Story 12

0 0 0
                                    

     Tak lama kemudian, datanglah Andriyan dan Ridho. Sindi melihat ada banyak luka yang ada diwajahnya Andriyan. Karena khawatir dengan kondisi Andriyan dengan wajah yang seperti itu, Sindi pun datang menghampiri Andriyan dengan wajah yang panik.
"Kakak kenapa, kok wajahnya jadi banyak luka seperti itu. Kakak berantem ya?" kata Sindi.
Ridho menjawab pertanyaan dari Sindi, sebab dia tahu kalau Andriyan pasti tidak akan kasih tahu tentang kenapa wajahnya bisa seperti itu, "Andriyan gak apa-apa kok Sin... Jadi kamu tidak perlu panik seperti itu. Andriyan seperti ini, karena dia habis lomba karate. Tapi seharusnya kamu senang, sebab Andriyan menang lomba."
Andriyan sedikit kesal sama Ridho, sebab Ridho sudah janji untuk tidak bilang ke Sindi tentang kenapa wajahnya bisa menjadi seperti sekarang ini, tetapi Ridho justru mengingkari janjinya itu.
"Sebenarnya, aku gak boleh bilang ke kamu, soal alasan kenapa wajah Andri bisa menjadi seperti ini. Tapi karena aku gak tega melihat wajah kamu yang panik banget, makanya aku kasih tahu kamu. Maaf ya andri, aku kasih tahu ke Sindi tentang masalah ini," kata Ridho.
"Kakak tunggu disini ya... Aku mau beli es batu dulu, buat ngobatin luka kakak," kata Sindi .
Sindi pergi untuk membeli es batu, tetapi Andriyan memegang tangan Sindi untuk menahannya pergi, "Gak perlu... Lagi pula lukanya sudah diobati kok. Ayo Ridho kita pergi dari sini. Aku mendadak sudah merasa kenyang," kata Andriyan. Andriyan menarik tangan Ridho untuk pergi meninggalkan Sindi dikantin.

     Sindi masih penasaran dengan gelang Andriyan yang dibilang mirip dengan gelang miliknya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya itu, dia bertekad untuk menemui Andriyan lagi, dan menanyakan mengenai gelang tersebut. Setelah bertemu dengan Andriyan, Sindi tidak ingin Andriyan menghindar darinya, makanya Sindi memegang tangan Andriyan sekuat tenaganya sampai Andriyan jawab pertanyaan dari Sindi tentang gelang tersebut.
"Kak Andriyan, aku mau nanya sama kakak. Tapi kakak jawab pertanyaan dari aku dan jangan jangan mencoba untuk menghindar dari aku. Supaya kakak tidak pergi, aku pegang tangan kakak," kata Sindi sambil memegang tangan Andriyan.
"Jawab yang jujur pertanyaan dari aku. Kak... emang benar kalau kakak punya gelang yang sama persis seperti milik aku, hanya beda nama saja. Yang aku punya, ada ukiran nama pangeran senja dan yang kakak punya ukirannya bernama putri senja. Iya kan kak?" kata Sindi. Sindi menunjukkan sebuah gelang kepada Andriyan. Andriyan kaget melihat gelang milik Sindi sama persis seperti gelang yang pernah dia kasih ke Cici, putri senjanya.
Belum sempat Andriyan menjawab pertanyaan dari Sindi, datanglah seorang siswi menyuruh Sindi untuk menemui salah satu guru di ruang guru, "Sindi. Kamu disuruh ke ruang guru untuk menemui bu Lisa."
"Ok. Terima kasih atas infonya. Buat kak Andri jangan lupa, pulang sekolah aku tunggu jawabannya," kata Sindi. Sindi pun pergi meninggalkan andriyan. Tetapi tanpa Sindi sadari, gelang yang mau dia simpan di saku bajunya justru terjatuh. Karena Andriyan melihat gelang itu terjatuh, dia mengambil gelang tersebut dan tidak memberitahu kepada Sindi kalau gelangnya terjatuh.

     Andriyan pun terus memikirkan gelang tersebut. Sampai pada akhirnya bel pulang pun berbunyi, Andriyan panik melihat Sindi yang sedang menunggunya diparkiran lebih yang tepatnya didepan mobilnya sendiri. Karena Andriyan ingin mencari tahu kebenaran tentang gelang tersebut, dengan terpaksa dia harus berbohong kepada Sindi tentang gelang itu. Dan Andriyan telah berjanji kepada dirinya, jika memang benar kalau Sindi adalah Cici, putri senja yang dia cari selama ini, dia akan memberitahukan kepada Sindi bahwa dia adalah pangeran senjanya diwaktu yang tepat.
"Kak Andriyan. Emang benar kakak punya gelang yang sama seperti gelang punyaku," tanya Sindi kepada Andriyan.
"Iya. Saya emang punya gelang yang sama persis seperti punya kamu tapi, ukiran namanya bukan putri senja, ukiran namanya itu ya nama saya,  Andriyan. Lagi pula, dulukan emang banyak yang jual gelang itu, pasti bukan saya saja yang punya gelang itu, semua orang juga pasti punya gelang seperti itu. Emang ada kisah apa dibalik gelang itu, sampai kamu menuduh saya, kalau saya mempunyai gelang dengan ukiran nama putri senja," kata Andriyan.
Sindi pun menceritakan kisah dibalik gelang tersebut, "Kurang lebih sekitar sepuluh tahun yang lalu... Aku liburan ke bandung. Disana, aku tidak sengaja bertemu dengan cowok yang umurnya tidak beda jauh dengan umur aku. Kira-kira dia seumuran dengan kakak. Cowok itu suka banget sama senja, seperti kakak yang suka sama senja. Aku tahu kakak suka sama senja itu, dari mama tiri kakak. Aku sama cowok itu berteman. Dan tidak lama kemudian, dia pulang ke Jakarta dan dia memberikan aku sebuah gelang. Gelang tersebut ada ukiran nama pangeran senja, dan dia juga memakai gelang yang sama persis dengan gelang yang dia beri ke aku. Gelang aku dan dia hanya berbeda ukirannya saja. Kalau gelang yang dia pakai ukiran namanya adalah putri senja. Kata dia kalau aku rindu sama dia, aku tinggal melihat gelang pemberian dari dia. Dan dia juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan."
Mendengar cerita yang keluar dari mulutnya Sindi, Andriyan pun terkejut dan dia langsung segera pergi dengan raut wajah yang terlihat panik.

Bersambung...

Cinta dibalik SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang