Tiga Belas

77 34 1
                                    

Jatuh cinta sepihak, menghayal hal-hal romantis dengannya, tetapi saat dia bersama dengan yang lain, hati langsung sakit. Berhentilah bersikap bodoh.
~•~

6 Maret 2018

TEBAKANKU tidak salah, malahan sepenuhnya benar. Setelah mengecek cctv kemarin, terlihat dengan jelas Jaemin dan teman-temannya yang tiba-tiba datang dan mengeroyok Sunghoon.

Untungnya seperti yang dikatakan Sunghoon, dia yang menang. Omong-omong hal itu membanggakan memang. Sementara Sunghoon di rumahnya istirahat, Aku ke sekolah untuk berbicara dengan Na Jaemin.

Ku datangi kelasnya, ini sedang jam istirahat, jadi entahlah dia ada di kelasnya atau kemana, tapi yang jelas Aku harus memberikan pelajaran padanya.

"Na Jaemin ada Kak?" Aku bertanya ke Kak Yeji, dia lumayan dekat denganku karena dia anak kolega Papa.

"Kalo istirahat biasanya dia ke rooftop," Aku mengangguk paham, berterima kasih lalu pergi menuju atap sekolah.

Krreeettt..

Aku membuka pintu rooftop, langsung ku dapati Kakak Jaehee sedang merokok sendirian sambil menatap pemandangan di bawah.

"Na Jaemin," dia berbalik.

Tatapannya terlihat bingung akan kehadiranku. Aku melangkah mendekatinya, kemudian menunjukkan rekaman cctv yang kutemukan.

Dia berdecih seolah itu hanyalah hal sepele.

"Bajingan pembunuh kayak dia, pantes buat dapetin itu." pasti ada hal yang disembunyikan Sunghoon dariku.

"Kalo gitu orang sinting kayak lo pantes dapetin apa? Kak Jaemin?" Aku menekan dua kata terakhir.

Lagi-lagi Jaemin mendengus, dia maju dua langkah mendekatiku, "Lo." ucapnya.

Aku tertawa, tawa sinis tepatnya. "Duh, maaf ya, gue ga minat sama yang brengsek." kataku.

"Lo bakal nyesel ngomong gitu, nyatanya Park Sunghoon itu yang paling brengsek."

Aku mendengus pelan, jelas Aku tak peduli dengan omong kosongnya.

"Cowok lu itu, Park Sunghoon. Coba tanya dia, kenapa dia bunuh adek gue." Jaemin terlihat serius, "Yang ada sebelum lo bahas itu, dia bakal mutusin lo."

Plak!!

Sudah menjadi tujuanku untuk menampar dia hari ini.

"Anggep aja balasan buat omong kosong lo." kataku lalu berbalik untuk pergi dari sana.

"Kalo putus jangan lupa cari gue!" dasar bajingan.

Aku menutup pintu rooftop dengan kasar.

~•~

Pulang dari sekolah Aku langsung pergi ke rumah Sunghoon. Ku buka pintu kamarnya setelah mengetuk beberapa kali, Sunghoon masih tertidur di atas kasurnya.

Aku duduk di kursi meja belajarnya, memikirkan perkataan Jaemin tadi yang mau tidak mau membuatku kepikiran.

"Cih, putus apanya." bagaimana kami mau putus jika jadian saja tidak pernah.

Menyebalkan sekali mengingat itu. Sementara perkataan Jaemin tentang Sunghoon yang merupakan pembunuh, Aku jelas tidak mempercayainya.

Dan rupanya, Jaemin punya adik kandung. Mungkin ini yang membuat hubungan Jaemin dan Sunghoon buruk. Tiba-tiba saja Aku teringat saat di Korea. Sunghoon hendak memberitahukan sesuatu namun tidak jadi.

"Gaeun?" Aku langsung mendekati Sunghoon dengan menggeret kursi yang kududuki.

"Udah enakkan?" tanyaku dan dia mengangguk.

Kami berdua terdiam, sepertinya Sunghoon menyadari ada yang ingin ku katakan padanya. Ya, Aku ingin memberitahukannya kalau Aku sudah menampar Jaemin.

"Tadi gue ketemu Jaem--"

"Jaemin?" Sunghoon dengan cepat menyelaku, "Dia bilang apa?" tatapannya berubah menjadi serius.

"Cuma--"

Sunghoon kembali menyela, "Ngapain lo ketemu Jaemin?!! Lo suka sama dia?!!" Sunghoon meninggikan suaranya.

"Sunghoon," Aku berusaha menenangkannya dengan memegang tangannya, tapi tanganku langsung ditepis olehnya.

"Enyah lo!! Lo pasti percaya 'kan sama bajingan itu!!"

Aku berdiri, kecewa dengan Sunghoon yang langsung menuduhku.

"Terserah," ucapku lalu pergi dari rumahnya.

Ini pertama kalinya, Sunghoon membentakku. Sialan memang pria itu. Terserah niatku untuk mengungkapkan perasaanku sebaiknya ku kubur dalam-dalam.

Sampai di kamarku, tangisku pecah. Ah pria sialan itu, Aku tidak ingin menangisinya, tapi rasanya hatiku sakit sekali saat dibentak seperti itu.

Ku dengar pintu balkon diketuk, ku lirik ternyata itu Sunghoon. Terserah, tidak akan kupedulikan. Aku berdiri mendekati kaca yang menjadi dinding pembatas balkon dan kamarku.

Lalu kututup hordennya, kemudian kembali menangis. Park Sunghoon selalu menyebalkan, yang lebih menyebalkan adalah kenapa Aku harus menyukainya.

Ceklek..

Ah sial, Aku lupa mengunci pintu.

Kembali Aku menelungkupkan wajahku. Ku rasakan tepukan di bahuku, Aku tidak ingin mendongak, serius.

"Gaeun.. Maaf."

Suara Sunghoon berhasil meluluhkanku, Aku mendongak menatapnya. Sunghoon langsung memelukku dengan erat, ku rasakan bahuku basah. Ternyara pria ini bisa menangis.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf," dia terus mengucapkan itu, sial itu malah membuatku merasa bersalah.

"Maaf Gaeun maaf,"

"Hm," dehemanku mengehentikan mulutnya yang terus mengoceh minta maaf.

"G-gue ga bermaksud bentak lo, maaf." Sunghoon belum melepaskan pelukannya, "Cuman.. Denger orang gue bicara sama Jaemin, itu trauma."

Sekarang laki-laki itu melepaskan pelukannya, matanya tak berani menatapku dan penuh air mata, dia benar-benar merasa bersalah.

Ku genggam tangannya, berusaha memberitahunya kalau itu tidak apa-apa. Dia perlahan mendongak, menatapku.

"Gue.. Ga bunuh Jaehee," memang ada yang disembunyikan pria ini rupanya.

Aku mengangguk, ku tangkup wajahnya, menatapnya dengan tatapan dia benar.

"Heum.. Jaemin cuman bicara omong kosong." kataku.

Apa dia tidak tahu? Aku selalu percaya padanya.

~•~

UNDEAD BOY • Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang