Satu

565 132 23
                                    

Saat mata kita bertemu, lalu kau tersenyum manis. Disaat itulah my heart kkukang kkukang.
•~•

28 November 2021

SEJAK tadi bibirku terus mengeluarkan decak kesal. Itu karena orang yang kutunggu belum datang-datang, padahal dia yang bersikeras untuk datang tepat waktu.

Dan sekarang sudah 35 menit sejak waktu yang ditentukan. Aku bahkan datang 10 menit lebih awal karena mengira hal ini sangat penting.

Tetapi biasanya, dia juga selalu datang lebih awal. Aku menghela napasku, mengingat bagaimana perjuangannya untuk menjadi pacarku, kurasa 1 jam ke depan Aku bisa menunggunya.

Fyi, dia pernah menungguku sampai 3 jam karena Aku ketiduran. Itu waktu tur ke Korea Selatan, terlebih saat itu di Korea sedang musim dingin.

To : Ice Prince❤
Kamu di mana?

Karena sejak tadi ku telfon dia tidak menjawab, kurasa ponselnya dimatikan. Aneh sekali, ada apa dengannya?

Langit mulai menggelap. Pasti terjadi sesuatu dengannya, dia bukanlah orang yang akan pergi tanpa alasan. Aku segera membayar pesananku dan pergi dari kafe itu menuju apartemen pacarku, Sunghoon.

Begitu sampai di depan unit apartemennya langsung kutekan tombol bel. Kutekan lagi beberapa kali karena tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Sunghoon? Kamu di dalem?"

Setelah beberapa kali menekan bel kini Aku beralih menggedor pintu apartemennya. Tak sengaja Aku menundukan pandangan, sesuatu berwana merah terlihat keluar dari dalam.

Mati-matian kubantah pikiran negatifku. Dengan secuil keberanian Aku menyentuh zat cair itu, Aku langsung bernapas lega begitu menyadari kalau itu hanyalah sirup.

Kembali ku ketuk pintu apartemennya, "Sunghoon," sepertinya dia tak ada di dalam.

Lalu kemana perginya. Kuputuskan untuk pergi ke rumah Jake, dia salah satu teman dekatnya Sunghoon.

BRUKK!!!!

Tepat setelah Aku keluar dari lobi, seseorang jatuh di hadapanku. Dari perawakannya, pikiran negatif langsung menyerbu otakku. Perlahan ku hampiri.

Kakiku langsung melemas.

"S-Sunghoon," dengan susah payah ku dekati dia. "H-hoon! Bangun! Hey! Ini Aku! Kamu lupa? Kita punya janji hari ini!" berkali-kali ku tepuk pipinya.

Orang-orang mulai berkumpul, menatapku dengan iba. Aku tidak peduli, Sunghoon lebih penting.

"Ambulance! Tolong telfon ambulance!" pintaku kepada orang-orang itu.

"Sunghoon.. Ayo bangun!" Aku mulai menangis, "Sunghoon... " kugenggam tangannya, hangatnya masih terasa.

"Sunghoon.. " lirihku.

20 Desember 2021

Hampir berselang sebulan semenjak kepergian Sunghoon. Dan Aku belum bisa melupakan kejadiannya, maka dari itu, keluarga Sunghoon dan keluargaku sepakat untuk menyuruhku berobat ke luar negeri.

Dan di sinilah Aku berada, Adelaide, Toronto, Kanada. Mereka tak mengizinkanku untuk pergi ke Korea Selatan, karena mereka bilang Aku harus melupakan semuanya, tentang Sunghoon.

Tapi bagaimana bisa. Semua tentang Sunghoon, terlalu berarti untuk dilupakan, bahkan hari itu, saat Sunghoon pergi untuk selamanya.

Tetapi semua tentang Sunghoon juga menyedihkan untuk diingat, bukan hanya saat dia pergi untuk selamanya, semuanya, setiap tindakan Sunghoon itu menyedihkan untuk diingat.

"Jadi, apa hal yang mengganggu Anda setelah kejadian itu?"

Psikolog ini sudah hampir tahu semuanya, dari sudut pandang keluargaku juga keluarga Sunghoon. Mereka benar-benar mengkhawatirkanku rupanya.

"Mimpi buruk, setiap tidur Saya selalu mimpi buruk."

"Tapi kalau tidak tidur, hari-hari Saya, terasa sangat buruk."

Itu benar, setiap malam bila Aku tertidur, mimpi tentang hari Sunghoon pergi selalu datang menghampiriku.

Tetapi jika Aku memilih untuk tidak tidur, semua kenangan tentang Sunghoon menyerangku. Membuatku sedih, apapun yang kulakukan, Aku selalu teringat Sunghoon.

"Boleh Saya pergi?"

Psikolog itu menatapku bingung.

"Sunghoon.. " iya, Aku pernah menemani Sunghoon pergi ke psikolog "Itu alasannya," ucapku.

Bahkan hal-hal sepele seperti ini benar-benar membuatku sedih dam frustasi karena teringat Sunghoon. Bahkan jika itu hanya sumpit, itu mengingatkanku tentang Sunghoon.

Mungkin terdengar sangat lebay dan dramatis. Tapi begitulah perasaanku. Duniaku dipenuhi oleh Sunghoon, dan untuk menghapus Sunghoon dari sana, apakah itu mungkin.

Psikolog itu tersenyum, "Tentu, tapi bisakah Saya menemui Anda di tempat Anda?" tanyanya.

Rumahku, itu dibuat sangat berbeda. Tidak ada nuansa hitam abu, maupun modern. Karena itu hal yang disukai Sunghoon, mereka benar-benar memperhatikan detail kecil.

Aku mengangguk, ini juga demi kebaikanku.

Tepat jam 4 sore, psikolog itu benar-benar datang ke rumahku. Ah, Aku lupa menayakan namanya.

"Kalau tidak keberatan? Agar lebih dekat, Saya bisa pakai aku-kamu?" omong-omong dia juga dari Indonesia makanya Bahasa Indonesianya fasih.

Aku mengangguk.

"Jadi Kamu pasti belum tahu nama Saya?" Aku ingin tertawa, tapi terlalu malas untuk melakukannya. Ah, ini selalu terjadi setelah kepergian Sunghoon.

"Saya, Choi Yeonjun. Panggil Kak Yeonjun bisa?" kalimat terakhirnya sepertinya berupa pertanyaan.

Aku mengangguk, sepertinya dia sangat berhati-hati terhadapku. Tentu saja karena setiap hal sepele mungkin berhubungan dengan Sunghoon dan itu mungkin tidak baik untukku.

"Aku.. Eun Gaeun."

Kak Yeonjun menyunggingkan senyumnya, "Lama banget ga denger marga Eun." katanya.

Aku hanya mengangguk.

"Jadi.. Gaeun? Bisa ceritain, tentang Kamu dan Sunghoon?"

Mendengar nama Sunghoon, tentu saja pikiranku langsung mengingat semua hal tentang pria itu.

"Tentu... " Aku menghela napas, "Sunghoon dan Aku, pertama kali ketemu pas 2017, dia.. Murid baru waktu itu."

~•~

UNDEAD BOY • Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang