06. perasaan Aqila

28 10 0
                                    

Hai. Selamat datang diceritanya Aleta. Cerita remaja pada umumnya.

Kalo suka jangan lupa tingglkan jejak yaaa.

Thank u ❤

⛅  have a nice day...

Bandung 18 desember 2021.

***

Aqila berdiri dengan perasaan sakit didadanya. Aleta disana, bersama dengan David. Aqila tidak tahu seberapa dekat Ale dengan David. Tapi rasa cemburu langsung mengusik hatinya. Lagi lagi Ale.

Dengan telaten Ale mengobati luka David. Jadi ini kenapa David menghindar darinya. Tidak ingin berlama lama berbicara, bahkan mereka tidak bertukar chatt lagi. Jika itu orang lain tidak masalah. Tapi ini Ale, adiknya sendiri. Setelah bundanya, ayahnya. Sekarang David.

Aqila mentap miris kearah mereka. Tangannya mengepal kuat. Mengingat bagaimana ia bisa sebenci ini kepada Ale.

Flashback...

Saat itu  Aqila masih sangat kecil untuk mengerti. Bundanya harus hamil lagi diusia Aqila yang baru satu tahun. Awalnya semuanya biasa saja. Aqila senang ada teman, bisa bermain main dengan adiknya. Menjaganya dan menyayanginya penuh.

Sampai hari itu tiba. Hari harinya menjadi menyebalkan. Perbedaan usia 2 tahun membuat Aleta selalu berada disampingnya. Aqila seperti terpenjara, bahkan ketika memasuki bangku sekolah dasar, setiap main Aqila harus membawa Aleta.

Terlebih, hal yang menyebalkan lainnya adalah. Ketika Aleta terluka yang menjadi sasaran empuk untuk disalahkan adalah Aqila. Aleta selalu tidak mengerti, dia cengeng, dia selalu mengganggu Aqila. Bahkan saat kelas 3 sd, Aleta merobek hasil gambarnya yang harus diserahkan besok. Tapi dengan santainya bunda dan ayahnya mengatakan Aleta masih kanak kanak. Tidak mengerti apa apa. Meminta memaklumi Aleta dan bersikap seolah tidak apa.

Itu berlanjut bukan hanya pada ayah bundanya, bahkan keluarganya. Aleta selalu di no 1 kan. Prihal makanan, baju baru ataupun mainan. Dengan alasan, Aqila sudah besar. Aqila sangat benci alasan yang mereka lontarkan.

Lalu hari hari lainnya datang, rasa sayang yang tadinya terpancar berubah menjadi kebencian. Aleta memasuki sekolah yang sama dengan Aqila. Ketika teman satu sekolahnya mengerjai Aleta hingga menangis, lagi lagi Aqila menjadi sasaran empuk untuk disalahkan.

Pembelaan? Tidak pernah ada. Bertahun lamanya Aqila betahan seperti ini. Aqila kecil yang menyedihkan, setiap hari menangis di gudang belakang, mengatakan Aleta jahat, mengatakan Aleta merenggut segalanya. Dia tidak cukup dewasa untuk menjadi seorang kakak.

Bahkan Aqila sering menyesal telah mempunyai adik.

Pada dasarnya dia masih anak anak, sama seperti Aleta. Aqila juga butuh perhatian dan dukungan. Tapi orang tuanya tidak pernah mengerti, keluarganya juga. Seolah ia sudah sangat jauh dewasa dari Aleta.

Sampai saat memasuki SMP, Aqila sudah muak. Lagi lagi Aleta menghambat langkahnya, Aqila tidak bisa ikut eskul karna Aleta selalu merengek ingin bersamanya. Padahal saat itu Aleta sudah cukup besar dan memiliki teman.

Hingga akhirnya Aqila mulai menyerah untuk berpura pura tidak apa. malam itu, malam saat Aleta masih tidak menyadari kesakitan yang Aqila rasakan. Aqila menatap penuh amarah, meneriaki Aleta berkali kali. mengatakan yang selama Ini Aqila pendam.

Sejak saat itu, Aleta yang selalu bermain dengan bunda mendadak pendiam. Tidak ada lagi cerita cerita, tidak ada lagi minta bersama kakak. Dan tidak lagi makan bersama. Dan keputusan terbesarnya adalah ketika memasuki SMP. Aleta meminta pindah ke Jakrta. Membiarkan Aqila seperti anak satu satunya. Tapi apakah Aleta tahu, yang ia lakukan malah semakin membuat dirinya benci kepad Aleta. Bundanya selalu sibuk mengatur waktu untuk bertemu Aleta, mengkhawatirkannya setiap malam. Dan bahkan semakin lupa jika dihadapannya ada Aqila.

ALETA (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang