Tiga

181 68 3
                                    

Siapapun kamu, bagaimanapun rupamu, sebeban apapun kamu, hanya ada satu kamu di dunia. Kecuali kalau punya kembaran.

~•~

8 Januari 2018

Walaupun belum satu tahun semenjak kejadian bakso dan es kopi itu, tetapi setelah kejadian itu Aku benar-benar tidak menyukai Park Sunghoon. Dia benar-benar dingin, dan kata-kata tajam.

Tapi rupanya Aku sangat tidak beruntung, Sunghoon dan keluarganya menyewa rumah yang berada tepat di sebelah rumahku. Dan lagi-lagi rupanya Mama dan Mamanya Sunghoon adalah teman dekat.

"Okeh sip deh! Ntar anak lo gue yang jagain!" Mama tampak sangat bersemangat tentang menjaga Sunghoon yang akan ditinggal sendirian oleh orangtuanya.

Tiba-tiba Mama Sunghoon menatapku, "Gaeun, jagain Sunghoon ya, walaupun anaknya agak dingin, tapi dia baik kok." kata Mama Sunghoon.

Aku hanya tersenyum canggung. Setelah sekian kata pamit, akhirnya Mama dan Papa Sunghoon pergi bersama dengan adik Sunghoon, Yeji.

Aku masuk lebih dulu, tapi Mama langsung menggeretku ke dapur.

"Apaan sih Mah?" wanita yang melahirkanku itu mengeluarkan kue yang belum pernah kulihat.

"Ih? Mama ada bolu kok ga bilang," saat hendak mencomot satu, Mama langsung memukul tanganku.

"Jangan dimakan!" katanya memperingatiku, "Nih kasih ke Sunghoon sana. Temenin makannya, Kata Bogum dia susah makan." suruh Mama.

Aku berdecak kesal, seperti anak kecil saja.

"Mama aja ah," tolaku.

Mama sontak langsung menatapku kesal, "Ga usah makan bolunya kalo gitu Kamu." katanya.

"Ahh.. " Aku menghela napas karena kesal, dengan sangat terpaksa Aku mengambil piring berisikan bolu itu kemudian pergi ke rumah sebelah.

Ku ketuk beberapa kali, lalu memencet bel beberapa kali. Setelah hampir 10 menit berdiri, Aku kembali hendak mengetuk, bertepatan dengan itu pintu terbuka.

Menyebalkan sekali memang. Sunghoon menaikkan satu alisnya, menatapku seolah mengajukan pertanyaan tentang keberadaanku di sini.

"Coba aaa.. " suruhku.

"Kenapa?" ya, tidak heran dia bertanya.

"Nganga aja coba," suruhku lagi.

Sunghoon dengan ragu melakukannya, langsung ku sumpali mulutnya dengan satu iris bolu.

"MA ORANGNYA UDAH MAKAN YA!!!!" Aku memekik.

Ku ambil tangan Sunghoon. Ini benar-benar deja vu seperti saat kelas 9 waktu itu, ku berikan kepadanya piring ditanganku.

"Impas 'kan?" usai berkata begitu Aku kembali ke rumahku.

~•~

21 Desember 2021

Kue bolu di depanku yang tadinya membuatku menangis, kini disimpan kembali oleh Kak Yeonjun. Psikolog itu tak patah semangat rupanya, pantas saja Mama bilang dia orang yang tepat.

"Kamu harus bisa keluar dari zona nyaman Kamu," kata Kak Yeonjun usai menyimpan bolu itu, "Mulai dari diri Kamu yang harus relain Sunghoon."

Aku menunduk, tak punya jawaban yang kurasa tepat untuk membalas ucapkan Kak Yeonjun. Begitu mendongak, Aku kembali mengutarakan langsung apa yang ada dipikiranku.

"Kalau Aku berani telfon Sunghoon, Kakak ga bakal ganggu Aku lagi 'kan?"

Terlihat kekecewaan di mata Kak Yeonjun yang jelas tak kupedulikan. Kak Yeonjun mengangguk pelan.

Aku mengambil ponselku, kembali melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan tadi malam. Setelah beberapa menit terdiam, Aku menekan nomor Sunghoon.

Jantungku langsung berdegup kencang, napasku mulai tak beraturan. Lalu bayangan bagaimana Aku menemukan Sunghoon hari itu muncul.

"AAAA!!!" pekiku frustasi.

Aku takut, gelisah, sedih, dan marah. Bayangan itu tak ingin pergi, kepalaku pusing, napasku benar-benar tercekat. Wajah orang-orang yang menatapku iba persis saat hari itu muncul.

Seakan tak ada yang membiarkanku pergi, tak ada yang menolong kami. Sunghoon yang penuh darah dan tak mau membuka matanya.

Ku rasakan sebuah pelukan. Ku pejamkan mataku, bayangan-bayangan sialan itu hilang seketika. Aku hanya mengeratkan pelukanku, berharap orang yang memeluku adalah Park Sunghoon.

"Tenang.. Gaeun... Tenang." tepukan pelan di punggung dan suara itu menyadarkanku, ini bukan Sunghoon.

Pelukanku mengendur, tepatnya yang tersisa hanyalah Kak Yeonjun yang memeluku untuk menenangkanku. Tepukannya terhenti sesaat ketika Aku melepaskan pelukanku, lalu kembali berlanjut.

Setelah beberapa saat, Kak Yeonjun melepas pelukannya, menatapku dengan serius, "Lihat? Ini ga sesederhana itu, sama-sama kita pasti bisa kok." ujarnya.

Jika Sunghoon yang berucap begitu jelas Aku akan tertawa gelak, tapi lagi-lagi Aku tersadar Kak Yeonjun bukan Sunghoon. Bahkan tidak ada kemiripan diantara mereka.

"Eun Gaeun," Ku tatap mata Kak Yeonjun, "Ayo.. Cerita lagi, Saya mau dengar dari sudut pandang Kamu."

Aku menghela napas, lalu menggeleng. Kepalaku benar-benar pusing, Aku tidak tahu hal sepele seperti menelfon Sunghoon efeknya sebesar ini.

"Gapapa, lanjut besok ya."

Aku mengangguk pelan. Ku sadarkan tubuhku ke sofa, otaku langsung mengingat Sunghoon. Bayangan pria yang kucinai itu sedang tersenyum, mampu membuatku ikut tersenyum.

Namun beberapa saat kemudian air mataku keluar karena mengingat Sunghoon sudah pergi sangat jauh.

"Mikirin apa? Senyam senyum gitu?"

Aku bersemangat untuk menjawab pertanyaan itu, "Park Sunghoon!" kataku.

~•~

UNDEAD BOY • Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang