Salamm. Aga marathon diup hehe kalo ada kesalahan penulisan mohon dimaklumi😊
Jangan lupa tinggalkan voment kalo suka ⭐⭐
⛅Have a nice day
Bandung 16 desember 2021
***
"Rame banget" Aleta melihat pemandangan yang tidak biasa. Lapangan basket sangat penuh seolah olah sedang ada lomba, padahal kenyataannya hanya latihan biasa.
"Yaa gituu lahh, The power of Nagara" niatnya Ale akan melihat latihan basket bersama ketiga temannya. Tapi Rara terpaksa pulang duluan karna sudah dijemput. Ale sudah menelpon bundanya untuk izin pulang aga telat karna ingin melihat yang sedang latihan basket.
"Oii oii liatt tuhhh" Seketika lapangan rame. Disana, masuk laki lami tinggi dengan baju basketnya. Dibelakang bajunya tertulis nama GARA.01. Ale melihat kagum, pahatan tuhan yang tidak gagal. Terlihat tampan dan luar biasa. Tidak heran jika lapangan penuh, bahkan untuk melihat keindahan tuhan yang satu ini, Ale mungkin rela berpanas panasan. Sial sebagai perempuan normal. Tentu saja Ale mengagumi ketampannya.
"Anjirr gilakannn, Ale sampe melongo" Dewi menyadarkan lamunan Ara.
"Gimana Ra? Mantap kan?" Kata Utari menggoda. Ara mengangguk cepat. Demi tuhann Ale akan terus menonton latihan demi melihat ini. Tidak ingin munafik betapa terkagum kagumnya ia sekarang.
"Kaaa Garaaaa" teriakan teriakan terdengar sampai membuat telinga Ale sakit.
"Gue ga ekspek sih kalo gantengnya segila ini" Ale berbisik kepada Tari.
"Jangan suka Le. Udah banyak yang hatinya patah" Utari mencoba mengingatkan. Yang dibalas acuh tak acuh, toh hanya kagum, Alepun tahu siapa dirinya. Dia bukan tokoh utama dalam sebuah cerita yang tiba tiba dilihat the most wantted sekolah. Atau direbutkan para cogann. Uwuuuu dia tidak sekeren itu.
"But. See! Udah gue bilang, Dia centil kan" Utari menujuk salah satu cheerleader. Sudah dipastikan, itu Fanny. Tangannya dengan manja mengiring Gara.
"Bahkan diliat dari tatapannya kak Gara, gaada sedikitpun minat sama kak Fanny" Ale mengangguk setuju. Ini seperti cinta sebelah pihak. Meskipun diakui Fanny cantik, tinggi dan sejajar dengan Gara.
Teriakan semakin terdengar ketika mereka mulai bermain, bola basket masuk kering dengan sempurna. Bukan hanya wajahnya yang tidak gagal dipahat. Tapi keahliannya juga.
10 menit berlalu, kebisingan masih terjadi. Tapi Ale mulai bosan, perutnya juga mulai keroncongan. Mengingat tadi tidak sarapan dan hanya makan baso tahu saat istrihat.
"Gue ke kantin dulu deh beli cemilan, laper" Ara berdiri dari kursi penonton. Hendak diantar Tari tapi ia menolak. Ale tidak bisakan terus bergantung kepada Dewi, Tari atau Rara. Lagian hanya kekantin sebentar.
Setelah disetujui kedua temannya, Ale melangkah. Kantin sangat sepi, begitupun area sekolah. Semua tampak lebih tertarik berada dilapangan basket. Bahkan teriakan teriakan memanggil Gara masih terdengar.
Sekolah ini didominasi cat putih abu. Dua lantai, dan ubinnya berwarna abu. Sangat cantik, kantinnya pun bagus dan luas. Ada beberapa stand yang berjualan. Besok sepertinya Ale tergoda untuk membeli cakue.
Brughhh
"Ah" Ale mengerjap, lamunannya buyar ketika ia menubruk seseorang.
"Sorry" Buru buru Aleta melihat sosok yang tidak sengaja ditabraknya. Astaga batin Aleta menangis. Bahkan menjerit. Persis seperti di film film atau d novel novel. Disekolah ini bukan hanya satu yang tampannya melampaui batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA (OnGoing)
Romance"Maaf aku gabisa" Aleta mentap David lekat, sekalipun pada kenyataannya Ale sangat menyukainya, tapi untuk bersamanya Aleta tidak akan bisa "kenapa?" sorot itu memnacarkan kesedihan, padahal David sangat yakin Aleta juga menyukainya. Mengalihkan p...