Story 1

13 3 0
                                    

Seperti bunga yang mekar dimusim semi, begitulah suasana hati yang kini sindi rasakan ketika mendengar bahwa ayahnya akan mengajak sindi dan bundanya untuk liburan keluarga di sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat.
"Sayangnya ayah... Cici mau gak, kalau besok kita liburan keluarga ke Bandung?" tanya ayahnya sindi ke putri tercintanya.
"Serius yah.. Besok kita liburan keluarga ke Bandung?" bertanya balik ke ayahnya untuk meyakinkan dirinya kalau ayahnya tidak membohonginya.
"Iya... ayah serius. Kapan sih ayah pernah bohong sama putri ayah yang cantik ini," kata sang ayah. Ayahnya mencoba meyakinkan putrinya kalau dirinya tidak membohongi putrinya.
"Yeehh.... Terima kasih ya yah?" kata Sindi. Sindi meloncat kegirangan dan memeluk sang ayah.

Tidak lama kemudian, sampailah mereka disebuah vila pribadi milik ayahnya sindi yang sudah hampir lima tahun tidak ditempati oleh mereka. Karena, semenjak sindi lahir ayahnya mulai sibuk dengan pekerjaannya yang ada di Jakarta sampai tidak ada waktu buat liburan kesini dan tinggal di vila pribadi milik mereka.
"Ayah.. ini rumah siapa? Kita akan tinggal disini ya yah?" kata Sindi. Sindi merasa heran karena dia tidak pernah datang dan menginap ke vila tersebut.
"Iya sayang.. Kita akan tinggal disini selama kita masih liburan di Bandung. Setelah ayah menikah sama bunda, ayah sempat beli vila ini, biar suatu saat nanti kalau kita liburan ke Bandung, kita gak perlu lagi sewa vila untuk kita tempati. Bunda, Cici Sekarang kita masuk ya. Dan untuk putri ayah yang cantik ini, Cici boleh memilih kamar yang mana saja yang ingin Cici tempati," kata sang ayah. Sang ayah mengajak istri dan putrinya tercinta untuk masuk kedalam vila.

Setelah selesai merapikan baju, karena merasa bosan Cici meminta izin kepada orang tuanya untuk main di halaman vila.
"Ayah.. Bunda.. Cici pergi main dulu ya? Soalnya Cici bosan di dalam vila mulu," jawab Sindi dengan ekspresi bosan.
"Iya sayang Cici boleh main ko tapi, mainnya cuma di halaman vila saja ya. Jangan jauh jauh," kata sang bunda.
"Iya bun," kata Sindi.

Ketika sindi sedang bermain dihalaman dengan bonekanya dia melihat kupu-kupu yang sangat indah sedang terbang tinggi dilangit biru. Karena, sindi merasa terpesona dan kagum akan keindahan yang dimiliki oleh kupu-kupu tersebut, sehingga ingin rasanya sindi menangkap dan menunjukan kepada ayah dan bundanya kalau dia menemukan sebuah kupu-kupu yang sangat indah.
"Kupu-kupunya cantik bangat. Rasanya, Cici ingin sekali melihara kupu-kupu itu dan akan Cici tunjukan sama ayah dan bunda kalau Cici punya kupu-kupu yang indah," kata Sindi. Sindi melihat kearah kupu-kupu yang sedang terbang.

Sindi pun mencoba untuk mengejar dan menangkap kupu-kupu tersebut. Ketika sindi sedang mencoba menangkap kupu-kupu tersebut, tiba tiba kaki sindi tersandung sebuah ranting dan Sindi pun terjatuh. Lutut kanan Sindi terkena batu krikil, sehingga lututnya mengeluarkan sedikit darah. Karena darah yang keluar dari lutut kanan Sindi sehingga membuat sindi merasa kesakitan dan menangis,
"Auhh.. Sakit.." Sindi menangis sambil memegang lututnya.
Karena teriakan Sindi yang merasa kesakitan sehingga membuat anak yang umurnya tidak beda jauh dengan umur Sindi datang menghampiri Sindi sambil bertanya tentang kondisi sindi, "Kamu gak apa-apa? Itu kaki kamu berdarah. Biar gak infeksi, lukanya aku obatin ya." Anak tersebut mencoba mengobati luka yang ada di lutut kanan sindi.
"Terima kasih sudah mau mengobati luka aku," kata Sindi. Sindi Memperlihatkan senyuman yang manis kepada anak tersebut.
"Sama-sama," kata anak tersebut. Anak tersebut mencoba membantu sindi untuk berdiri.

Setelah mengobati luka Sindi, Riyan mencoba memperkenalkan diri dan menanyakan siapa nama anak perempuan yang dia tolong itu. Dan mencoba untuk mengajak anak perempuan itu menjadi temannya,
"Aku Riyan. Nama kamu siapa?" Memberikan tangan kanan sebagai simbol perkenalan.
"Nama aku Cici" kata Sindi. Sindi menyalami tangannya Riyan.
"Boleh gak kalau aku jadi teman kamu?" kata Riyan sambil memperlihatkan senyumnya yang indah kepada Sindi.
"Seriusan kamu mau jadi teman aku?" kata Sindi. Sindi merasa aneh karena baru kali ini ada orang asing yang mau berteman dengan Sindi.
"Iya aku serius. Kamu mau gak jadi teman aku?" kata Riyan. Riyan mencoba meyakinkan sindi kalau dia tidak berbohong.
"Ya. Aku mau jadi teman kamu " jawab Sindi dengan ekspresi gembira. Akhirnya mereka berdua pun menjadi sepasang teman.
Sindi berencana untuk mengajak Riyan ke vilanya. Supaya Riyan bisa diperkenalkan kepada kedua orang tuanya Sindi. Tetapi, belum sempat Sindi mengajak Riyan untuk pergi kerumahnya, riyan pun sudah terlebih dahulu berpamitan untuk segera pulang.

Sesampainya di vila, orang tuanya Sindi kaget melihat kondisi putrinya yang awalnya baik-baik saja tapi setelah pulang bermain menjadi seperti ini. Karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir dengan kondisinya yang seperti ini, akhirnya Sindi cerita kepada kedua orang tuanya sindi kenapa dia bisa menjadi seperti ini dan dia juga cerita tentang sahabat barunya yang sudah mau menolong dia ketika dia terjatuh.

Keesokan harinya, ketika sindi sedang bermain dihalaman vila dia melihat bahwa ada anak laki-laki yang kemarin sempat menolong dia ketika dia sedang terjatuh, lewat didepan halaman vila milik sindi.
Karena Sindi merasa penasaran, dia pun memanggil anak tersebut untuk memastikan kalau itu memang benar-benar anak laki-laki yang kemarin sudah menolong dia, "Riyan...."
Terdengar suara yang sangat lembut sedang memanggil nama Riyan di depan halaman vila yang tidak jauh dari tempat sekarang dia berdiri. Riyan kaget karena ada orang yang memanggil namanya padahal, dia bukan warga sini dan belum ada yang tahu nama dia selain orang tuanya dan Sindi.
"Itu seperti suara Cici," kata Riyan. Karena penasaran, Riyan mengikuti kemana arah suara itu berasal. Ternyata memang benar suara lembut itu berasal dari bibir manis anak perempuan yang pernah Riyan tolong waktu itu dan orang itu bernama Sindi atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Cici.
Karena penasaran, kenapa Cici tinggal di vila tersebut, padahal waktu pertama kali Riyan liburan kesini dia belum pernah melihat bahwa vila ini ada penghuninya dan penghuninya itu teman baru dia sendiri yaitu Cici.
Untuk menghilangkan rasa penasarannya itu dia langsung bertanya kepada Cici tentang kenapa dia bisa ada disini, "Ci.. Kok kamu bisa ada disini sih? Ini vila kamu ya?." Riyan merasa kaget dengan kehadiran Sindi di vila tersebut.
"Iya.. Ini vila aku lebih tepatnya ini vila ayah aku," kata Sindi. Sindi pun menceritakan tentang kenapa dia bisa ada di vila milik ayahnya itu.

Setelah selesai bercerita, Riyan pun mengajak Sindi untuk bertemu dengan orang tuanya, karena kemarin waktu Riyan menolong Sindi, Riyan sempat cerita kepada kedua orang tuanya tentang Sindi. Sebelum, pergi ke rumah Riyan, mereka berpamitan kepada ayah dan bundanya Sindi sekaligus mengenalkan Riyan kepada ayah dan bundanya Sindi bahwa Riyan adalah anak yang kemarin sempat menolong putri tercintanya itu. Karena, ayah dan bundanya Sindi sudah menganggap Riyan seperti anaknya sendiri, sehingga Riyan memanggil ayah dan bundanya Sindi dengan sebutan ayah dan bunda. Setelah selesai mengobrol Riyan dan Sindi berpamitan untuk pergi ke vila milik papanya Riyan.
"Ayah, Bunda. Kita pamit pergi dulu ya ?" tanya Riyan kepada ayah dan bundanya Sindi.
"Iya sayang. Hati-hati ya? Jangan pulang malam-malam!" jawab sang bunda sambil menasehati Riyan dan Sindi.
"Iya bun," Riyan dan sindi menjawab serentak.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang