Kalau masuk toko baju, jangan ributya, soalnya suka ada baju tidur.
~•~20 Desember 2020
RENCANA aku dan Sunghoon untuk pergi ke Namsan Tower terpaksa dibatalkan karena tepat saat kami kembali tadi, sekolah memberi batasan tempat yang bisa dikunjungi karena badai salju yang sering datang.
Aku menghela napas, sambil menunggu ubi kukusku bersama Sunghoon, mataku menelisik daerah sekitar, kebanyakan hanya orang-orang dewasa yang sepertinya harus pergi ke kantor.
"Mau ke sana?" Sunghoon menunjuk sebuah restoran camilan.
Aku mengangguk. Setelah mendapatkan ubi kukus itu, kami pergi ke restoran yang ditunjuk Sunghoon.
Sunghoon memesan tteokboki dan ramyeon secara terpisah, juga eomuk berserta kuahnya, juga cokelat hangat. Aku menerima ubi kukus yang sudah dikupas oleh Sunghoon.
Hangat, ini menyenangkan. Aku menyodorkan ubi itu ke Sunghoon, dia tersenyum lalu mengambil satu gigitan dan mengacak-acak rambutku.
"Waktu kita kelas 10, apa yang kamu tulis?"
Aku menatap pacarku itu, "Nulis apa?" tanyaku bingung.
"Gembok di Namsan," jawabnya.
Aku mengangguk, teringat dengan hal itu. "Kita bisa dateng lagi ke sana, tapi dalam hubungan yang sekarang." jawabku malu-malu.
Sunghoon bersandar di kursi, "Jadi Kamu udah suka sama Aku sejak di sana rupanya," pria itu terlihat sangat bangga.
Aku mendengus pelan untuk menyembunyikan salah tingkahku. Kemudian yang pertama datang adalah 3 porsi ramyeon yang dijadikan satu.
Aku dengan antusias memegang sumpitku, setelah mengucapkan terimakasih Aku segera mengambil ramyeon itu dan memasukannya ke dalam mulutku.
"Enak banget!" Aku berseru.
"Besok kayaknya bisa deh pesen ayam,"
"Sip! Sip! Udah lama banget ga makan itu." kataku.
Sunghoon mengangguk, "Kalau dipikir-pikir, ayam itu punya peran juga dalam hubungan kitam" katanya.
Aku terkekeh. "Terus? Kamu mau hajatan buat ayam?" tanyaku bercanda.
Sunghoon menggeleng, "Gimana kalau Aku pelihara ayam aja? Terus kamu jual ayam geprek. Ntar jualannya depan Harvad sana." kata Sunghoon.
"Ngadi-ngadi."
Tteokboki dan eomuk datang. Aku langsung mengambil satu tteok dan menyuapnya ke dalam mulutku, kemudian mengambil satu lagi untuk menyuapi Sunghoon.
"Gaeun," panggil Sunghoon setelah menelan tteok yang barusan kusuapi.
"Ya?"
Tiba-tiba dia mengambil satu tteok dan menyodorkannya padaku, saat hendaku makan, dia malah menarik tangannya.
"Eit! Denger dulu Aku mau ngomong." ujarnya.
"Ya.. Ya, silahkan Pak."
"Ekhem. Inget pas Aku nembak kamu?" Aku mengangguk.
"Karena sekarang kita udah lulus, ayok tunangan." dia menutup matanya, "Kalau setuju, silahkan makan."
Aku terkekeh pelan, ku makan tteok yang berada tepat di depan wajahku itu.
"Harus ya? Kamu nembak Aku lagi, pakek sesuatu yang ga bisa Aku tolak?"
Sunghoon tersenyum manis. "Nanti pas Aku ajak Kamu nikah, maharnya ya ayam goreng korea." katanya.
Aku mendengus geli, "Ya kalo gitu, gimana Aku bisa nolak Kamu?" kami berdua tertawa.
Sunghoon, selalu menepati ucapannya.
~•~
10 Januari 2021
Aku menahan tawaku, karena beberapa Kakak Tingkat berusaha mendekati Sunghoon dan menggodanya, tapi laki-laki itu hanya diam, dan membalas dengan menunjukkan cincin pertunangan kami.
"Gapapa! Baru tunangan juga kok!"
Ucapan itu kudengar begitu mendekati mereka. Ku lihat Sunghoon hanya menatap mereka aneh. Aku langsung menggandeng Sunghoon.
"Sayang,"
Tatapan Sunghoon yang tadinya mengintimidasi langsung menatapku teduh, wajahnya yang tadinya tidak menampilkan ekspresi apapun langsung tersenyum cerah begitu melihatku.
"Cabut woy, pawangnya ga maen-maen." entah siapa yang berceletuk barusan, tapi terimakasih atas kepekaanmu ya.
Sunghoon menggenggam tanganku, "Profesor Han emang suka nambah-nambahin jam gitu ya?" kata Sunghoon.
"Ya gitu deh, emang nyebelin."
Kami masuk universitas yang sama, tapi dengan jurusan yang berbeda. Sunghoon mengambil jurusan bisnis, sementara Aku memilih jurusan Sastra Indonesia.
Jujur saja mimpiku hanya sekedar menikah dengan idolaku, makanya setelah berdiskusi dengan Mama dan Papa, juga Sunghoon. Aku akhirnya memilih jurusan itu.
Semester pertama kuliah kami akhiri dengan baik. Lalu tibalah semester kedua, awalnya semuanya baik-baik saja. Tapi makin ke sini, menurutku Sunghoon agak berubah.
27 November 2021
Dia lebih banyak melamun, walaupun dia tidak pernah mengabaikanku, tapi terkadang dia tidak menyadari keberadaanku. Sikapnya terhadap wanita lain masih sama, dingin.
Dan hanya padaku, dia bersikap seperti biasa. Aku bahkan bertanya pada Yeji tentang Sunghoon, tapi Yeji bilang akhir-akhir ini Sunghoon suka panik jika mendapatkan telfon.
"Sunghoon?" lihatlah dia bahkan masih melamun.
"Park Sunghoon." Sunghoon tersadar, dia segera tersenyum tipis padaku, "Kamu manggil Aku? Kenapa?"
"Kamu selingkuh ya?"
Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya, "Enggak lah, ya kali!" dia menyeruput esspresonya.
"Ada masalah?"
Pacarku itu terdiam sebentar, dia menatapku lalu menjawab, "Nanti, kalau udah selesai." katanya.
Aku menghela napas, "Jangan gitu dong, ayok cerita. Katanya ga bakalan nyembunyiin masalah dari Aku lagi." Aku berusaha membujuknya.
"Jadi--" matanya tidak menatapku, tapi seolah terkejut dengan sesuatu. "Nanti aja, Aku janji bakal ceritain kok." Sunghoon kembali menatapku saat mengatakannya.
Aku menggenggam tangannya, "Janji loh ya," dia mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau terlalu berat, ingat ada Aku okey?" kataku.
Dan Sunghoon mengangguk, dia melebarkan tangannya. Aku segera masuk ke dalam dekapannya.
"Aku selalu percaya sama kamu Sunghoon."
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEAD BOY • Park Sunghoon
FanfictionEun Gaeun, adalah pacar Park Sunghoon. Mereka sudah menjalin hubungan hampir 4 tahun, tapi tiba-tiba tanpa alasan yang jelas Park Sunghoon bunuh diri menyisakan trauma berat untuk Eun Gaeun. Selama masa pemulihan traumanya yang dibantu oleh seorang...