Sebelumnya, ujo mau ngucapin makasih buat readersnim yang udah setia nunggu cerita ini up, voment, dan ngasih semangat buat ujo. Jujur terharu banget baca komenan dari readersnim yang udah nyemangatin ujo. Ujo juga bersyukur readersnim semuanya baik banget sama ujo, alhamdulillah selama ujo nulis cerita, ujo gak pernah nerima hate comment atau pesan aneh-aneh, ujo bangga banget sama readersnim semuanya. Dan karena mungkin banyak yang doain alhamdulilah ujo udah mulai kerja lagi. Lope sekebon pokoknya dari ujo buat readersnim (◍•ᴗ•◍)❤. Oh iya, ujo lupa udah pernah minta saran buat nama bayinya Yoongi apa belum. Tapi kalau pun udah, maaf ujonya lupa kalo mau saranin lagi aja yaa.
Typo adalah bagian dari estetika!
***
Suasana disekitar ruang UGD disebuah rumah sakit tampak sedikit kacau karena kehadiran Taehyung yang nampak panik. Lelaki Kim itu berusaha menerobos masuk untuk menemani Yoongi yang sedang ditangani didalam ruang UGD. Bahkan salah satu dari tiga bruder yang menghalangi Taehyung, hampir saja merasakan kepalan tangan lelaki Kim diwajahnya. Jihoon yang ikut menenangkan atasanya pun, sampai kewalahan mengatasi tempramen Kim Taehyung. Keributan baru berhenti, begitu tuan Kim datang dengan dua bodyguard yang setia mengikutinya dibelakang.
"Kim Taehyung!"
Suara bernada tegas itu mampu membuat keadaan yang semula ricuh menjadi hening. Taehyung memang tidak lagi bertingkah. Namun pikiranya mendadak kalut, melihat kehadiran orang yang paling enggan ia lihat. Ia bahkan terlalu kalut hingga tidak menyadari jika pakaianya sudah kotor terkena darah Yoongi.
Tuan Kim menghembuskan nafas lelah, melihat putranya yang nampak kacau itu. Ia memberi isyarat pada dua bodyguardnya agar memberikan ia ruang privasi untuk ia dan putranya. "Ikut aku. Kita harus bicara. Jihoon, tetaplah disini. Beri tahukan kami keadaan Yoongi jika dokter sudah keluar dan kami belum kembali."
Jihoon segera membungkuk. "Baik, Tuan Kim."
Tuan Kim berjalan menjauhi ruang UGD diikuti oleh Taehyung. Suasana diantara mereka tidak pernah baik selama keduanya berbincang empat mata. Taehyung sudah was-was dan memikirkan banyak kemungkinan buruk. Ia tidak bisa lagi berpisah dengan Yoongi yang sudah ia anggap seperti setengah hidupnya.
Mereka akhirnya tiba di Cafetaria rumah sakit. Tuan Kim langsung mendudukan diri disebuah kursi disalah satu sudut Cafetaria agar pembicaraanya dengan sang anak lebih privat. Taehyung hanya bisa mengalah, mengikuti orang yang -tidak sudi ia akui- berstatus sebagai ayahnya.
"Duduklah." Perintah tuan Kim tenang.
Taehyung segera mendudukan diri diseberang tuan Kim. Aura mengintimidasi keduanya begitu terasa, hingga seorang pelayan yang sedang mencatat pesanan mereka merasa tidak nyaman dan lekas pergi.
Ketegangan diantara keduanya tidak hilang, bahkan ketika mereka menyantap makanan mereka dalam hening. Bahkan, Taehyung lebih mencemaskan keadaan Yoongi saat ini, dibandingkan merasa tertarik dengan apa yang ingin si tua bangka sampaikan.
Mereka menghabiskan makanan dengan cepat. Kaduanya memang tidak suka berlama-lama duduk di meja makan hanya untuk menyantap makanan. Apalagi ada hal penting yang menurut tuan Kim harus dibicarakan.
Suasana kembali berubah ketika tuan Kim menyelesaikan makanya dan kembali ke mode serius. Sorot mata lelaki yang menginjak usia kepala lima itu menajam, seolah bisa merajam orang-orang yang berani mengusik kesabaranya. Orang lain mungkin akan terintimidasi dengan tatapan itu. Namun Taehyung yang memiliki sifat hampir mirip dengan sang ayah, tentu tidak akan merasa gentar. Meski ia mulai tidak suka dengan atmosfer disekeliling mereka.
"Aku kira, cara halus sudah cukup untuk menjauhkan kalian. Tapi aku tidak menyangka, entah ini takdir atau sebuah kesengajaan, kau bisa bertemu lagi dengan lelaki itu." Ujar tuan Kim tenang tenang, namun dengan sorot mata tak terbaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulchritude [Taegi] Slow Update
FanfictionMalam itu, takdir seolah mempermainkan dirinya dengan membuatnya bertemu dengan seorang lelaki yang bisa mengandung. Namun entah kenapa, Taehyung tidak menyesal dan malah mensyukuri pertemuan mereka.