23 !¡ Outset of Discord

80 7 8
                                    

🏩 Now playing: Olivia Rodrigo - Favorite Crime 🏩

💔

Ada sesuatu yang membuat pikirannya runyam sejak kemarin. Sesuatu yang mengganjal pikirannya, yang membuatnya enggan memikirkan kembali hal itu, namun sayangnya hal tersebut malah menjadi lebih sering terpikirkan olehnya.

Percakapan bertahun-tahun lalu menggema di telinganya kembali, menghantui dirinya meskipun ia menolak pernyataan itu mentah-mentah.

Pun pertemuan malam itu mendadak membuatnya merasa takut dan gelisah hari ini. Jujur, ia benar-benat takut hal itu menjadi kenyataan.

Sambil memandang ke arah jendela dan duduk di atas kasurnya, ia memeluk dirinya sendiri, menenggelamkan wajah ke dalam pelukan.

Ia tidak ingin yang dikatakan wanita itu benar adanya. Ia tidak ingin ketakutannya saat ini menjadi kenyataan. Dan ia tidak ingin kehilangan orang yang ia sayangi, sekali lagi.

***

Eryth berlari-lari kecil menaiki tangga masuk gedung kantor Addison Group siang ini. Menyapa beberapa orang yang ia kenal. Ia berjalan cepat memasuki lift menuju ke lantai tujuh, tempat di mana dulu ia bekerja bersama tim Addison Group. 

Berkaca pada dinding logam lift, Eryth merapikan pakaian formal yang dikenakannya hari ini, juga rambutnya yang terikat rapi, sejenak sambil memasang senyum kecil di wajahnya. Ia tidak boleh menampakkan wajah suram nan sedihnya pada orang lain. Tidak ada yang boleh tahu perasaannya saat ini, tidak ada yang boleh menyadari bahwa semalaman ia nyaris tidak tidur karena overthinking yang memenuhi kepalanya. Tidak ada, kecuali dirinya sendiri. Ia harus fokus kembali pada pekerjaannya hari ini.

Pintu lift berdenting sekali dan terbuka, gadis itu segera keluar dan berpijak pada karpet tebal familiar yang cukup ia rindukan. Ia menghirup udara segar nan harum khas kantor itu dan mengembuskannya pelan. Lalu, suara tak asing terdengar menyapa.

"Eryth Lloyd!?" Freya yang tengah membawa berkas-berkasnya langsung tersenyum semringah ketika berpapasan dengan Eryth.

Eryth tertawa kecil melihat teman karib di kantornya itu lantas bergerak menghampiri Freya dan mereka berpelukan layaknya tidak pernah bertemu sekian tahun.

"Bagaimana kabarmu? Oh, kedatanganmu ke sini sangatlah tidak terduga. Kupikir, kau tidak akan datang ke kantor lagi setelah kerja samamu selesai," tutur Freya panjang lebar.

Ya, alasanku untuk datang lagi ke sini adalah bosmu, Freya. Namun, Eryth memutuskan untuk tidak mengungkapkannya. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Melelahkan. Sungguh. Tapi, ya, rekan-rekan kerjaku di sini membuat hari-hariku lebih baik," jawabnya sambil berjalan bersama Eryth. 

Eryth mengangguk. "Omong-omong, apa bosmu ada di sini?"

"Oh iya, aku sampai lupa, kau pasti selalu datang ke sini untuk Mr. Bos." Freya menepuk dahinya. "Entahlah, aku belum melihatnya hari ini. Sayang sekali, sepertinya kita tidak bisa mengobrol terlalu lama saat ini karena tugas-tugas menyebalkan ini. Aku akan mengantarmu ke ruangannya saja. Ayo."

Eryth berjalan mengikuti Freya yang membawanya ke ruang kerja Henry dan gadis berambut pendek itu membukakan pintu ruangannya untuk Eryth. "Masuk saja. Bos tidak akan keberatan kalau kau menunggunya di dalam."

"Terima kasih, Freya. Semoga beruntung dalam pekerjaanmu," ucap Eryth.

Freya mengedip. "Kau juga, ya. Kita bertemu lagi nanti. Sampai jumpa."

Alarm of The Heart-ProgramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang