chapter 9

209 32 0
                                    

"Ayahh... ibuu" ucap Friska gelisah.

"Friskaa, bangun" ucap Gilang mengelus kepala Friska. Mendengar ucapan itu Friskapun bangun dari pingsannya, tapi ia kembali menangis setelah melihat ayah dan ibunya yang sudah ditutupi kain.

"Ayah, ibuu kenapa kalian ngingkarin janji kalian, katanya kalian mau ajak aku sama Gilang jalan jalan" ucap Friska lirih dengan pandangan kosong.

"Fris kamu jangan nangis ya, ada aku disini, sekarang giliran aku yang jagain kamu ya" ucap Gilang memegang pundak Friska.

"Makasih ya kamu selalu ada disisi aku" ucap Friska. Tak lama kemudian sahabat Friska yaitu Shanice datang kerumah Friska.

"Friska, ya ampun sabar ya Fris lu pasti kuat" ucap Shanice memeluk Friska.

"Thank you ya Shanice"

Sama sama, gua janji sama diri gua sendiri, gua bakal jagain lu" ujar Shanice.

Acara pemakaman ayah dan ibu Friska telah selesai. Semua warga telah pulang, Shandy, Farhan, Fenly, Fiki, Zweitson, Fajri dan Gilang kini tengah membatu membersihkan Rumah Friska yang berantakan. Ketika Gilang sedang membantu beres-beres tiba-tiba gilang mendapat telfon dari papa.

《Gilang kerumah sakit sekarang》

《Emang ada apa pa?》

《Ricky mau pulang, bantu dia sekarang》

《Iya pa》

Ya, Ricky sudah di bolehkan untuk pulang karena kondisinya sudah membaik.

"Fris, aku harus kerumah sakit, aku tinggal gak papa ya" pamit Gilang.

"Iya emang ada apa disana?" Tanya Friska

"BangRick udah boleh pulang" jawab Gilang, tak fikir lama Gilangpun mengambil jaket dan kunci motor lalu bergegas kerumah sakit.

***
Sesampainya dirumah sakit ternyata Ricky, papa dan mama sudah ada didepan pintu masuk.

"BANGRICK" teriak Gilang dari kejauhan, Ricky menoleh kearahnya.

"Ayok bang" ucap Gilang setelah sampai dihadapan Ricky.

"Lang kamu pake motor, biar Ricky sama papa dan mama naik mobil" ucap papa acuh.

"Terus gua ngapain disuruh kesini kalau akhirnya gua pulang sendiri anj***" dialog Gilang dalam hati.

Ketika diperjalanan kepala gilang terasa pusing, entah kenapa akhir-akhir ini ia sering merasakan pusing.

"Ahhh kenapa pusing lagi sih" ucap Gilang lirih.

"Brakk"

Gilang jatuh dari motornya, kepalanya terbentur jalan. Untung saja ia tak kenapa-napa hanya lecet saja.

"GILANGG" teriak Ricky melihat Gilang terjatuh. Namun papa tak menghentikan mobilnya sedetikpun, papa menghiraukan seakan-akan tak terjadi apa-apa.

"Paa, Gilang jatuh pa" ucap Ricky menengok kepada Papa.

"Ya terus?" Acuh papa.

"Tolongin lah" ucap Ricky.

"Udah biarin aja dia bisa sendiri" ucap mama.

"Pa ma kenapa sih kalian gak peduli sama Gilang" ucap Ricky, namun tak ada jawaban dari kedua orang tuanya.

Gilang yang melihat mobil papa tak berhenti merasa dadanya sesak seakan nafasnya hampir berhenti, sakit sekali melihat papa dan mama acuh kepadanya.

"Se nggak pentingnya gua dimata mama papa, gua jatuh, kepala gua kebentur kayak gini mama papa gak peduli" batin Gilamg teriris.

"Dek gak papa" ucap salah satu orang yang menolong Gilang.

Gilang's Tears (Air Mata Gilang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang