Hai. Selamat datang diceritanya Aleta. Cerita remaja pada umumnya.
Kalo suka jangan lupa tingglkan jejak yaaa.
Thank u ❤
⛅ have a nice day...
Bandung, 19 desember 2021.
***
"Oh jadi ini yang katanya suka sama gue" Gara memicingkan matanya. Dia melihat Ale sendirian kearah perpustakaan, lalu berjalan mengikutinya. Raka benar ini kesempatan besar.
Jika tidak ada hubungannya dengan David, Gara tidak repot repot mempermasalahkan pengakuan Ale dikantin tadi.
Mendegar suara dibelakangnya Ale terkejut bukan main. Buku yang hendak Ale pegang jatuh, memeberikan bunyi yang nyaring "Kaa... Kaaa Garaa" wajahnya pucat pasi, ketakutan jelas terpancar dari wajahnya. Ale menyesali alibinya tadi.
"Nama lo Aleta, murid pindahan, kelas 10.ips.2" Mendengar itu Ale semakin merinding. Dia menundukan kepalanya dalam dalam. Berharap ini segera berakhir.
"Kenapa? Tadi berani banget kayanya natap gue sambil bilang suka. Kenapa sekarang nunduk" Ale terjebak disuasana yang tidak mengenakan. Beberapa pengunjung perpustakaan mentapnya tidak suka. Berbisik dan mengatakan hal hal yang mengerikan. Ditambah didepannya sekarang adalah Gara.
"Sorry" hanya itu yang bisa Ale ucapkan. Masih menunduk dalam. Jantungnya tidak berhenti berdetak. Bukan karna gugup atau kagum, tapi karena takut dan segera ingin mundur.
"Sorry? For what? Karna suka sama gue?"
Ale tidak tahu harus menjawab apa. Ini benar benar diluar dugaan. Ale pikir Gara tidak akan peduli, tidak akan mempermasalahkan hal kecil ini.
Bukankah yang menyukainya banyak, seharusnya mendengar penuturan Ale barusan tidak akan bermasalah besar. Tapi ternyata ia salah. Tari benar. Ale sedang bermain main dengan singa sekolah.
"Semuanya" lagi lagi masih menunduk.
Ale kehilangan keahlian dalam berbicara, bahkan dalam berpikir."Semuanya?" Gara memiicngkan matananya, tidak habis pikir dengan apa yang ia dengar.
"Lo tau ga kalo ngomong tanpa ngeliat ke orangnya itu gasopan" Deg bulu bulu dipundsk Ale meremang. Demi apapun Ale ketakutan sekarang.
"Maa.. Maaf kak" Mata Ale sudah berkaca kaca. Ini lebih menyeramkan daripada nonton film horor sendirian.
"Cape gue daritadi denger lo minta maaf. Meningan persiapin diri lo buat kedepannya kaya gimana" Kali ini Gara berbisik. Ucapannya jelas memperingatkan.
Tidak berani menjawab. Demiapapun Ale berharap ada seseorang yang menolongnya sekarang. Ale merasa seperti Adik kelas yang sedang diintimidasi oleh kakak kelas.
Gara menatap Ale dengan menaikan satu alisnya, notbad pikirnya. Gara membayangkan bagaimana jika Alenya David ini dipermainkan, apa yang akan David lakukan. Gara tersenyum tipis, kelicikan mulai tersusun dikepalanya.
Tanpa menjawab Gara langsung pergi. Meninggalkan Ale yang tertunduk lemas.
Kakinya terjatuh kelantai. Seolah tidak ada kekuatan didalamnya. Dengan segera ia memungut buku yang jatuh.
Bodoh bodoh bodoh Ale mengumpat, meneriaki dirinya sendiri.
Seisi perpus hanya melihat seolah ia adalah tontonan. Dengan segera Ale mengeluarkan kartu akses untuk meminjam buku. Satu satunya yang ada dipikirannya adalah segera pulanh dan meneriaki diirinya sendiri. Sudah ia bilang kan dari awal ia bukan tokoh utama dalam sebuah cerita. Yang dibayangkan seharusnya Gara terpesona lalu mereka jadian dan selesai.
Tapi faktanya Ale sadar, ia salah berurusan. Mungkin gara tersinggung dengan pengakuannya di kantin. Atau karna ini ada alasannya dengan David.
"Ale" kesialannya lagi, David berdiri diujung tangga. Kabur? Mana bisa.
Ale berjalan melewati David seolah tidak terjadi apa apa sebelumnya.
Tangan David dengan cekatan menahan tangan Ale. David butuh penjelasan. .
"Gue tau lo gasuka Gara" Dari ucapannya tersirat kemarahan.
"Siapapun yang aku suka rasanya kakak gaada hak"
Ale berubah 90°. David menggelengkan kepalanya tidak percaya. Rasanya baru kemarin ia bertukar cerita. Rasanya baru kemarin Ale mengobati lukanya. Dan sekarang, Ale yang didepannya seperti bukan Ale yang dikenalnya.
Hendak pergi, David langsung menahan tangan Ale.
"Lo kenapa sih? Kalo gue ada salah gue minta maaf. Gue ga ngerti sumpah" Dimatanya tersirat luka dan rasa kecewa.
"Kak.. Aku kan udah bilang..." omongan ale langsung dipotong.
"Lo suka Gara? Bullshit"
"Aku harap kakak jangan ganggu aku lagi. Selama ini aku cuman anggap kakak as a brothers, no more" Ada ketegasan dari ucapan Ale.
"Sejak kapan lo suka sama Gara. Jangan nyari alasan yang ga masuk akal" David benar benar prustasi sekarang.
Tidak berniat membalas ucapan David Ale buru buru pergi, tapi lagi lagi terhenti. Tangannya ditahan oleh David.
"Lepas kak. Sakit" Ale tidak bohong, cekalan ditangannya terasa menyakitkan. David terlalu kasar untuk sekedar menahan.
"Gue cuman minta penjelasan. Kemarin kita masih baik baik aja. Sekarang lo kaya gini."
Suasana sekolah yang sudah sepi memberikan peruntungan untuk Ale. Setidaknya tidak ada yang melihat dramanya sekarang.
"Apa kurang jelas yang aku bilang dikantin tadi? Apalagi yang harus aku jelasin"
"Gue gatau salah gue dimana Le. Sampe gue yakin kita udah sama sama nyaman sama perasaan masing masing. Terus sekarang lo bersikap. Seolah kedekatan kita selema ini cuman sebagai kakak kelas sama ade kelas. Orang bego mana yang bisa percaya sama kata kata lo" Ale berusaha untuk tidak menangis. Ale juga suka sama David, siapapun bisa melihat itu. Tapi jika berhubungan dengan Aqila. Ale harus apa. Ia sudah berjanji untuk kebahagiaan kakaknya.
"Kalo gaada urusan lagi aku permisi pulang"
Ale berusaha pergi agar David berhenti. Tapi lagi lagi David mengejar.
"Lee. Liat gue. Kalo emang lo gasuka sama gue, liat sini"
Ale terkunci oleh tatapan mata David. Hatinya nyeri,
"Apasih kak. Jangan memperpanjang hal yang geseharusnya" Ale menyangkal, mana berani ia menatap David.
"Gue minta lo liat mata gue, Bilang kalo lo gasuka sama gue, itu aja. Selebihnya gue lepasin lo"
Ale mengehembuskan nafasnya kasar.
"Aku ga suka sama kaka. Jelas?" Ale menatap David penuh berani.
David menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Membiarkan Ale pergi begitu saja.
Dari tatapannya jelas, Ale berbohong kepadanya.
"Lo ga pinter bohong Le. Gue pastiin lo jadi milik gue"
Ale menulikan pendengarannya. Melangkah terus sampai gerbang sekolah. Matanya sudah memanas, ia ingin segera pulang. Memaki dirinya sendiri, meneriaki kebodohannya. Dan menertawakannya perasaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA (OnGoing)
Romance"Maaf aku gabisa" Aleta mentap David lekat, sekalipun pada kenyataannya Ale sangat menyukainya, tapi untuk bersamanya Aleta tidak akan bisa "kenapa?" sorot itu memnacarkan kesedihan, padahal David sangat yakin Aleta juga menyukainya. Mengalihkan p...