemu dengan laki-laki tersebut, " Oh iya aku baru ingat, waktu aku mau kesini, aku gak sengaja tabrakan sama cowok. Kalian tahu gak? Cowok itu genit bangat. Segala bilang aku cantik. Karena aku risih mendengar perkataan cowok itu, aku tinggalin dia begitu saja tanpa permisi lagi." Salsa yang dari tadi dengarin perkataan Sindi, merasa penasaran dengan laki-laki tersebut. Salsa pun langsung bertanya mengenai laki-laki tersebut, "Tuh cowok ganteng gak? Namanya siapa dan tinggal dimana?." Mendengar perkataan Salsa, Sindi langsung bete. "Kan aku udah bilang, aku langsung pergi ninggalin dia. Mana sempat aku nanyain nama dan alamat rumah dia. Kalau soal ganteng. Hhhmm... lumayan. Tapi tetap saja, masih gantengan pangeran senja aku dong. Oh ya, besok kita lari pagi bareng yuk! di taman yang gak jauh dari rumahku," kata Sindi.

Keesokan harinya, Sindi tidak sengaja menabrak orang yang sama yang waktu kemarin pernah dia tabrak dimall. Setelah Sindi tahu orang yang dia tabrak sekarang adalah orang yang pernah dia tabrak kemarin waktu di mall, Sindi pun berusaha untuk pergi karena dia masih merasa geli atas kejadian kemarin. Tetapi laki-laki tersebut menghalangi Sindi untuk pergi, karena dia ingin berkenalan dengan Sindi. Tiba-tba Bisma dan Salsa datang menghampiri Sindi. Bukan tangan lembut Sindi yang mendarat di telapak tangan laki-laki tersebut justru malah telapak tangan Salsa yang mendarat tepat di telapak tangan laki-laki tersebut, dengan terpaksa dia berkenalan dengan Salsa.
"Perkenalkan nama aku Rangga. Kamu bisa panggil aku dengan sebutan Angga. Nama kamu siapa?" Tanya Rangga.
"Nama aku Salsa," jawab Salsa.
Rangga melepaskan tangannya Salsa begitu saja, setelah dia mengetahui bahwa yang menyentuh tangannya dan yang berkenalan dengannya adalah sahabat Sindi yaitu, Salsa. Padahal yang Rangga harapkan adalah Sindi, bukan sahabatnya. Karena, Rangga masih penasaran dengan Sindi, Rangga pun bertanya mengenai asal sekolah Sindi. Setelah Rangga selesai bertanya, Salsa pun menjawab pertanyaan Rangga. Rangga mulai kesal dengan Salsa, karena dia selalu menjawab pertanyaan yang dia berikan untuk Sindi, "Aku bertanya sama dia, bukan sama kamu!"
"Aku tahu kok, kalau kamu bertanya sama sahabat aku yaitu Sindi, bukan aku. Tapi, sekolahan aku dengan Sindi itu sama, makanya aku jawab pertanyaan dari kamu," kata Salsa. Setelah mengetahui nama Sindi dan nama sekolahnya, Rangga pun berkata sambil tersenyum kepada Sindi, "Sampai bertemu di sekolah." Sindi merasa bingung dengan apa yang diucapkan oleh Rangga.
Keesokan harinya, di kelas kedatangan anak murid baru yang tidak asing lagi bagi Sindi, karena anak murid itu adalah orang yang sama yang pernah dia tabrak di mall dan di taman. Anak murid itu bernama Rangga.
Rangga selalu mengikuti Sindi kemana pun Sindi pergi, sampai Sindi merasa risih dengan kehadiran Rangga yang selalu mengikuti dirinya.
"Aku mau ke toilet dulu ya. Kalian duluan saja ke kantinnya, nanti aku nyusul. Buat Angga, kamu jangan ikuti aku masuk ke toilet dan jangan nungguin aku di depan toilet. Ingat ini itu toilet perempuan, bukan toilet laki-laki. Kalau kamu sampai masuk ke sini, nanti kamu dihukum sama guru. Kamu mau di hukum sama guru, hanya karena kamu ketahuan masuk kedalam toilet perempuan," kata Sindi dengan nada kesal.
"Gak mau. Lagi pula aku gak akan masuk ke dalam toilet perempuan. Jadi kamu jangan marah," kata Rangga.

Ketika Sindi pergi menuju kantin, tiba-tiba tali sepatu Sindi terlepas, Sindi pun segera mengikat tali sepatunya. Ketika Sindi sedang mengikat tali sepatunya, buku yang dibawa seorang siswa yang ada disamping Sindi terjatuh. Dari kejauhan Andriyan melihat sebuah buku yang terjatuh hampir mengenai kepala Sindi. Dengan segera mungkin, Andriyan berlari secepat kilat dan memeluk Sindi untuk melindunginya dari tumpukan buku yang hampir mengenai kepala Sindi. Prak, tumpukan buku tersebut mengenai punggung Andriyan. Andriyan memarahi siswa tersebut atas kecerobohan yang membuat Sindi hampir terluka.
"Kalau bawa buku itu hati-hati. Jangan ceroboh. Kalau sampai terkena orang, bagaimana? Kamu mau tanggung jawab? Sekarang kamu beresin buku kamu dan secepatnya kamu pergi dari sini," kata Andriyan dengan nada kesal.
Sindi cemas melihat Andriyan yang sedang merasa kesakitan, akibat Andriyan melindungi Sindi dari tumpukan buku yang hampir mengenai kepala Sindi. "Kakak gak apa-apa? Biar aku obati dulu ya?" tanya Sindi dengan cemas. Andriyan tidak menjawab pertanyaan Sindi, dan dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Sindi. Ketika Andriyan pergi meninggalkan Sindi, Sindi berteriak mengucapkan terima kasih kepada Andriyan, walau balasan itu cuma dijawab di dalam hati Andriyan saja.

Sesampainya dikantin, Salsa merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Dia khawatir kalau sahabatnya itu sedang kesurupan setan penunggu toilet sekolah.
"Sin, kamu kenapa senyum senyum sendiri? Apa jangan jangan kamu kesurupan ya?" kata Salsa.
"Kalau ngomong itu di jaga. Jangan sembarangan. Aku itu bukan kesurupan tapi, sepertinya aku lagi jatuh cinta, " kata Sindi. Sindi kembali tersenyum sambil mengingat kejadian bersama Andriyan waktu itu.
"sama siapa?" tanya Salsa dan Bisma serentak.
"sama kak Andriyan," kata Sindi. Salsa dan Bisma terkejut mendengar perkataan sahabatnya itu. Karena terkejut, Salsa berteriak kepada Sindi, "Apa!... kamu suka sama.." Sindi memberi kode kepada Salsa supaya dia jangan berteriak. Karena paham akan kode yang di berikan oleh Sindi, Salsa pun berbicara dengan sangat pelan, "Andriya?"
"Iya... Tapi jangan kasih tahu ke siapapun, termasuk Angga," ucap Sindi kepada Bisma dan Salsa.
Tanpa mereka sadari, bahwa pembicaraan mereka telah didengar oleh Rangga. Ketika Rangga mendengar pembicaraan mereka bertiga, hati Rangga seperti tertusuk oleh ribuan pisau. Setelah mereka selesai membicarakan hal tersebut, datanglah Rangga dengan tingkah laku yang seakan-akan tidak mendengar pembicaraan mereka bertiga, "Lagi ngomongin apaan sih. Sepertinya seru banget."
"Kamu habis dari mana?" tanya Sindi.
"Aku habis dari toilet. Emangnya kenapa kamu kangen ya sama aku," kata Rangga sambil menggoda Sindi.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang