chapter 13

215 35 1
                                    

Shanice menghubungi satpam sekaligus supir rumah Gilang untuk memberi kabar.

《Halo pak, bang Ricky meninggal》

《Serius neng》

《Iya pa tolong panggil warga ya》

*****
Kini rumah sudah dipenuhi orang-orang yang melayat, jasad Ricky baru saja tiba, Gilang benar benar hancur rasanya seperti mimpi tak parnah ia bayangkan jika kakak tersayang nya akan pergi secepat ini.

"BangRick, kenapa lu ninggalin gua, nanti siapa yang mau denger cerita gua, nanti gua harus curhat kesiapa?" Ucap Gilang lirih namun terdengar.

"Lang lu harus kuat" ucap Shanice menenangkan Gilang.

Tak sanggup menahan tangis, Gilang pergi ke kamar dan menyeluruh di balik pintu kamar nya sembari mengacak-acak rambut nya yang begitu rapi.

"Gua bingung sekarang, masih banyak yang pengen gua ceritain sama lu bang, gua bingung sekarang, mama papa gak mungkin mau denger cerita gua"

Gilang berjalan menuju ranjang dan mengambil foto mereka yang terpadang di meja belajar gilang. Gilang menatap foto itu dan beberapa kali ia membasahi foto itu dengan air matanya.

"Bang Rickk, gua harus gimanaa sekarang?" tanya Gilang menatap wajah Ricky di foto itu.

Toktoktok
Ketukan pintu dari luar kamar Gilang.

"BangRick, apa itu bangRick yang ketuk pintu" Gilang bergegas membuka pintu itu.

Ceklek
Gilang membuka pintu itu.

"BangRick" ucap nya spontan, tapi bukan Ricky dihadapan nya melainkan mama yang berdiri di depan pintu.

"Mama"

"Kedepan sekarang Gilang, Ricky butuh kamu" ucap mama pelan.

"Aku gak sanggup ma" ucap Gilang dengan suara bergetar.

"Mama tau kamu gak sanggup, tapi kamu harus kuat nak" mama mengusap rambut Gilang yang sudah lama tak ia pegang.

Ini pertama kalinya setelah beberapa tahun Gilang tak melihat mamanya baik kepadanya.

"Ayoo nak" ucap mama merangkul Gilang menuruni tangga.

Gilang melihat ramai sekali rumah nya, sudah banyak orang datang.

Semakin banyak orang yang datang, semakin sesak dadanya karena kehilangan Ricky. Farhan, Shandy, dan teman teman Gilang yang lain nya sudah datang sejak setengah jam yang lalu.

"Bang Han, bang Shan" ucap Gilang berjalan kearah mereka.

"Auuu" tiba tiba dadanya merasa sakit.

Brukk
Gilang terjatuh, dengan cekatan Farhan dan Shandy membatu Gilang duduk di sofa bersama mama dan papa.

"Kamu gapapa nak?" Tanya mama melirik Gilang.

"Gapapa ma" ucap nya lirih.

*****
Dipemakaman Gilang masih merasa sakit di dadanya. Tapi ia harus kuat demi kakak nya. Sepanjang jalan Gilang memegangi dadanya yang sakit.

Farhan yang panik melihat Gilang langsung menyamakan langkahnya dengan Gilang.

"Lang, lu gapapa?"

"Gua gapapa" jawab nya singkat.

"Oke"

Setelah pemakaman beres, Seluruh warga pulang kerumah masing masing, tetapi Gilang tak beranjak dari makam selangkahpun, iya masih menatapi nisan yang bertuliskan nama kakak nya.

Gilang's Tears (Air Mata Gilang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang