Dua belas

80 33 0
                                    

Jika Kamu merasa malas, tidak berguna, dan hanya beban, maka ingatlah bahwa itu benar.
~•~

24 Desember 2021

AKU menatap biskuit yang tersaji di atas meja, di depanku ada laki-laki yang sama sejak beberapa hari yang lalu, yang tak lain adalah Choi Yeonjun.

"Sunghoon itu, orangnya gimana?"

Aku langsung mengingat sikap Sunghoon saat denganku, mulai dari hal sepele, sampai yang benar-benar masalah besar.

"Baik, dia cuman kasih tatapan itu buat Aku." Aku ingat benar cara Sunghoon menatapku, "Dia punya sisi, di mana cuman Aku yang tahu."

Semua sifat menyebalkan Sunghoon, kata-kata manisnya, hanya ditujukan padaku.

"Walaupun ga deket sama adiknya, tapi Sunghoon sayang sama dia." Sunghoon selalu memberi pelajaran pada orang yang menganggu Yeji.

"Dia, selalu perhatiin hal sepele tentang Aku." sudah kukatakan, seseorang yang tahu segalanya tentangku hanyalah Park Sunghoon.

Mataku tak sengaja melirik ponsel Kak Yeonjun, dia merekam percakapan ini? Untuk apa? Mungkin untuk pengobatan bukan. Tapi entah kenapa, hatiku mulai menolak untuk berbicara lebih.

"Kalau tentang Sunghoon, kayaknya Kamu suka banget ya?"

Aku mengangguk tanpa ragu, membicarakan Sunghoon, Aku menyukainya lebih dari eskrim vanila dengan choco chips.

"Oke, sekarang kita lanjut pengobatannya gimana?" Aku mengangguk, setuju dengan ide Kak Yeonjun.

"Mending cari street food atau ke taman bermain?"

Apa ini? Kenapa dia selalu bersikap seolah dia adalah Sunghoon tetapi mengatakan kalau dia Yeonjun.

"Makanan," Aku memilih opsi pertama untuk mengecek firasatku.

Bukan pergi ke street food ala-ala Kanada maupun Korea, Yeonjun membawaku makan di restoran khas Indonesia. Katanya Aku pasti merindukan makanan ini.

Aku hanya mengikutinya. Kak Yeonjun memesan tumis kangkung, ikan sambal, dan ayam geprek. Hatiku sedikit tenang, karena Sunghoon tidak akan memberikan makanan pedas padaku.

Tapi anehnya, Kak Yeonjun tidak menanyakan Aku ingin makan apa. Sepertinya dia benar-benar akan memberikanku makanan pedas.

"Kamu suka makanan pedes 'kan?"

Aku menggeleng, sejak dulu Aku tak bisa makan makanan pedas. Kak Yeonjun nampak merasa bersalah mendengarnya, Aku tidak peduli, itu tidak penting.

"Maaf ya, Kamu pesen yang lain deh. Mau apa?"

"Terserah," kata yang hanya kuucapkan pada Sunghoon saat marah.

Tapi saat ini Aku tidak marah, hanya memang saja bersama Kak Yeonjun aku kurang nyaman.

"Kamu marah?"

Apakah pemikiranku benar? Kak Yeonjun berusaha mengikuti sifat Sunghoon. Walaupun itu bagian dari pengobatan, Aku akan menentangnya.

Aku benci saat seseorang berusaha menjadi Sunghoonku.

Tak sengaja ku lirik ponselnya lagi, walaupun tertutup tangannya, Aku yakin benar dia sedang merekam percakapan ini. Apakah dia selalu mereka percakapan kami?

"Kak, ingat, Kakak Yeonjun, bukan Sunghoonnya Aku." kataku menegangkan batasan.

Kak Yeonjun nampak kebingungan, seakan Aku baru saja mengetahui rahasia besarnya hanya dengan tebakan.

"O-oh, iya. Saya Yeonjun, bukan Sunghoon." nadanya kedengaran agak sedih, tapi Aku tidak peduli.

Aku rasa Kak Yeonjun menyadari satu hal, Aku hanya ingin berbicara panjang, jika itu mengenai Sunghoon. Aku berekspresi hanya saat memikirkan Sunghoon.

Duniaku masih penuh dengan Sunghoon.

~•~

5 maret 2018

Aku menghembuskan napas, berusaha menetralkan kegugupanku. Setelah gagal menyatakan perasaanku pada Sunghoon waktu itu, kini Aku memutuskan untuk mencoba lagi.

Pulang sekolah ini tepatnya. Saat ini Aku sedang menunggunya, karena seperti biasa, kami akan pulang bersama.

Tapi Sunghoon belum terlihat, padahal motornya masih ada di parkiran sekolah yang mulai sepi. Aku mulai khawatir karena Sunghoon belum memberikan kabar.

Kakiku mengetuk-ngetuk tanah, sementara mulutku sejak tadi menggigiti kuku. Kebiasaan buruk yang belum bisa kubuang memang. Ku putuskan untuk menelfonnya lagi.

Dering ponselnya terdengar sangat dekat, Aku mengedarkan pandanganku. Kakiku langsung berlari menuju Sunghoon begitu menemukan pria itu.

Penampilannya benar-benar kacau, wajahnya lebam dibeberapa bagian, bibirnya sobek, benar-benar memprihatinkan.

"Sunghoon? Lo kenapa?" ah, persetan dengan pengakuanku kalau begini terus.

Sunghoon hanya mengangguk pelan, sambil tersenyum tipis, mengode bahwa dia baik-baik saja. Dikiranya Aku orang bodoh? Bagaimana dia baik-baik saja dengan keadaan seperti ini.

"Gapapa.. Gue yang menang kok." bisa-bisanya.

Aku menghela napas, ku keluarkan air minum dari dalam tas dan membantunya minum. Sepertinya dia habis dikeroyok, aduh kasihan sekali gantengku ini.

Atensiku teralihkan ke Jaemin dan beberapa orang lainnya yang juga baru keluar dari area sekolah, penampilan mereka tak jauh beda dari Sunghoon.

Aku langsung bisa menangkap situasinya. Sunghoon dikeroyok oleh Na Jaemin dan anak buahnya. Aku menatap Sunghoon.

"Beneran menang lo?"

Dia terkekeh lalu berdiri, "Ayo pulang, capek." katanya.

Jelas dia kalah.

Terserah, tapi lihat saja Na Jaemin. Besok kurasa kau akan terkena sepatu atau sendal, kemungkinan juga telapak tanganku bisa mendarat di wajah yang kau banggakan itu.

~•~

UNDEAD BOY • Park Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang