Story 2

1 1 0
                                    

Di sepanjang jalan mereka mengobrol tentang kesukaan mereka masing-masing. Tidak lama kemudian sampailah mereka disebuah vila milik papanya Riyan. Didepan vila ada wanita berkulit putih dan berbadan tinggi sedang merasakan kesakitan. Karena merasa kaget kenapa wanita itu ada diluar vila padahal papanya Riyan tidak memperbolehkan wanita itu untuk keluar dari vila. Akhirnya Riyan menanyakan kenapa perempuan itu ada didepan vila.
"Kenapa mama keluar dari vila? Kan mama lagi sakit. Sebaiknya mama istirahat dulu dikamar dan jangan keluar dari vila. Lagi pula dokter bilang kalau mama gak boleh keluar dari vila," tanya Riyan kepada sang mama.
Mamanya Riyan kaget melihat putranya itu membawa seorang gadis cantik ke vila mereka dan menanyakan siapa gadis cantik yang dibawa Riyan ke vila.
"Kondisi mama sudah membaik kok. Jadi kamu gak perlu cemas sama kondisi mama," jawab sang mama sambil memberi senyuman yang indah diwajahnya yang menandakan kalau dia baik-baik saja.
"Ini siapa? Ko cantik bangat sih," kata mamanya Riyan.
"Oh iya, Riyan sampai lupa untuk memperkenalkan teman Riyan ke mama. Kenalin ma ini Cici teman baru Riyan," kata Riyan kepada sang mama. Riyan mencoba memperkenalkan Sindi ke mamanya.

Setelah mereka sudah mengenal satu sama lain, Riyan menanyakan tentang keberadaan papanya yang dari tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Mamanya menjelaskan ke Riyan, bahwa papanya mempunyai urasan yang sangat penting sehingga membuat papanya rela meninggalkan mamanya sendirian divila dengan kondisi tubuh yang sangat lemah.

Tidak lama kemudian datanglah seorang pria yang gagah dan tampan. Pria tersebut menghampiri mereka yang sedang asyik mengobrol.
"Papa dari mana saja ko baru pulang sih? Emang papa gak kasihan sama kondisi mama yang lagi sakit?" tanya Riyan kepada papanya dengan wajah yang sedikit kesal.
"Iya papa minta maaf kalau papa sudah ninggalin mama kamu sendirian divila. Soalnya papa ada urusan mendadak yang gak bisa untuk papa tinggal. Ngomong-ngomong ini siapa. Kok cantik bangat. Papa gak dikenalin nih," kata sang papa.
Dengan ekspresi yang sedikit kesal, Riyan memperkenalkan Sindi ke papanya. Setelah selesai berkenalan, Riyan mengajak sindi ke sebuah tempat yang paling Riyan suka selama Riyan berada di Bandung.

Beberapa lama kemudian, sampailah mereka disebuah tempat yang mereka tuju, yaitu disebuah bukit yang tidak jauh dari vilanya Riyan.
"Kok kita kesini sih Yan?" kata Sindi kepada Riyan. Sindi merasa aneh kenapa Riyan mengajak dia ke sebuah bukit. Dalam hati, Sindi berkata mungkin tempat ini yang dimaksud oleh Riyan, sebagai tempat favoritnya.
"Bukit ini adalah tempat favoritku selama di Bandung. Karena, ditempat ini aku bisa melihat senja yang sangat indah. Kan aku sudah pernah bilang ke kamu, kalau aku suka bangat sama senja," kata Riyan kepada Sindi.
"Oh... Berarti kamu pangeran senja dong," kata Sindi sambil memberi senyuman yang sangat manis.
Dengan luguhnya Riyan bilang ke Sindi bahwa namanya itu Riyan bukan pangeran senja.
"Bukan. Aku itu Riyan, bukan pangeran senja. Kan kemarin aku sudah bilang sama kamu, kalau nama aku Riyan bukan pangeran senja, dan kamu sudah tahu nama aku, kenapa kamu panggil aku pangeran senja," jawab Riyan dengan lugunya.
Sindi tertawa setelah mendengar perkataan Riyan yang lugu itu. Sindi pun berkata kepada Riyan, "Maksud aku itu. Kamu itu seperti pangeran senja."
Riyan masih belum mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan teman barunya itu. Lalu Riyan bertanya lagi kepada Sindi, "Maksud kamu apa sih? Kok aku belum paham juga dengan perkataan kamu itu."
Riyan belum juga paham dan mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan Sindi tentang Riyan adalah pangeran senja.
Dengan ekspresi yang sedikit kesal, Sindi pun menjelaskan sedetail mungkin tentang perkataannya itu, "Jadi begini. Maksud aku itu, kamu seperti pangeran yang ada di buku dongeng yang tiba-tiba saja datang menolong putri yaitu aku, padahal kita belum saling mengenal satu sama lain. Dan kamu juga suka bangat sama senja, jadinya aku panggil kamu dengan sebutan pangeran senja. Kamu pahamkan sekarang apa yang aku maksud?"
Setelah mendengar penjelasan dari Sindi, akhirnya Riyan pun bisa mengerti dan paham dengan perkataan Sindi.
"Iya. Sekarang aku sudah mengerti apa yang kamu maksud dengan pangeran senja. Kalau aku pangeran senja, itu artinya kamu putri senja dong? Kan kata kamu pangeran itu hanya menolong putri, itu berarti jika aku pangeran dan aku menolong kamu, kamu adalah putri senja," kata Riyan. Sindi yang dari tadi mendengar perkataan Riyan hanya bisa tersenyum dengan senyuman manisnya itu.

Setelah selesai melihat senja, Riyan pun mengantarkan Sindi pulang ke vilanya. Sesampainya di vila Sindi, Riyan meminta maaf kepada ayah dan bundanya Sindi kalau mereka pulang terlalu sore bahkan sampai mau menjelang maghrib, "Bunda, Ayah. Maafin kita ya yang pulangnya terlalu sore sampai lupa waktu. Tapi itu semua bukan salah Cici, Riyan yang salah ko. Karena sebelum pulang Riyan mengajak Cici ke bukit buat melihat senja. Jadi jangan salahin Cici ya, bun.. Yah.. " Riyan merasa bersalah dengan perbuatan yang dia lakukan itu.
Ayahnya Sindi sempat kesal karena, mereka berdua tidak menepati janji untuk pulang tepat waktu. Karena Riyan sudah minta maaf dan mengakui kesalahannya itu, akhirnya ayahnya Sindi tidak memarahi mereka dan cuma menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Dan ayahnya pun berkata, "Ayah gak marah kok sama kalian, karena kalian sudah mengakui apa kesalahan kalian yang sudah kalian perbuat. Walaupun ayah sedikit kecewa karena kalian tidak menepati janji kalian kepada ayah. Tapi ayah maafin kalian dan bunda juga pasti maafin kalian berdua." Ayahnya Sindi memegang tangan mereka berdua.
Karena merasa senang, Cici pun bilang ke ayahnya bahwa dia ingin sekali melihat senja di hari berikutnya, "Berarti besok kita bisa lihat senja lagi dong yah?."
"Boleh kok. Tapi, jangan lama-lama ya!" jawab sang ayah
"Siap ayah!" Sindi dan Riyan menjawab serentak.
Setelah selesai berbicara dengan ayah dan bundanya Sindi, Riyan pun berpamitan kepada Sindi dan kedua orang tuanya Sindi untuk segera pulang. Karena hari sudah hampir gelap. Ayahnya Sindi khawatir kepada Riyan, kalau dia harus pulang sendirian disaat hari semakin gelap. Akhirnya ayah Sindi berniat untuk mengantarkan Riyan pulang, tetapi Riyan menolak ajakan tersebut dan memilih untuk pulang sendirian.

Dua hari kemudian, setelah Sindi sudah mulai suka dengan keindahan senja, tiba tiba orang yang membuat dia bisa menyukai senja yaitu Riyan harus pergi meninggalkan Sindi untuk pulang ke Jakarta. Riyan berpamitan kepada ayah, bunda dan juga Sindi. Sindi terus memaksa Riyan untuk tetap tinggal di Bandung bersamanya. Tetapi, Riyan menolak karena dia ingin merawat mamanya yang sedang sakit parah, yang harus segera dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta.
"Maaf, aku harus pergi. Dan maaf, aku tidak bisa terus bersama kamu. Kalau kita ditakdirkan untuk bertemu kembali, pasti kita akan bertemu lagi. Aku punya sesuatu buat kamu," kata Riyan sambil memberikan sebuah gelang ke Sindi.
Riyan pun melanjutkan perkataannya itu, "Ini gelang persahabatan. Kalau kamu rindu sama aku kamu tinggal lihat gelang ini pasti akan muncul wajah aku karena digelang ini ada ukiran nama pangeran senja dan aku juga pakai gelang yang sama, yang bertulisan putri senja. Sudah kamu jangan nangis lagi." Riyan mengusap air mata Sindi.
"Aku pamit ya. Bye!" kata Riyan. Riyan pun pergi meninggalkan Sindi yang sedang diselimuti oleh kesedihan. Perpisahan mereka pun disaksikan oleh senja dan air mata.

Beberapa hari kemudian, Sindi pulang ke Jakarta untuk mencari dimana keberadaan Riyan sekarang.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang