Seorang perempuan tengah duduk santai dengan melipat kedua kakinya menyilang di sebuah bukit 'seorang diri'. Pandangannya lurus pada matahari yang bersiap menenggelamkan dirinya setelah seharian menemani jutaan umat manusia melakukan aktivitasnya. Cahaya yang ada di sekelilingnya pun mulai meredup.
Di sebelah perempuan tersebut ada seseorang yang duduk bersamanya. Apakah kita masih bisa menyebutnya sebagai 'seseorang'?
"Taeyeon..."
Perempuan itu menoleh ke samping ketika ia mendengar sebuah suara yang memanggil namanya. Perempuan itu melihat sesosok wanita yang memiliki wujud sama seperti dirinya, setidaknya untuk saat ini. "Wae?"
Sosok wanita yang memanggilnya menatap wajah Taeyeon. Kedua kakinya ia lipat di depan dadanya. Kepalanya ia letakkan di atas lututnya dengan posisi menyamping. Wanita itu dapat melihat wajah perempuan yang ada di sebelahnya. Wajah yang sangat ia rindukan selama dua bulan ini.
Iya, ini adalah pertama kalinya mereka kembali bertemu setelah hampir sekitar dua bulan mereka tidak bertemu. Sejak kejadian malam yang panjang itu, keduanya tidak pernah bertemu lagi. Ketika Taeyeon berada di rumah, di tempat kerja, di bis, di jalan, ia hanya beraktivitas seorang diri, benar-benar sendiri.
Sejak kejadian itu, Tiffany lenyap. Ketika Taeyeon tersadar dari pingsannya, ia tidak dapat melihat Tiffany lagi hingga hari ini wanita itu akhirnya kembali muncul di hadapannya.
Taeyeon terluka, ia terluka ketika mengetahui fakta siapa sosok yang sebenarnya dari wanita itu. Ia terluka ketika Tiffany tiba-tiba menghilang dari kehidupannya begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya. Ia terluka dengan bayangan jika seandainya ia tidak dapat melihat Tiffany lebih lama lagi.
"Mianhae.... Bogoshippo...."
Kedua bola mata Taeyeon menatap wajah wanita yang berjarak sekitar satu meter dari tempatnya saat ini. Taeyeon menghela nafas panjang, perempuan itu kembali mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
Tiffany hanya dapat memandangi Taeyeon dengan kecewa. Ia berpikir jika Taeyeon masih marah padanya, atau mungkin perempuan itu telah membencinya. Wanita itu menenggelamkan wajahnya di atas lututnya.
"Jika kamu merindukanku, lalu kenapa kamu memberi jarak diantara kita? Apa sekarang aku tidak dapat menyentuhmu?" Taeyeon mengucapkan kalimat itu tanpa menoleh ke arah Tiffany, pandangannya masih lurus ke depan.
Mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Taeyeon, wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat Taeyeon dengan tidak percaya. "Jika kamu bisa memelukku, aku akan memafkanmu." #MODUSS
Tiffany semakin mengerutkan keningnya sejenak ketika mendengar kalimat yang kembali dikeluarkan oleh Taeyeon. Wanita itu dapat tersadar dengan cepat, tak ingin membuang waktu dengan memikirkan maksud dari perkataan Taeyeon, wanita itu beranjak dari tempatnya dan berjalan beberapa langkah dan langsung memeluk Taeyeon dari belakang.
Taeyeon menundukkan kepalanya ketika ia dapat merasakan tubuh itu. Masih sama, seperti biasanya. Tubuh hangat, masih terasa sangat nyata hingga membuatnya lupa bahwa sosok yang tengah memeluknya saat ini bukanlah sosok manusia seperti dirinya.
Tiffany tak mengatakan apapun, ia masih memeluk Taeyeon. Wajahnya ia sembunyikan di pundak kiri perempuan yang tengah ia peluk.
Taeyeon melihat ke bawah, ia melihat sepasang tangan yang melingkar di perutnya. Perempuan itu hanya diam dan membiarkan Tiffany melakukan itu hingga beberapa saat.
Hari sudah semakin malam. Penerangan yang ada di bukit itu mulai menyala dengan jarak yang cukup jauh diantara satu dengan yang lainnya.
Di atas bukit itu hanya ada dua makhluk berbeda 'jenis' tengah berpelukan dalam diam. Bukit itu akan sangat ramai di pagi hari, namun ketika hari mulai malam, pengunjung bukit akan membubarkan dirinya satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The (Un)seen
HorrorAku dapat melihatmu, tapi mengapa mereka tidak bisa??!!! Aku bahkan tidak memiliki kemampuan sixth sense dan aku juga bukan merupakan anak indigo. But, you're too real for me! SO, WHO ARE YOU?!