Story 13

0 0 0
                                    

     Keesokan harinya, Sindi teringat akan omongan Andriyan, yang kemarin dia katakan bahwa dia tidak memiliki gelang yang berukiran nama putri senja. Sindi merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Andriyan adalah bohong. Untuk menghilangkan kecurigaannya terhadap Andriyan, Sindi ingin menyelidiki sendiri tentang kebenaran yang sesungguhnya.
Untuk menyelidikinya, Sindi bertanya kepada Rangga mengenai gelang tersebut, "Angga aku mau nanya sama kamu. Emang benar, gelang punya aku itu sama persis dengan gelang punya kak Andri. Dan emang benar, gelang punya kak Andri ada ukiran nama putri senja."
Rangga menjawab dengan sejujur jujurnya bahwa gelang milik Sindi sama persis dengan gelang milik Andriyan. Dan gelang milik Andriyan ada ukiran nama putri senja. Tetapi Sindi tetap tidak percaya, apa yang dikatakan oleh Rangga. Akhirnya Rangga meminta Sindi untuk memberikan gelang miliknya ke Rangga, untuk memastikan kalau dia tidak mungkin salah. Ketika Sindi sedang mencari gelang tersebut, tiba-tiba gelang tersebut tidak ada di tasnya. Sindi panik dengan hilangnya gelang tersebut. Melihat kepanikan diwajah Sindi, akhirnya Rangga, Salsa dan juga Bisma ikut mencari keberadaan gelang tersebut. Sudah cukup lama mereka mencari keberadaan gelang tersebut, tetapi gelang tersebut tidak juga berhasil ditemukan.
Di kantin Sindi teringat bahwa, sebelum gelangnya menghilang Sindi sempat membawa gelang tersebut untuk menunjukkan ke Andriyan. Dan kejadian itu terjadi kemarin disekolah, waktu mereka membicarakan tentang gelang tersebut. Sindi yakin bahwa gelang tersebut terjatuh ditempat kemarin waktu dia bertemu dengan Andriyan, dan mungkin Andriyan adalah orang yang menemukan gelang tersebut. Untuk menghilangkan rasa penasarannya itu, Sindi menemui Andriyan untuk menanyakan apakah gelang miliknya ada di Andriyan atau tidak.
"Kak Ridho. Kak Andri dimana?" tanya Sindi kepada Ridho.
"Andri ada di perpustakaan. Emang kenapa kamu nanyain keberadaan Andri?" kata Ridho. Sindi tidak menjawab pertanyaan Ridho dan memilih untuk menemui Andriyan.
 
     Sampailah Sindi diperpustakaan. Ketika Sindi lagi berbicara kepada Andriyan tentang keberadaan gelangnya yang hilang, tetapi justru Andriyan tidak menjawab pertanyaan Sindi dan dia menyuruh Sindi untuk diam, dengan alasan kalau diperpustakaan tidak boleh ada yang berbicara.
"Ini perpustakaan. Jangan berisik. Kalau mau ngomong jangan disini. Paham!" Kata Andriyan dengan sikap dinginnya itu.
Sindi pun mengajak Andriyan ke kantin, untuk membicarakan soal gelangnya yang hilang. Tetapi Andriyan menolak, dengan alasan kalau Andriyan lagi sibuk sehingga tidak ada waktu untuk membicarakan hal tersebut. Sindi pun pergi dengan rasa penuh kecewa, sebab sikap Andriyan yang seakan-akan ingin menjauh darinya.
   
     Beberapa hari kemudian, Sindi berulang tahun yang ke 16 tahun. Kini semua teman yang dia undang, telah datang ke acara ulang tahunnya. Namun hanya ada satu orang yang tidak datang ke pesta ulang tahunnya, orang itu bernama Andriyan. Sindi sengaja mengundur pesta ulang tahunnya untuk menunggu kehadiran Andriyan. Sindi selalu berpikir bahwa, Andriyan pasti datang ke acara ulang tahunnya. Ketika Sindi sudah berada didepan rumahnya untuk menunggu kehadiran Andriyan, datanglah seorang pria yang menghampirinya. Pria itu bernama Ridho, sahabatnya Andriyan. Ridho memberikan kado kepada Sindi, dan Ridho bilang bahwa kado tersebut adalah pemberian dari Andriyan. Andriyan juga berpesan kepada Ridho untuk sampaikan permintaan maaf darinya untuk Sindi, karena Andriyan tidak bisa datang ke acara ulang tahun Sindi.
"Kak Ridho. Kak Andri kemana. Kok perginya gak sama kak Ridho," kata Sindi dengan wajah yang penuh tanda tanya.
"Ini kado pemberian dari Andri buat kamu. Kata Andri, dia minta maaf karena gak bisa datang ke acara ulang tahun kamu, katanya dia ada urusan penting yang gak bisa dia tunda. Dia juga bilang ke aku, bahwa kamu boleh buka kado dari dia, setelah acaranya selesai, dan jika kamu pakai kado tersebut, kamu jangan pernah kasih tahu kesiapapun, kalau kado itu dari Andri. Jangan pernah kamu tanya ke aku tentang alasan, kenapa Andri berpesan seperti itu. Karena aku tidak dikasih tahu sama Andri soal alasannya," kata Ridho.
  
     Setelah acara ulang tahunnya selesai, Sindi membuka kado pemberian dari Andriyan. Sindi merasa senang, karena kado pemberian dari Andriyan berisikan barang yang paling Sindi suka, yaitu berupa kalung yang cantik banget. Setelah dia memperhatikan kalung yang berliontinkan hati, Sindi baru menyadari bahwa kalung pemberian dari Andriyan ada ukiran huruf P dan S yang berada tepat ditengah liontin tersebut. Sindi merasa kalau kado tersebut bukan buat dirinya, melainkan buat orang lain. Dan dia berencana untuk menanyakan hal ini langsung ke Andriyan.
  
     Keesokan harinya. Ketika Sindi, Salsa dan Bisma sedang lari pagi, tidak sengaja mereka bertemu dengan Andriyan dan Rangga. Sindi melihat Andriyan dengan penuh kebahagiaan. Tanpa Sindi sadari bahwa Andriyan juga bahagia melihat Sindi memakai kalung pemberian darinya. Tapi Andriyan tidak menunjukkan kebahagiaannya lewat senyuman yang ada di bibirnya, melainkan dikedua matanya yang indah.
  
     Sindi menyapa Andriyan dengan senyuman tetapi Andriyan tidak membalas sapaannya, justru yang membalas sapaannya adalah Rangga. Berbeda dengan kedua temannya yang juga menyapa Andriyan, dan Andriyan pun menyapa balik Salsa dan Bisma. Setelah Andriyan menyapa Salsa dan Bisma, dia pamit untuk lari pagi duluan. Tanpa Sindi sadari, dari tadi Rangga selalu melihat kearah kalung yang dipakai oleh Sindi. Untuk menghilangkan rasa penasarannya itu, Rangga menanyakan tentang kalung tersebut. Teringat akan pesan yang disampaikan oleh Ridho dari Andriyan, terpaksa Sindi harus berbohong kepada Rangga, Salsa dan juga Bisma. Sindi hanya bilang ke mereka bahwa kalung tersebut adalah hadiah dari ayahnya Sindi. Rangga merasa aneh kenapa ayahnya Sindi memberikan anaknya kalung yang ada ukiran huruf P, S.
"Sin, kenapa ayah kamu memberikan kalung yang ada huruf P dan S. Emang singkatan dari apa?" kata Rangga.
Mendengar ucapan Rangga, membuat Sindi terpaksa berbohong kepada ketiga temannya itu, "Oh, ini... Ini itu singkatan dari Putriku Sayang." Mereka bertiga pun akhirnya percaya dengan kebohongan Sindi. Dan mereka melanjutkan joging mereka.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang