Ga enak ya jadi pohon, kalo hujan ga bisa neduh, panas juga ga bisa neduh, cuman bisa liatin rumput bergoyang aja.
~•~19 Desember 2020
AKU tidak kembali ke kamar hotelku. Jelas saja Aku tidak ingin langsung ketahuan oleh siapapun termasuk Sunghoon. Aku pergi ke Busan, dan sudah minta izin pada guru. Itu peraturannya memang.
Di Busan, Aku punya teman. Tepatnya sih semacam sahabat online yang ku dapatkan dari group chat internasional Kpopers. Dan kebetulan juga dia orang Malaysia yang bisa bahasa Indonesia.
Namanya Randa, perempuan tentu saja. Awalnya dia mendapat beasiswa kuliah di SNU, iya kampus bergengsi, itu. Sayangnya dia ditipu, dan terpaksa bekerja untuk membayar sewa dan kuliahnya.
Randa tinggal di rumah atap, persis seperti di drama-drama yang selalu ku tonton hampir setiap hari.
Butuh 4 jam perjalanan dari Seoul ke Busan menggunakan taksi. Padahal Aku ingin mencoba naik kereta, sayangnya tidak mengerti sistemnya. Jujur saja Aku memang bisa membaca huruf hangeul, tapi tidak paham artinya.
Kecuali kata-kata yang sering ku dengar di drama. Dan taksi ini juga suatu keberuntungan karena supirnya bisa bahasa inggris.
Total waktu yang ku tempuh menjadi 5 jam, karena sempat tersesat mencari rumah Randa. Dan sekarang di sinilah Aku, duduk di dalam rumah Randa yang isinya kurang lebih sama dengan di drama-drama.
"Eh? Karena gue yang dateng ke sini, gue yang traktir gimana?" tawarku.
Randa mengangguk, tak jauh beda dengan sifatnya di media sosial. "Lu yang nawarin," Randa tidak menolak rezeki.
Aku dan Randa memutuskan untuk memakan daging sapi khas Korea, hanwoo. Panggangan sudah Randa siapkan, katanya mumpung badai salju belum menyerang.
Randa mengeluarkan kimchi dan daun selada, tak lupa dia memanaskan air untuk ramyeon. 10 menit kemudian, saat ramyeon matang, hanwoo yang kami pesan datang.
Cepat sekali, tapi tentu saja itu lebih baik. Saat daging sapinya matang, aku langsung mengambilnya dan memasukkannya ke mulutku.
Ah sial, malah teringat Sunghoon.
"Eum! Enak banget!"
Randa menepuk dadanya, "Siapa dulu!" Aku tertawa.
Randa bilang Aku boleh menginap, dan hari ini dia tidak akan pulang karena setelah bekerja di restoran, dia akan menjaga toserba sambil belajar.
Memang kerja kerasnya tak perlu diragukan. Semoga saja hasilnya akan sesuai dengan usahanya.
Badai akhirnya datang, ini baru jam 7 malam, tapi Aku sudah mengantuk. Randa bilang, Aku boleh memakai kasurnya karena Aku sudah mengisi kulkas dan perutnya.
Akhirnya Aku terlelap.
Jam 1 malam, Aku terbangun. Pasti karena tidur telalu cepat. Rasa iseng untuk keluar timbul, Aku membuka pintu setelah memakai pading dan menyelimuti diriku.
"Sunghoon?"
Pria tinggi itu nampak menggigil sembari meniup-niup telapak tangannya.
"Gaeun.. Bisa kita bicara?"
Aku mengangguk, tidak mungkin kubiarkan dia mati kedinginan di luar, bisa-bisa rumah Randa jadi tkp.
Ku berikan secangkir kopi panas pada Sunghoon, padingnya digantikan dengan selimut tebal milik Randa karena basah.
"Kok lo bisa di sini?" Aku masih marah padanya.
Sunghoon menunduk, "Tahu dari Pak Yoon." jawabnya.
Aku menghela napas, "Gimana? Satu bulannya? Seneng ya, bisa dapet dua?" sindiriku.
"Bukan gitu.. " Sunghoon menatapku. Sejujurnya Aku hanya kecewa Karen dia tidak mengambil tindakan apapun tadi.
"Aku.. Itu dare, dari Jaemin. Satu bulan pacarin adik tirinya di belakang Kamu, atau dia minta orang tuanya supaya dijodohin ke Kamu."
Aku menghela napas, jika saja dia jujur dari awal. Lagi-lagi dia menyembunyikan masalahnya.
"Maaf," ucap Sunghoon.
"Oke, maaf buat yang itu bisa gue terima. Terus gimana sama ciuman dan lo yang diem aja di sana?"
Sunghoon dengan cekatan menjawab, "Ciuman itu ga bisa dibilang ciuman! Dianya nyosor! Aku ga suka!" pria ini sangat panik sepertinya.
"Kamu.. Ga akan minta putus 'kan?" dia mentapku meminta belas kasihan, "Aku langsung kumur-kumur, bahkan cari masker buat mulut!" lanjut Sunghoon.
Ku abaikan pertanyaannya yang itu, "Terus kenapa kamu diem?" ya, amarahku sudah berkurang.
"Kamu kalo lagi marah.. Keren." cicitnya pelan.
Dia sedang bercanda atau apa?
Sunghoon mendongak, menatapku. "Aku udah punya niat, nyelesein semuanya sendirian, biar kamu ga khawatir." kata Sunghoon.
Aku mendengus pelan, "Cuman Jaehee, mana bisa ngalahin Aku." kataku.
Sunghoon mengulum bibirnya, "Kamu.. Ga akan minta putus 'kan?" tanyanya lagi.
Aku menatap matanya, "Semua tadi, jujurkan?" tanyaku.
"Iya!" jawab Sunghoon.
Tak melihat ada kebohongan di matanya, Aku memilih untuk percaya. Aku mengangguk, memberitahukan bahwa masalahnya sudah selesai.
Sunghoon mendekatiku, "Boleh peluk?" Aku mengangguk dan pria itu langsung memelukku dengan erat.
"Maaf Eun Gaeun.. Lagi-lagi Aku berusaha nyembunyiin masalah Aku." katanya.
Aku menepuk-nepuk pelan bahunya, "Kalau tahu jangan dilakuin lagi." kataku.
"Berapa lama kamu di luar?" tanyaku.
Sunghoon menggeleng pelan, "Entah, Aku sampai di sini jam 8 malam." astaga, kasihan sekali pacarku ini 3 jam kedinginan.
Sunghoon melepaskan pelukannya, tapi tangannya tetap di pinggangku, "Kamu beneran maafin Aku 'kan?" dia masih khawatir tentang itu.
Aku menangkup wajahnya, lalu mengecup pipi kanannya. Sunghoon tersenyum, dia kembali memelukku.
"Makasih udah percaya. Kamu itu hal berharga buat Aku."
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEAD BOY • Park Sunghoon
FanfictionEun Gaeun, adalah pacar Park Sunghoon. Mereka sudah menjalin hubungan hampir 4 tahun, tapi tiba-tiba tanpa alasan yang jelas Park Sunghoon bunuh diri menyisakan trauma berat untuk Eun Gaeun. Selama masa pemulihan traumanya yang dibantu oleh seorang...