18| Freesia

1.3K 160 24
                                    

Typo adalah bagian dari estetika!

***

Dua bulan telah berlalu. Kehidupan Yoongi menjadi lebih baik. Yoongi mulai mendapat banyak inspirasi dan dapat menulis lebih dari sepuluh lirik lagu dalam waktu dua bulan itu, dengan Namjoon yang membantunya ketika ia kehabisan ide atau pun Seokjin yang tak pernah lelah mengingatkan soal kesehatanya juga bayinya. Ia juga mendapat penghasilan yang lumayan hingga berhasil menyewa satu flat kecil untuk 3 bulan kedepan. Banyaknya agensi besar yang mau membeli musiknya, membuat Yoongi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mulai membeli perlengkapan bayi. Usia kandungannya yang sudah menginjak tujuh bulan sebenarnya mulai membuat Yoongi kesusahan. Namun ia masih bisa bergerak sedikit bebas dan tidak terlalu merasa lelah meski dokter mengatakan jika kandungan laki-laki lebih rentan.

Kini Yoongi tengah dilanda rasa gugup karena hari ini ia akan melakukan wawancara kerja dengan posisi sebagai produser tetap disebuah agensi besar. Ia tentu tidak menyia-nyiakan hal ini meski jika ia diterima, ia harus meminta cuti untuk melahirkan.

Yoongi hanya menunduk ketika memasuki ruang tunggu untuk wawancara. Ia kira orang-orang akan memandangnya dengan pandangan aneh atau merendahkan. Diluar dugaan, pelamar yang lain bersikap sangat bersahabat padanya. Bahkan beberapa pelamar wanita menanyakan usia kadungannya, dan mengusap perutnya dengan gemas lalu menawarkannya makanan ringan yang mereka bawa untuk mengatasi rasa gugup. Pelamar laki-laki pun tidak kalah ramah. Malah ada yang bertanya padanya bagaimana cara merawat istrinya yang juga tengah hamil anak pertama.

Yoongi merasa sangat senang berada diantara para pelamar yang sangat ramah terhadapnya. Rasa gugupnya perlahan-lahan mulai hilang. Ia berbincang-bincang dengan pelamar lain sembari menunggu giliran untuk dipanggil.

Ia pamit pada pelamar lain yang masih tersisa ketika gilirannya untuk wawancara tiba. Ia mencoba untuk tidak gugup dan bersikap senatural mungkin. Ia merapikan sedikit penampilannya, kemudian mengetuk pintu lalu masuk setelah dipersilahkan.

Raut terkejut tak bisa disembunyikan Yoongi ketika memasuki ruangan wawancara. Dihadapannya duduk seorang manajer HRD dengan orang yang berusaha ia hindari dua bulan ini. Orang itu adalah Kim Taehyung.

Jantungnya berdegup lebih cepat. Keringat dingin semakin membasahi dahinya. Banyak pertanyaan yang berputar dibenaknya tentang pertemuannya dengan
lelaki tan yang semestinya tak ia temui disini.

Yoongi hanya dapat menahan rasa terkejut dan ingin tahunya ketika sang manajer mempersilahkannya duduk. Wawancara itu pun berjalan lancar, meski pikiran Yoongi mengawang entah kemana.

***

Wawancara yang berdurasi sekitar 20 menit itu akhirnya usai. Setelah pamit pulang pada pelamar lain, Yoongi bergegas pergi menjauhi ruang wawancara untuk keluar dari gedung agensi. Jantungnya masih berdetak kencang semenjak wawancara tadi.

Taehyung mungkin saja bersikap biasa padanya. Lelaki itu hanya tersenyum singkat dan mewawancarainya dengan pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan pada pelamar.

Namun feelingnya mengatakan agar ia tidak berada disekitar Taehyung. Belum lagi janjinya pada tuan Kim untuk tidak menampakkan diri lagi dihadapan anaknya itu. Yoongi takut jika tuan Kim dapat membahayakan ia dan bayinya jika Yoongi melanggar perkatannya untuk tidak berada disekitar Taehyung.

Kini Yoongi terjebak di situasi yang sulit. Hanya agensi itu yang tergolong agensi besar dan memberikan gaji yang cukup untuk biaya hidup ia dan anaknya jika ia diterima disana. Namun disisi lain, ia harus menghindar dari Taehyung. Ini cukup memusingkan untuk Yoongi.

Ia mencoba untuk menenangkan diri sejenak dengan mengatur nafas dan mengelus perutnya perlahan.

"Appa janji akan menjaga aegi dengan baik dan tidak akan membiarkan aegi menderita ketika aegi sudah lahir kedunia."

***

Taehyung menatap cakrawala dari jendela gedung pencakar langit yang ditempatinya kini. Pikirannya berkecamuk setelah pertemuan yang tidak terduga dengan Yoongi.

Dua bulan tanpa kehadiran Yoongi, membuat Taehyung kembali merasa hampa. Seolah ia kembali mengalami masa-masa paling kelam dalam hidupnya, karena memang hanya Yoongi yang berhasil membuat Taehyung berubah menjadi lebih baik hanya dalam waktu kebersamaan mereka yang singkat.

Meski begitu, Taehyung tidak akan membiarkan Yoongi pergi lagi darinya. Selama lelaki manis itu tidak memberikan penolakan, Taehyung akan terus berjuang untuk mendapatkan hati Yoongi. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri.

"Halo, ini permintaan khusus dariku. Terima pelamar bernama Min Yoongi untuk bergabung dengan perusahaan kita."

***

Mentari telah kembali ke peraduannya di ufuk barat. Digantikan oleh bulan yang telah siap menghiasi langit malam. Yoongi tengah duduk di balkon flat kecilnya sembari memandang langit malam yang terang-benderang dengan kehadiran bulan. Tangannya yang lumayan berisi, sibuk memijat-mijat sekujur kakinya yang terasa pegal selepas pergi untuk melakukan wawancara pekerjaan. Pikirannya kembali berkelana pada pertemuannya dengan lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya juga anaknya. Melihat reaksi lelaki itu yang biasa saja saat pertemuan mereka tadi, Yoongi pikir kepergiannya dari hidup Taehyung memang tidak berpengaruh besar bagi lelaki itu. Setidaknya hal itu dapat mengurangi rasa bersalah Yoongi walau hanya sedikit.

Namun tidak dapat dipungkiri pula, kini hati Yoongi tengah merindu. Usapan Taehyung pada perutnya setiap malam sebelum Yoongi tertidur, selalu dapat menenangkan dirinya dikala rasa sakit mendera perutnya. Perhatian-perhatian kecil juga afeksi menenangkan dari lelaki itu, membuat Yoongi semakin perasaan rindu itu semakin membuncah. Yoongi mengelus perutnya dengan kasih sayang. Tersenyum merasakan pergerakan bayinya yang cukup aktif didalam sana.

"Aegi juga suka ya, berdekatan dengan Taehyung-Ssi. Eomma juga suka. Tapi kita harus terbiasa tanpanya."

***
Jimin mendecak, melihat saudaranya yang sudah terkapar diatas meja pantry akibat mabuk karena meneguk satu botol wine dengan kadar alkohol lebih dari dua puluh persen.

Setelah selesai dari pekerjaannya sebagai koki disebuah restoran, tiba-tiba saja Taehyung menghubunginya dan mengajaknya untuk minum-minum di apartemen lelaki itu. Begitu sampai, apartemen saudaranya itu sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain Taehyung yang sibuk menyesap wine dari gelas bordeauxnya. Jimin langsung saja duduk disamping disamping lelaki berkulit tan itu, dan mulai menuangkan cairan pekat itu ke gelas yang sudah disiapkan Taehyung sebelumnya.

Mereka hanya terdiam sambil meminum wine yang ada di gelas masing-masing, sembari memandangi gemerlap perkotaan dari balik jendela besar.

Tak tahan dengan keheningan, Jimin akhirnya melemparkan sebuah pertanyaan.

"Dimana Yoongi?"

Pertanyaan sederhana itu mampu membuat Taehyung mematung sesaat. Wajahnya mulai mengeras, dan genggamanya pada gelas wine ditangannya mengetat. Jimin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ia cukup mengerti jika keabsenan Yoongi di apartemen saudaranya ini, merupakan topik yang sensitif untuk saat ini.

"Si tua bangka itu yang memisahkan Yoongi dariku. Dia menggunakan Yoongi agar aku mau memegang agensi yang dia kelola. Awas saja dia." Ucap Taehyung dengan mata yang berkilat marah.

Jimin menghela nafas. Ia mengerti sekarang. Jimin sempat kaget saat Taehyung secara tiba-tiba diangkat menjadi direktur utama agensi yang merupakan salah satu anak perusahaan milik tuan Kim.

Taehyung pun tak bisa gegabah untuk menolak posisi itu, karena Jimin paham jika tuan Kim pasti mengancam Taehyung dengan menggunakan nama Yoongi.

Malam semakin larut dan Taehyung sudah mabuk total. Jimin membawa saudaranya kekamar milik lelaki tan itu, dan meletakkan tubuh Taehyung yang sudah benar-benar tidak berdaya karena mabuk di tempat tidur. Malam itu berakhir dengan Jimin yang memandangi langit gelap Seoul sendirian.

***
Up spesial lebaran hwhwhw

Pulchritude [Taegi] Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang