Selamat Membaca
Beberapa bulan telah berlalu, kehadiran Sabiru masih dinanti Starla. Jean pun selalu berada di sampingnya Starla, barangkali Starla membutuhkan bantuan Jean. Walau beberapa kali hatinya harus terluka ketika mendengar kalimat yang terus keluar dari mulut Starla "Gue suka Sabiru, gue mau nunggu dia."
"Gue juga suka lo, dan gue juga mau nunggu lo." nyatanya Jean hanya bisa membalas kalimat itu dalam hatinya.
Kini mereka tidak lagi menunggu Sabiru di taman. Setelah Jean memberitahukan kepada Starla kalau Sabiru itu memang berasal dari buku, mereka berdua jadi sering melihat setiap halaman dari buku berjudul Sabiru itu. Namun, cerita dari buku itu hanya berhenti di tengah tengah. Selanjutnya tidak ada kata lagi dan bab baru lagi.
"Jean?"
Jean menoleh pada Starla dengan pandangannya yang masih terfokus pada buku Sabiru itu. Jean ikut memandangi buku itu.
Perlahan kalimat kalimat hingga terbentuk sebuah paragraf muncul di halaman yang tadinya tak ada apapun. Bahkan judul dari bab itu pun ada. Hanya saja terus berganti dengan kata yang berbeda.
Starla dan Jean saling pandang dengan ekspresi penuh tanya.
"Buku apaan anjir ini?" Jean merebut buku itu, hingga buku itu pun kembali di rebut oleh Ayah Starla.
Johan terdiam dengan sorot mata yang masih beradu dengan dua orang di hadapannya, "Ayah nggak bisa jelasin sekarang."
------
Malam sudah semakin larut. Arka terus menunggu Jean di halaman rumahnya. Dia takut Jean akan segera pulang lebih awal. Baru kali ini Arka takut jika Jean pulang cepat, bahkan Arka berharap Jean tidak akan pulang malam ini. Jika bukan karena nilai ulangan bahasa Jean yang disembunyikan mungkin tak ada yang harus di khawatirkan.
"NILAI APAAN INI? 80? JEAN!" suara Papa terdengar hingga halaman depan. Arka menutup telinganya setiap Papa berteriak.
Papa itu memang tidak suka jika anak anaknya mendapatkan nilai di bawah 95. Semenjak Papa memiliki teman yang suka memamerkan nilai anaknya, Papa selalu ingin anaknya mendapatkan nilai yang bagus. Jika beberapa orang berpikir nilai hanyalah angka bagi Papa nilai adalah harga diri.
"Woi Arka! tumben malem gini diluar, nunggu gue ya lo."
Mendengar suara Jean, Arka segera berlari ke arahnya. Menarik tangan laki laki itu menjauh dari rumah sebelum hal yang Arka tidak inginkan terjadi.
"Kenapa sih? gue kan mau istirahat." tanya Jean pada Arka yang tiba-tiba menariknya. Jean pikir Arka ingin mengajaknya berjalan jalan malam.
Sebelum mendengar alasan Arka, Jean berlari kembali menuju rumahnya. Membuka pintu rumah yang berakhir berhadapan dengan sang kepala keluarga. Jean terdiam, pandangannya tertuju pada Ibu yang berada di depan pintu kamarnya sembari tersenyum. Pandangan Jean berpindah pada selembar kertas yang berada di tangan Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our World
Fantasy"Kenapa sih takdirnya harus kayak gini?" "Takdir itu nggak salah Starla, cuman dunia kita berbeda ingatlah bahwa aku itu karakter fiksi." "Terus kenapa kamu bisa disini dan hidup layaknya manusia?" Jika sebenarnya dua dunia ini bisa bersatu, Starla...