Selamat Membaca
Tukk... tukk.... tukk...
"Starla... Starla."
Starla yang masih tertidur pun terbangun ketika mendengar suara ketukan jendela. Dia segera beranjak dari ranjangnya. Membuka tirai jendela, hingga memperlihatkan sosok Sabiru yang sudah berada di sana dengan setangkai bunga matahari yang ada di tangannya. Bahkan bunga matahari itu sebesar kepala Sabiru.
"Selamat pagi, aku bawa matahari biar hari kamu cerah."
Starla tersenyum hingga deretan giginya terlihat. Melihat wajah cantik itu Sabiru terdiam dengan pipi yang seketika memerah. Matanya tidak berkedip perlahan senyumnya ikut tertara.
"Terimakasih Sabiru."
"Cantik." puji Sabiru.
"Hem?"
"Kamu cantik, aku suka."
"Setiap kita ketemu pasti kamu selalu bilang itu, 'aku suka'."
"Biar kamu selalu ingat."
"Aku pasti ingat terus."
"Starla?" dari luar kamar Starla terdengar suara Ayah Johan yang memanggilnya. Starla dan Sabiru saling bertetapan.
"Aku pamit ya, ini untukmu aku hadiahkan lagi."Sabiru memberikan kotak kaca itu kepada Starla.
Starla menerimanya, ia memandangi pemberian itu, "Bunga apa ini?" tanya Starla. Ia kembali menghadap pada jendela. Tidak ada siapapun di sana. Sabiru telah pergi.
Bunga itu mirip seperti baby breath hanya saja ukurannya lebih besar dengan warna coklat keemasan. Bahkan bunga itu bercahaya.
"Starla? ayo makan." Ayah membuka pintu kamar Starla mengajaknya untuk turun dan sarapan.
Dari kejauhan dekat semak semak belakang halaman rumah Starla, Sabiru memandangi bunga yang tadi ia beri. Starla sengaja meletakkannya di depan jendela kamarnya.
"Itu bunga dari dunia ku, kata Zemora kalau jatuh cinta kepada seseorang kita harus memberikan bunga itu. Aku- benar benar cinta kamu Starla."
"Kamu seperti bunga itu, indah dan selalu bersinar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our World
Fantasy"Kenapa sih takdirnya harus kayak gini?" "Takdir itu nggak salah Starla, cuman dunia kita berbeda ingatlah bahwa aku itu karakter fiksi." "Terus kenapa kamu bisa disini dan hidup layaknya manusia?" Jika sebenarnya dua dunia ini bisa bersatu, Starla...