11. Yaudah kita jadian

25 5 0
                                    

Hai. Selamat datang diceritanya Aleta. Cerita remaja pada umumnya.

Kalo suka jangan lupa tingglkan jejak yaaa.

Thank u

⛅  have a nice day...

Bandung. 21 desember 2021

***

"Kak Garaaa" Tangisnya semakin pecah. Hanya karna laki laki dihadapannya ini, ia diperlakukan seperti ini.

Ya. Yang menemuinya adalah Gara. Jaket denim miliknya sudah menutupi tubuh Aleta yang basa kuyup.

Aleta masih sesenggukan. Ia tidak mengira Fanny akan senekat ini. Sekarang ia d uks. Aleta ke UKS saat bell sudah berbunyi. Jadi tidak ada yang melihatnya. Teman temannya sudah diberi tahu bahkan Gara sudah meminta Toni untuk memberi Izin untuk Aleta.

Seumur hidup selain saat Sd dikerjai temannya, Aleta tidak pernah mendapatkan bully seperti ini.

Sosok yang tadi menemainya memeluk Aleta. Ntah kenapa dia menjadi peduli, melihat Fanny dan teman temannya. Gara sudah tau apa yang aka mereka lakukan.

"Lo mau gue bellin bubur?" Gara tidak pandai berbasa basi, ia tidak pandai memulai percakapan. Dan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Gara mengeluarkan ponselnya. Memints Toni membeli bubur dan teh manis panas.

Ale masih terus menangis. Sepertinya ini aga mengenai mentalnya.

Hening menyelimuti keduanya. Gara membiarkan Ale tetap pada posisinya.

"Babangg i"m cominggggh" Toni masuk dengan bubur dan teh manis hangat. Dibelakangnya disusul Raka dan Azka.

"Kasian banget anjir, sampe basah gini" Azka mengernyit memperhatikan kondisi Aleta.

"Emang gada Akhlak si Fanny. Kalo bukan ceue aing pukul mukanya. Dari waktu itu udah gedeg sama dia"

Aleta masih memeluk Gara dalam. Dia hanya ingin perlindungan sekarang. Melupakan sosok Gara yang ia takuti.

"Kalian masuk kelas aja, thanks ya" Gara meminta ketiga temannya pergi. Ia tahu Aleta butuh menenangkan diri. Akan sulit jika ketiga temannya merecoki.

"Sttttt.  Udah, jangan nangis, gue disini" sepontan kata kata itu keluar dari mulut Gara. Meski tidak ingin mengatakannya. Tapi mulutnya berkhianat. Melihat Ale yang sekarang ia benar benar merasa kasian.

Tangan Gara  secara refleks mengelus rambut Aleta. Memberika kenyamanan disana.

"Lo minum dulu tehnya biar ga dingin"
Setelag aga lama, Gara melepaskan pelukannya pada Aleta. Mengambil teh manis dan menyodorkan. Awalnya Aleta menolak, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya dia mau minum. Baju Gara ikut basah karna Aleta. Ya tidak masalah, lagian ia rasa, Aleta mengalami ini karna dirinya.

Pintu UKS kembali terbuka, kali ini bukan Toni, Azka maupun Raka. Tapi David.

"Alee" David segera menghampiri Aleta. Wajahnya sangat jelas menyiratkan kekhawatiran.

"LO APAIN DIA HAH" David playing victim. Merasa ini ulah Gara.

"Santai man" Gara berdecak. Si yang mau jadi pahlawan akhirnya datang.

"Dateng dateng lo langsung nuduh gue. Sehat otak lo?" Tak kalah tajam, Gara juga meneriaki David.

David menghiraukan Gara. Menghampiri Aleta. Tapi Ale menarik Gara. Menyembunyikan wajahanya disana

"Lee. Lo kenapa? Siapa yang kaya gini ke lo bilang ke gue" meski tahu yang melakukannya Fanny. Tapi David ingin mendengar langsung dari Ale. Bahkan David berhadap jika ini ulah Gara. Akan lebih mudah berkelahi dengan Gara jika alasannya Aleta.

"Lo ga liat dia ketakutan gini liat lo, mening lo keluar"

"Atas hak apa lo minta gue keluar. Meningan lo aja yang keluar, seandainya bukan karna lo. Ale gaakan gini sekarang"

Ale masih bersembunyi dibelakang Gara. Untuk sekarang menghindari David adalah yang utama. Disekolah ia sudah mendapat masalah, jangan sampai dirumah juga dapat masalah karna David.

David mendekat hendak memukul Gara.

"Udah kak" walau masih dengan tangisnya. Ale tidak suka jika ia harus menyaksikan pertengkaran. Apalagi disaat kondidinya yang sekarang.

"Gue temenin lo disini ya" David masih berusaha. Gsra kembali berdecak. Merasa malu pada pemandangan didepannya.

"Gausah, aku mau sama kak Gara" ntah keberanian dari mana Ale bisa mengatakannya.

Dan David terpaku ditempat. Hatinya sakit mendengar apa yang Ale ucapkan. Tidak menyangka dan tidak mengira jika Ale akan mengatakn hal ini.

"Lo tau ga defisini roda berputar?" Gara menertawakan keterkejutan David.

"Lo ga denger yaa? Dia gamau sama lo" tidak ada jawaban dari David. Gara kembali bersusra.

Sedetik kemudian David pergi tanpa berkata apapun. Amarahnya terlihat jelas diwajahnya. Dan kepuasan terlihat jelas dari wajah Gara.

Gara menepuk nepuk kepala Ale.  Smart girl suasana hatinya sangat bagus sekarang.

Ale melepaskan cengkramannya pada Gara. Dia sudah mulai cukup tenang sekarang.

"Makasih kak" Ale sedikit menjauh dari Gara. Walau bagaimanapun Gara juga turut adil dalam bully yang ia dapatkan sekarang.

"Kalo kakak mau kekelas gapapa. Aku sendiri aja" Ale menundukan kepalanya. Menarik selimbut Uks sampai dadanya.

"Lo ngusir gue" Alis Gara terangkat. Ia tidak suka jika Ale mengusirnya juga. Dia ingin David semakin berpikir macam macam.

"Engga. Bukan gituu.. Kaka kan ada kelass" Sangkal Ale. Walau dihatinya juga tidak menapik ingin pria dihadapannya pergi.

"Maakan dulu buburnya, Si Toni udah beliin" Gara duduk disamping Ale. Mengambil bubur yang tadi diberika Toni.

"Aku makan sendiri aja kak" Ale menghentikan gerakan Gara yang akan menyuapinya.

"Ckk. Keras kepala banget. Tinggal buka mulut apa susahnya sih" Gara tidak berhenti dengan larangan Ale.

"Aaaaa buka mulutnya" sejujurnya walau tadi Ale berani memeluknya. Tetap saja ia masih takut dengan Gara. Anggap saja tati itu Ale khilaf.

Kekhikafan yang mantap ya Le 🥲

"Lo takut sama gue?" Gara menyadari ketakutan itu. "Gue gaakan makan lo, isap darah lo atau benturin kepala lo"

"Buu.. Bukan gituu kakkk" Ale semakin menundukan kepalanya dalam. Dihatinya ia berteriak iaaaa gueee takutttt.

Gara menyimpan buburnya kenakas disebelah ranjang. Memegang dagu Ale. Menegakan kepalanya "gue kan udah bilang, kalo ngomong ga natap orangnya itu gasopan" wajah mereka saling berdekatan. Ale kehilangan akal sehatnya sekarang.

Disaat seperti ini bisa bisanya otaknya traveling.

Jantung Ale berdetak tak karuan lagi sekarang. Selain rasa takut, rasa gugup, dan salah tingkah. Banyak perasaan lain yang berkecamuk disana.

"Makan" Gara melepaskan pegannya pada dagu Ale. Kembali memfokuskan pada bubur disebelahnya.

Tidak bisa menolak, Ale membuka mulutnya.

"Sorry, Fanny udah keterlaluan sama lo" ditengah aksi suap menyuap Gara meminta maaf dengan tulus.

"Lo suka sama gue kan? Yaudah kita jadian"

ALETA (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang