05 !¡ Her Precious Glasses

216 19 3
                                    

🎹 Now playing: Ali Gatie - It's You 🎹

Also 2.400 words for this,
Enjoy!

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Henry, para hairstylist itu mulai mengurusi rambut keriting cokelat gelap yang agak kusut tersebut. Dari mengeramasinya terlebih dahulu, memotong sedikit untuk merapikannya, memberikan berbagai produk perawatan rambut padanya, dan kegiatan lain yang Eryth tak mengerti.

Sambil mengurus rambutnya, pekerja salon yang lain memberikan perawatan pada tangan dan kaki Erythrina. Pedicure dan menicure, seperti yang Henry bilang, padahal Eryth sama sekali tak menginginkannya.

Setelah rambut Eryth siap, mereka membawa Eryth untuk melakukan sedikit perawatan wajah yang selanjutnya adalah meriasnya dengan make up untuk mempercantiknya.

Dalam proses perawatan wajah itu, Eryth mendengar salah satu dari mereka bergumam mengatakan bahwa wajah gadis itu terlihat kusam seperti tak pernah mencuci wajahnya.

Eryth hanya bisa mendengus kesal karena walaupun ia agak tersinggung, kenyataannya memang cukup benar kalau ia jarang mencuci wajahnya dengan sabun muka terbaik seperti gadis-gadis remaja kebanyakan yang suka merawat dirinya. Eryth seolah tak pernah memedulikan penampilan dirinya sebelum ini. Kata-kata pelayan salon barusan cukup membuatnya tertampar-sedikit.

Well, sekarang lihatlah. Eryth yang telah mengenakan pakaian baru yang dibelikan oleh Henry, kini juga telah mengubah seluruh penampilannya menjadi Erythrina Lloyd yang jauh lebih cantik dan rapi.

Gadis itu sendiri sampai terperangah kala melihat pantulan dirinya di cermin besar. Rambut panjang berkeriting yang semula kusut, kini lebih teratur tanpa mengubah kekeritingan alaminya. Kulitnya yang kecokelatan terlihat lebih cerah, tidak kusam seperti sebelumnya. Wajahnya, oh, dia benar-benar terlihat cocok dengan make up natural yang membuat bibirnya tidak pucat dan kantung mata yang tertutupi dengan baik.

Eryth baru pertama kali merasa bahwa ia benar-benar cantik, tetapi dengan menjadi dirinya sendiri.

Pernah sekali, ia didandani seperti ini oleh teman-temannya dahulu kala ketika acara perpisahaan Middle School. Kulitnya dibuat menjadi sangat putih-entah bedak apa yang mereka gunakan untuk itu, lalu rambutnya dipaksa untuk lurus sehari saja, riasan wajahnya terlalu menor, dan ia terpaksa melepas kacamatanya dan menggantinya dengan lensa kontak yang menurutnya mengganggu mata.

Ewh, Eryth benci mengingatnya lagi.

Namun, sekarang, Eryth bersungguh-sungguh akan berterima kasih pada Henry dan tak akan menyesali keputusannya hari ini. Ia menyukai dirinya sekarang.

Eryth tersenyum lebar, lalu mengambil tas dan kacamata kotaknya di atas meja rias, mengenakannya, lantas berjalan dengan cepat menghampiri Henry sambil masih mengenakan sepatu hak tinggi. Ia masih kesulitan berjalan, tetapi ia sangat tak sabar untuk memperlihatkan dirinya pada si rekan kerja terhormat. "Hai. Bagaimana menurutmu?"

Henry yang tengah duduk di sofa memainkan ponselnya, mendongak menatap penampilan baru Eryth. Ia menyunggingkan seulas senyum seperti biasanya. "Jauh lebih bagus." Ia berdiri. "Tapi...."

Eryth mengernyit dan menatap sekali lagi penampilannya. "Apa ada yang salah?"

Jarak Henry dan Eryth hanya satu langkah saat ini. Mereka saling melontarkan pandangan sampai Henry tiba-tiba menarik kacamata kotak yang-selalu-dikenakan Eryth itu seraya menyeringai. "Kau tidak perlu memakai kacamata ini lagi."

Senyum yang mengembang di wajah Eryth seketika lenyap, digantikan raut wajah tak terima. "Apa!? Apa kau gila, Mr. Addison? Aku memiliki rabun mata yang besar, bagaimana mungkin aku melakukan pekerjaanku tanpa kacamataku!"

Alarm of The Heart-ProgramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang