Selamat membaca
Sore ini, semua prajurit tengah mempersiapkan untuk peperangan esok hari.
Putri Adya dengan para pasukannya datang untuk membantu kerajaan milik Sabiru. Ia membawa peralatan perang dengan beberapa jenis. Tiga kuda membawa pedati (seperti gerobak) yang berisi senjata. Pedati pertama membawa tombak besi, pedati kedua membawa pedang dan pedati terakhir membawa busur panah serta anak panahnya.
Walau peperangan akan dilakukan di bukit tinggi sebelah timur kerajaan, penduduk desa tetap diminta untuk berlindung di ruang bawah tanah kerajaan. Barangkali seperti beberapa tahun lalu beberapa pasukan kegelapan memasuki pemukiman padahal peperangan sedang berlangsung di hutan.
"Pangeran? saya sudah membawa beberapa pasukan dari kerajaan." Putri Adya memasuki ruangan besar. Itu ruangan untuk berunding menyiapkan taktik perang esok. Hanya orang orang tertentu saja yang diperbolehkan memasuki ruangan itu.
Di sana sudah terdapat Sabiru, Ranzo, Zemora, Raden dan beberapa panglima lainnya.
"Terima kasih atas bantuannya Putri." Sabiru mempersilahkan Putri Adya untuk turut bergabung dalam perundingan ini. "Jadi kita akan membagi dua pasukan?" kini Sabiru kembali fokus pada rencana yang diusulkan oleh Raden.
"Betul Pangeran, pasukan satu akan bersembunyi di hutan dan menyerang dari belakang sisanya tetap ada di wilayah peperangan." jelas Raden sembari memperlihatkan peta yang sudah terbuka di meja panjang.
Mendengar itu Putri Adya menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju dengan rencana itu. Menyingkirkan peta milik Raden dari atas meja dan menggantikannya dengan sebuah peta berwarna hitam miliknya.
Raden tersentak dengan tindakkan sang Putri. Ditambah dengan peta hitam itu, apa dia tidak salah lihat? kertas hitam biasa dikenakan oleh kerajaan kegelapan. Tapi mengapa tidak ada yang perduli akan hal itu. Bahkan Zemora tidak peduli dengan kertas itu.
"Lihat ini, pasukan kegelapan pasti akan berjumlah sangat banyak. Dan kita tidak mungkin menggunakan cara payah itu karena dalam keadaan apapun pasti mereka akan siap." -Putri Adya
"Begitu pun dengan kita Putri. Kita juga akan siap dengan keadaan segenting apapun." Raden tidak suka dengan nada bicara Putri yang seakan akan merendahkan rencana yang ia buat.
"Kita seharusnya langsung berkumpul di bukit dengan membawa pasukan yang lebih banyak Pangeran. Dengan formasi seperti yang saya buat." -Putri Adya
"Caramu saja lebih payah, kau tidak pernah terjun di peperangan ya? terlihat sekali." -Raden
"Hey! jangan asal bicara." -Putri Adya
"Julukan mu sebagai si pemanah hebat hanya berlaku di ruang latihan kerajaanmu ya? HAHAHA."
"CUKUP!" Sabiru memukul meja dengan keras menggunakan kedua telapak tangannya. Ia berdiri, "Baiklah kita akan gunakan rencana milik Putri, bersiaplah untuk besok." Sabiru segera keluar dari ruangan.
Hal itu mengejutkan Raden, bagaimana bisa semua orang yang ada di ruangan menyetujui cara yang tidak benar itu. Bahkan Ranzo, seharusnya dia tidak setuju. Semua orang telah pergi dari ruangan itu sisa Raden dan Putri Adya.
"Apa yang telah kau lakukan dengan buku itu Putri Adya?" tanya Raden dengan tatapan tajam.
"Kau tidak perlu tahu, kini permainan ku berhasil. Bersiaplah untuk kekalahan."
Raden berlari di tengah lorong mencari keberadaan Zemora dan Ranzo. Ketika dia berada di luar kastil ia bisa melihat kedua rekannya di dekat gerbang. Dengan tergesa gesa ia mendekati kedua rekannya itu, "Zemora Ranzo!" panggilnya sembari mengatur nafasnya.
"Ada apa Raden? kenapa kau terlihat panik?" tanya Zemora melihat wajah Raden.
"Kenapa kalian mengiyakan rencana Putri?" tanpa basa basi Raden bertanya mengenai alasan mereka.
"Hah?" kompak Ranzo dan Zemora mereka berdua saling bertatapan bingung.
"Kita berdua mengiyakan rencana Sabiru, kau tidak lihat?" sambung Ranzo.
"Sial." Raden kembali berlari keluar kastil.
Melihat hal itu, Ranzo dan Zemora yang kebingungan pun mengikuti Raden yang berlari masuk ke dalam hutan. Mereka berdua membuka sebuah semak semak yang lebat berakhir dengan menemukan sebuah telaga dengan Raden yang terduduk lemas di pinggiran telaga itu. Tanpa pikir panjang Zemora dan Ranzo menghampiri Raden. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat sebagian lembar dunia mereka sudah terbakar.
Dua halaman dari buku itu sudah benar benar hangus, tepat dibagian perundingan mereka.
"Ulah Putri Adya, bajingan itu tidak pantas disebut Putri." Raden mengepalkan kedua tangannya kesal.
Kini Sabiru dan Raden membicarakan tentang taktik kerajaan.
--- halaman terbakar ---
Semuanya telah menyetujui rencana itu. Kini Pangeran sabiru dan Putri Adya tengah menyiapkan para pasukan untuk esok hari.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Our World
Fantasy"Kenapa sih takdirnya harus kayak gini?" "Takdir itu nggak salah Starla, cuman dunia kita berbeda ingatlah bahwa aku itu karakter fiksi." "Terus kenapa kamu bisa disini dan hidup layaknya manusia?" Jika sebenarnya dua dunia ini bisa bersatu, Starla...