Story 11

0 0 0
                                    

     Setelah mamanya Rangga selesai menyediakan minuman dan makanan untuk jadi cemilan mereka diwaktu belajar. Tiba-tiba mamanya Rangga sudah ingat siapa yang memiliki gelang itu selain Sindi.
"Sindi, sekarang tante sudah ingat, dimana tante pernah melihat gelang yang sama persis dengan gelang yang sekarang kamu pakai. Tante pernah melihat gelang itu di kamarnya Andri, kakaknya Angga. Dan dia juga sering pakai gelang itu waktu dia masih kecil," kata mamanya Rangga.
"Andri? Kakaknya Angga?" kata Sindi. Sindi merasa bingung, karena Rangga tidak pernah bilang ke Sindi bahwa dia mempunya seorang kakak laki-laki yang bernama Andri. Dan nama tersebut mirip dengan panggilan kak Andriyan.
Rangga pun datang menghampiri mereka, sambil menjelaskan tentang siapa sebenarnya yang dimaksud oleh mamanya Rangga itu.
"Oh iya, aku sampai lupa bilang ke kalian semua, kalau aku dan kak Andriyan itu adik kakak. Walaupun sebenarnya kami bukan saudara kandung... Tadi aku gak sengaja dengar, seperti ada yang bilang, ada gelang yang mirip dengan gelangnya kak Andri. Emang gelangnya siapa yang mirip dengan gelangnya kak Andri?" tanya Rangga kepada semua orang.
Mamanya pun bilang ke Rangga, bahwa gelang yang dipakai oleh Sindi itu sama persis seperti gelang milik Andriyan, "Coba deh kamu lihat gelang yang dipakai sama Sindi. Gelang itu sama persis kan dengan gelang yang pernah di pakai oleh kakakmu itu."
"Hhmm... Iya aku baru ingat, gelang itu sama persis dengan gelang yang dimiliki oleh kak Andri, hanya saja namanya berbeda. Yang dipakai oleh Sindi ukiran namanya pangeran senja, sedangkan yang dipakai sama kak Andri ukiran namanya putri senja," kata Rangga.
Mendengar perkataan Rangga, membuat Sindi penasaran dari mana Andriyan mempunyai gelang yang sama persis seperti gelang yang dia pakai. Dan kenapa juga gelang itu sama persis seperti gelang yang dimiliki oleh pangeran senja.
"Kak Andrinya sekarang ada dirumah gak tante, soalnya aku mau menanyakan tentang gelang ini," kata Sindi. Matanya Sindi melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan Andriyan.
"Gak ada cantik. Biasanya habis pulang sekolah, Andri latihan karate dulu, dan setelah latihan karate, biasanya dia ke kantor papanya untuk melihat senja. Dia melakukan hal itu semenjak dia masih kecil. Kata Andri senja itu membuat dia merasa bahagia," kata mamanya Rangga.
Salsa dan Bisma merasa aneh dengan kebiasaan Andriyan yang menurut mereka tidak ada faedahnya. "Kakak andri aneh bangat sih tante, masa ke kantor cuma buat melihat senja saja," kata Salsa sambil menahan tawa. Sindi yang melihat kelakuan temannya itu langsung memberi kode agar temannya bisa jaga sikap ketika sedang berada dirumah orang. Setelah mendengar perkataan mamanya Rangga, membuat Sindi merasa yakin bahwa Andriyan adalah pangeran senjanya.

     Keesokan harinya, disekolah Sindi teringat akan omongan mamanya Rangga waktu kemarin, mengenai gelang dan juga senja. Sindi bercerita di depan Bisma dan juga Salsa mengenai kecurigaan Sindi terhadap Andriyan.
"Bisma, Salsa... Kalian masih ingat gak omongan mamanya Rangga tentang gelang yang ini," kata Sindi. Sindi menunjukan sebuah gelang yang ada ditelapak tangannya kepada kedua temannya.
"Iya kita ingat," kata Bisma sambil menganggukkan kepalanya. Salsa juga ikut menganggukkan kepalanya sebagai simbol kalau mereka masih ingat tentang kejadian kemarin.
"Aku merasa kalau Andriyan itu adalah pangeran senja, sahabat aku sekaligus cinta pertamaku," kata Sindi.
Mendengar perkataan Sindi, Bisma dan Salsa tidak yakin kalau pangeran senja Sindi adalah Andriyan. "Gak mungkin.. Masa pangeran senja kamu adalah Andriyan. Andriyan kan orangnya galak, suka menghilang tiba-tiba, hobinya ngehukum orang mulu, dan sikapnya dingin seperti es batu," kata Bisma. Bisma mencoba meyakinkan Sindi kalau Andriyan itu bukanlah pangeran senjanya. Salsa memberikan saran kepada Sindi, kalau sebaiknya Sindi tanya langsung ke Andriyan tentang masalah ini supaya Sindi tahu yang sebenarnya, "Menurut aku, kamu coba tanya dulu ke kak Andri, dari mana dia bisa dapatin gelang yang sama persis seperti gelang milik pangeran senja. Kamu juga harus tanya, sejak kapan kak Andri suka sama senja dan dia kenal gak sama putri senja." Mendengar perkataan Salsa tersebut, Sindi pun segera pergi untuk mencari Andriyan dan menanyakan tentang pertanyaan yang dikatakan oleh Salsa.
     Ketika Sindi sedang berjalan untuk mencari keberadaan Andriyan, Sindi tidak melihat kearah depan, dan akhirnya Sindi menabrak seorang pria yang dari tadi sedang dia cari.
"Auuw.. Maaf. Kak Andriyan! Pas bangat, aku lagi cari kakak, kakaknya sudah ada didepan aku. Jadi aku gak perlu lagi untuk cari kakak. Aku mau bicara berdua sama kakak. Bolehkan kak?" kata Sindi.
"Gak bisa... Aku lagi lagi sibuk," kata Andriyan. Andriyan pergi meninggalkan Sindi sendirian tanpa pamit terlebih dahulu.

     Bel pulang pun telah berbunyi. Sindi menunggu Andriyan sendirian di tempat parkiran, lebih tepatnya didekat mobil Andriyan. Sudah lima belas menit Sindi menunggu Andriyan, tetapi Andriyan tidak kunjung datang. Tidak lama kemudian kaki Sindi sudah merasa pegal, akhirnya Andriyan datang juga dan dia sedang berjalan kearah mobilnya.
"Ngapain kamu ada didepan mobil saya?" tanya Andriyan kepada Sindi dengan penuh heran.
"Aku mau nanya sama kakak. Bolehkan?" kata Sindi.
"Gak Bisa, soalnya saya mau pulang... Sebaiknya kamu pulang saja. Dan jangan ada didepan mobil saya. Paham?" jawab Andriyan dengan tingkah yang seakan-akan ingin menjauh dari Sindi.

     Keesokan harinya, Sindi sedang memikirkan tentang sikap Andriyan yang kemarin seakan-akan berusaha untuk menjauh darinya. Salsa merasa heran dengan Sindi yang sepertinya sedang melamunkan sesuatu. "Sin... Sindi," kata Salsa.
Sindi merasa kaget mendengar suara Salsa yang memanggil namanya, "Kamu ini bikin aku kaget saja. Jantung aku rasanya seperti mau copot."
"Kok kamu melamun sih. Emang apa yang lagi kamu pikirkan. Soal gelang itu ya?" kata Sindi.
"Gak kok, aku bukan mikirin tentang gelang itu, tapi aku lagi mikirin tentang sikap kak Andri yang kemarin seakan akan mau menghindar dari aku. Padahalkan aku cuma mau nanya soal gelang, tapi ada saja alasan yang dia pakai buat menjauh dari aku," kata Sindi.
"Gak mungkin kak Andri menghindar dari kamu. Mungkin dia lagi sibuk kali, sampai gak sempat buat ngomong berdua sama kamu," kata Salsa.
Di kantin, Rangga berusaha untuk membuat Sindi jatuh cinta kepadanya dengan cara menyuapi makanan ke mulut Sindi, tetapi Sindi menolak.
"Sin, ini makanan enak bangat loh. Kamu mau cobain, gak. Biar aku suapin ya?" kata Rangga. Rangga menyuapi Sindi dengan penuh kebahagiaan.
Tetapi Sindi menahan Rangga untuk melakukan hal tersebut, "Gak perlu... Lebih baik kamu suapin Salsa saja. Mungkin dia mau disuapin sama kamu. Ya kan sal, kamu mau disuapin sama Angga." Sindi memberikan kode ke Salsa, supaya Salsa mau untuk disuapi oleh Rangga. Dan Salsa pun mau untuk di suapin oleh Rangga, tetapi Rangga justru tidak mau menyuapi Salsa.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang