chapter 19

180 28 0
                                    

Mengapa masih ada
Sisa rasa didada
Disaat kau pergi begitu saja
Mampukah kubertahan
Tanpa hadir mu sayang
Tuhan sampaikan rindu untuknya
🍒
•••••••

"BangShan..."

"Ya gua disini Lang" ucap Shandy menahan tangis.

"Bangg... mama papa mana?"

"Mereka dirumah, mereka cemas nyariin lu"

"Bilang sama mereka gua baik-baik aja" suaranya semakin mengecil.

"Kita kerumah sakit ya, lu harus bertahan" Shandy membawa Gilang keatas dan mencari taxi untuk membawa Gilang kerumah sakit.

Sampai dirumah sakit Shandy langsung mengabarkan mama, papa dan Friska tidak lupa ia mengabarkan Fenly yang sangat susah dihubungi.

"Gimana bang Fenly bisa ditelfon" Shandy menggelengkan kepalanya.

Shandy mengirim pesan kepada Fenly.

Shandy
Gilang kecelakaan, sekarang dia di UGD, terserah lu mau kesini atau ngak

Tak lama Fenly membaca dan membalas pesan yang dikirim oleh Shandy.

Fenly
Gua kesana sekarang

Semua sudah ada didepan ruang UGD menunggu dokter keluar dari dalam ruangan. Dari tadi mama, papa, Friska dan Shandy hanya menangis dan cemas memikirkan Gilang.

Shandy sangat khawatir akan keadaan Gilang yang entah bagaimana kondisinya. Friska menangis di pelukan Shanice, mama tak pernak berhenti menangis memikirkan Gilang.

"Gua takut Gilang kenapa-napa shanice" ucap Friska lirih.

"Frisss yakin Gilang ngak akan kenapa-napa" Shanice mencoba meyakinkan Friska.

Ceklek
Dokter keluar dari dalam ruang UGD

"Dok gimana keadaan anak saya?" Tanya mama cepat, semua berdiri dan menatap wajah Dokter.

"Tuhan lebih sayang dengan Gilang, Gilang menyerah"

"GILAAANGGGGG" teriak mama histeris, papa menguatkan peluaknnya kepada mama.

"Ngak mungkin Gilang meninggal" kata Friska, Shanice kembali memeluk sahabatnya yaitu Friska.

Fenly yang baru datang dikejutkan oleh perkataan dokter, ia menyesal sudah benci kepada Gilang hanya karena masalah sepele.

"BangShan ini ngak benerkan?" Ucap Fenly menatap Shandy, Shandy merangkul Fenly.

"Lu kuat Fen"

"Sahabat gua ngak mungkin meninggal banggg" ucap Fenly.

"Kita kedalam ya" ucap Farhan.

Mama berlari menghampiri brankar Gilang dan melihat wajah Gilang yang sudah tidak bernyawa. Ia menatap wajah anaknya yang kini tak menatapnya.

"Sayanggg kenapa kamu tinggalin mama nak, mama belum siap kehilangan kamu hiks hiks" mama menangis memeluk tubuh Gilang.

"Ma udah ya, sekarang Gilang ngak sakit lagi, penyakit nya udah ngak menyerang dia lagi" tutur papa dan menitihkan airmata.

Jenazah Gilang sudah dibawa pulang dan akan segera dimakamkan. Rumah Gilang rupanya sudah banyak orang yang datang, seluruh keluarga dan teman-teman Gilang masih sangat merasa kehilangan seorang Gilang. Nenek dan Kakek Friska yang baru saja mendarat di bandara langsung pergi kerumah Gilang karena dapat kabar dati cucunya bahwa Gilang sangkekasih telah tiada.

"Nekk" Friska memeluk erat neneknya dan menumpahkan semua airmatanya

"Udahh jangan nangis nakkk, kasihan Gilangnya kalau kamu nangis"

"Kek Nek" panggil Shanice kepada kakek dan Nenek.

"Nak Shanice" nenek sudah mengenal Shanice sejak Friska dan Shanice masih kecil.

Keranda yang berisikan jenazah Gilang sudah sampai di pemakaman, mama dan papa yang masih belum berhenti menangis, Friska menangis sembari membawa foto sang kekasih.

Akhirnya pemakaman sudah selesai, Gilang dimakamkan disebelah makam Ricky. 

"Gilang... mama sayang sama Gilangg" ucap mama memeluk nisan bertuliskan nama anaknya.

"Ma udah ya kita pulang" kata papa

"Ngak pa, mama mau disini kasihan Gilang sendiri disini pa..."

"Ma... kita pulang yukk, Friska anterin mama ya" Friska mencoba untuk membujuk mama agar ikut pulang bersamanya dan bersama papa.

"Ngak Friss, mama mau disini"

"Maa.. mama harus istirahat, Friska ngak mau mama sakit" dan akhirnya mama mengangguk dan mau pulang.

Sampai dirumah Gilang yang sudah sepi dan tak ada orang selain supir dan asisten rumah tangga.

"Mama duduk dulu ya Friska bikin teh dulu"

"Ngak usah, kamu duduk disini aja" mama menarik tangan Friska yang akhirnya duduk disebelahnya.

"Makasih ya nak kamu selalu ada buat mama dan Gilang"

"Ma, aku itu udah anggap kalian seperti keluarga aku sendiri, jadi ngak usah berterima kasih ya ma"

"Oh iya nenek kamu udah pulang?" Tanya mama.

"Nenek lagi dijalan mau kesini" jawan Friska

"Oh gitu"

Toktoktok
Ketukan pintu dari luar.

"Aku buka dulu ya" kata Friska bangkit dari duduk nya dan melangkahkan kaki nya depan pintu.

"Nenek kakek, masuk nek kek" Friska bersama nenek kakek nya berjalan menghampiri mama.

"Ma kenalin ini nenek sama kakek"

"Bu pa" mama mencium tangan kakek dan nenek, Lalu menyuruh mereka duduk di sofa.

"Kami turut berduka cita ya atas meninggalnya anak kamu" mama menunduk, kembali menangis karena teringat Gilang.

"Maa... jangan nangis lagi dong"

"Friss, sekarang apa yang mama takutkan sudah terjadi"

"Maa... mama boleh kok anggap aku seperti anak mama sendiri, aku juga senang kalau mama anggap aku anak mama" kata Friska.

"Makasih sayang"

*****

Gilang's Tears (Air Mata Gilang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang