25• Is It A Wrong Choice?

150 35 2
                                    

"Taeyeon-ah, bolehkan appa bertanya?"

Firasatku kali ini terasa sedikit tidak enak ketika mendengar nada suara appa Hwang. Aku melihat appa Hwang dan menganggukkan kepalaku sedikit ragu.

"Apakah selama ini kamu berpacaran dengan Tiffany?"

Deg

Firasatku benar-benar tidak salah kali ini. Entah mengapa sejak kejadian itu, aku menjadi lebih sensitif sekararng. Aku terdiam sambil menundukkan kepalaku ketika mendengar pertanyaan appa Hwang.

Walaupun aku tidak melihat, tapi aku dapat merasakan jika seluruh orang-orang yang berada di sekitar ku kini menatapku. Ini benar-benar membuatku sangat takut.

Aku takut jika aku ditolak karena ini. Aku takut jika aku ditendang dari keluarga ini. Aku takut jika mereka mungkin akan menghukumku. Aku benar-benar tidak dapat mengatakan apapun. Namun aku juga tidak dapat membohongi mereka semua. Ini benar-benar membuatku sangat dilema.

Jantungku kini berdetak lebih cepat, keringat dingin mulai keluar dari tubuhku, aku merasa perutku tidak nyaman. Apa yang harus ku katakan pada mereka, bagaimana caraku untuk mengatakan hal itu pada mereka?

Aku dapat melihat dengan jelas jika mereka tengah memandangiku saat ini, menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirku. Aku menghirup nafas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan suaraku.

"Ne, appa."

Aku hanya mampu menjawab sambil terus menundukkan kepalaku. Aku benar-benar tidak siap dengan apa yang terjadi setelah ini. Mereka pasti sangat kecewa, sedih, marah, dan benci padaku. Apalagi Leo oppa, dia pasti sangat kecewa padaku. Kami telah dijodohkan sejak kecil, tapi aku justru berpacaran dengan adiknya.

"Mianhae..."

Aku kembali mengeluarkan suara ketika tak ada satu kata pun terucap dari bibir mereka. Tanpa sadar, aku menjatuhkan air mataku sambil terus menundukkan kepalaku. Aku tak lagi merangkul kedua orang tua ku. Kini aku hanya bisa menutup wajahku dengan kedua telapak tangan ku.

Sungguh ini benar-benar menyakitkan untukku, apalagi untuk mereka. Aku satu-satunya harapan dan kebanggaan orang tuaku tapi aku justru mengecewakan mereka semua.

"Kami sudah tau, Tae. Kami telah membaca seluruh isi dari buku diary Tiffany yang telah kamu ambil kemarin."

Kali ini aku kembali mendengar suara eomma Hwang. Aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi. Aku berdiri dan berjalan gontai sambil menundukkan kepalaku kemudian membalik tubuhku dan berlutut di hadapan mereka semua. Aku tau, aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Keluargaku dan keluarga Tiffany telah banyak terluka olehku dan Tiffany, terutama Leo oppa.

"Maafkan aku... Maaf... Maaf aku sangat berdosa... Maaf...."

Aku terus memohon sambil menundukkan kepalaku. Ketika aku meminta maaf seperti ini, aku tiba-tiba mengingat kejadian yang menimpaku selama ini. Mungkin itu adalah karma yang pantas kami dapatkan, terutama aku.

Aku yang telah memulai ini semua. Aku yang telah menaruh perasaan pada Tiffany, aku pula yang telah meminta Tiffany untuk menjadi kekasihku. Sungguh, ini semua salahku. Aku terus memohon selama mereka masih diam, aku tidak akan pernah berhenti meminta maaf sampai mereka memaafkan ku, walaupun aku tau jika itu terdengar sangat mustahil.

Aku mendengar seseorang berdiri dan melangkahkan kakinya semakin dekat ke arahku, namun aku tidak tahu orang itu siapa karena aku masih menundukkan kepalaku. Tiba-tiba aku merasa sebuah telapak tangan menyentuh pundakku, namun aku tidak mampu untuk mengangkat wajahku.

The (Un)seenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang