Matahari sudah menampakan wujudnya, empat remaja itu akan segera memulai perjalanan menuju hutan. Seperti biasa Shanice paling lama menyiapkan keperluan nya.
"SHANICE CEPETAN DONG KEBURU PANAS" teriak Friska yang sudah menunggu sekitar setengah jam bersama Gilang dan Fenly.
"Iya tunggu" jawab Shanice sembari berjalan keluar rumah.
"Yuk" ucap Shanice polos.
"Yuk? Hehh dari tadi kita nunggu lu lama banget" ucap Fenly kesal.
"Ya ya maaf, lagi pulakan gua cewe jadi keperluan gua bany..."
"Friska juga cewe kali tapi dia gak seribet lu"
"Udah mau kapan jalannya kalau masih pada ribut" ucap Gilang kembali menggendong tasnya.
"Tau nih Fenly ribet banget" ucap Shanice memajukan bibir bawahnya.
"Lu yang ribet"
Perjalan menuju lokasi camping memang banyak tantangan dari mulai licin karena tadi malam hujan, dan banyak batu-batu yang susah di lewati.
"Aduhh Fenn, bantuin gua dongg" rengek Shanice.
"Ogahh, ngapain gua bantuin lu"
"Jahat banget sih lu jadi cowo" jawab Shanice, berhati-hati dalam jalannya diatas batu-batuan.
"Emang" kata Fenly acuh.
Disisi lagi Friska dan Gilang berjalan tanpa melepaskan pegangan tangan mereka, dari awal masuk hutan hingga di pertengahan hutan mereka masih berpegangan.
"Pegangin gua napa, kejam banget sih lu" rengek Shanice.
"Manja banget sih lu" celetuk Fenly, Fenly menarik tangan Shanice hingga ada di genggamannya.
"Aduhh" Shanice terpeleset, tanpa melepaskan genggaman tangan itu Fenly membantu Shanice berdiri.
"Mampus" celetuk Fenly, Shanice melepaskan genggaman itu dan kemudian tangan nya memukul pundak Fenly yang kemudian membersihkan celana jeans putih yang sedikit kotor.
"Ihh, bukan nya bantuin lu malah ngeledek" ucap Shanice dengan suara melengkingnya.
"Ya lu bukan nya hati-hati" oceh Fenly.
"Aduh mana celana gua putih lagi" kata Shanice lirih.
"Udah ah ayok ngoceh mulu" ucap Fenly menarik tangan Shanice.
Akhirnya perjalanan mereka yang banyak sekali rintangan telah berakhir mereka sudah sampai di lokasi camping di tengah hutan. Dua tenda sudah berdiri kokoh dan tikar sudah tergelar di depan tenda, ke empat remaja itu beristirahat sembari makan dan ngobrol diatas tikar itu.
Matahari sudah hampir tak terlihat, ke Fenly dan Gilang tengah sibuk menyiapkan api unggun sedangkan Friska dan Shanice sedang menyiapkan keperluan makan mereka seperti mie instan yang akan mereka bikin di atas api unggun hingga sendok dan piring untuk alat makan mereka.
"Friska gua mau yang mie goreng ya" ucap Shanice menunjuk pada mie instan di sebelah Friska.
"Iya semuanya mie goreng" tutur Friska.
"Oke"
Shanice menoleh ke arah Gilang dan Fenly yang belum juga beres membuat api unggun.
"Ehh Fenly bisa ngak sih lu bikin api unggun?" Tanya Shanice.
"Bisa udah tenang aja"
"Oke deh semangat ya" ucap Shanice membuat Fenky tersenyum namun tubuh nya membelakangi Shanice hingga senyuman itu tak terlihat oleh Shanice, Gilang yang melihat Fenly tersenyum merasa curiga jika Fenly memang ada hati untuk Shanice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gilang's Tears (Air Mata Gilang)
Genç KurguCerita ini menceritakan kehidupan seorang Gilang yang di benci oleh papa & mamanya. Ia di jauhi oleh teman kecil nya. Selalu merasa tersingkirkan, merasa tak ada gunanya hidup didunia, selalu disalahkan oleh keadaan. Merasa gagal tapi tidah pern...