*Play : One Last Time
______
"Taeyeon! Ikut, Appa!"
Pria paruh baya itu menghampiri dua wanita yang sedang berpelukan di depannya. Hal itu membuat mereka berdua sedikit terkejut ketika mendengar suara appa Kim yang sangat tegas.
Mereka berdua pun melepaskan pelukannya dan melihat pria paruh baya yang berjalan menghampiri mereka. Melihat hal itu eomma Kim langsung menarik tubuh Taeyeon untuk berdiri di belakangnya, wanita paruh baya itu sangat takut jika suaminya akan melukai anaknya lagi.
"Appa ingin bicara sama kamu!"
Itu adalah suara tegas khas ayah Taeyeon. Perempuan itu tak merasa aneh lagi ketika mendengar suara ayahnya yang seperti itu. Ibu Taeyeon memegang tangan perempuan itu sangat erat, ia masih tidak yakin jika suaminya tidak menyakiti Taeyeon lagi. Namun Taeyeon melepaskan genggaman tangan ibunya dan berbicara pada wanita paruh baya di sebelahnya.
"Eomma, gwenchana... Appa hanya ingin berbicara denganku."
Taeyeon memegang kedua tangan ibunya dan berusaha untuk meyakinkan wanita paruh baya itu jika dirinya akan baik-baik saja. Taeyeon dan ibunya pun dapat mendengar penjelasan Leo beberapa saat yang lalu ketika berbicara dengan ayahnya. Setelah itu Taeyeon melepaskan tangannya dan berjalan pergi mengikuti ayahnya. Wanita paruh baya itu melihat punggung Taeyeon dan suaminya dengan perasaan yang sangat khawatir.
"Yeonju-ah, gwenchana... Biarlah mereka berdua berbicara dulu," wanita paruh baya yang sedari tadi duduk di sofa berjalan menemui ibu Taeyeon dan mengajaknya untuk duduk di sofa kembali.
Mereka berdua berjalan kemudian duduk di sofa kembali sambil menunggu Taeyeon dan ayahnya selesai berbicara.
Taeyeon terus mengikuti langkah kaki ayahnya yang entah akan membawanya pergi ke mana. Hingga akhirnya pria paruh baya itu berhenti di sebuah teras samping rumah itu. Di depan mereka ada sebuah kolam renang dengan luas 6 x 3 meter.
Pria paruh itu melihat dinding yang mengelilingi rumah ini. Di dinding itu terdapat tumbuhan-tumbuhan yang merambat. Taeyeon hanya dapat melihat pria paruh baya di depannya tanpa mengatakan apapun.
"Taeyeon-ah," Taeyeon mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar sebuah suara yang memanggilnya.
"Ne, appa."
"Apa kamu tahu kesalahanmu?!" Pria paruh baya itu berbicara dengan membelakangi Taeyeon. Perempuan itu menganggukkan kepalanya.
Taeyeon meremas kedua tangannya yang berada di depan tubuhnya. "Ne, appa."
Pria paruh baya itu memutar tubuhnya dan berjalan mendekati Taeyeon. "Usiamu sudah semakin dewasa. Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?!" Taeyeon mengerutkan keningnya sambil terus menunduk, ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh ayahnya.
"M-maksud appa...?" Taeyeon berusaha untuk memberanikan diri mengangkat kepalanya. Taeyeon dapat melihat wajah ayahnya yang sangat serius.
"Jika kau memang lebih memilih Tiffany, baiklah! Tapi appa tidak akan pernah membiarkanmu menjadi penerus di perusahaan appa. Jika kamu memang lebih memilih jalan mu sendiri, maka kau juga harus menentukan masa depan mu sendiri tanpa bergantung kepada appa dan eomma. Apa kamu mengerti?!"
Taeyeon membulatkan matanya sejenak, tapi ia kemudian menganggukkan kepalanya dengan mantap. Sejak kecil, Taeyeon memang tidak pernah ingin bekerja di perusahaan ayahnya karena ketika ayahnya dan ibunya bekerja, mereka sangat jarang ada untuknya. Karena itu, sejak awal Taeyeon sudah bertekad untuk mencari pekerjaan lain yang dapat ia handle tanpa memakan waktunya yang berharga untuk keluarga atau temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The (Un)seen
TerrorAku dapat melihatmu, tapi mengapa mereka tidak bisa??!!! Aku bahkan tidak memiliki kemampuan sixth sense dan aku juga bukan merupakan anak indigo. But, you're too real for me! SO, WHO ARE YOU?!