Kita yang Salah

3.5K 297 11
                                    

Mark gatau gimana deskripsiin  perasaannya sekarang apalagi waktu dia buka kamar hotel dan nemuin Chanisa yang pingsan di toilet akibat pendarahan hebat. Mark langsung gendong Chanisa buat kemobil dan bawa pacarnya itu kerumah sakit. Posisi Mark sekarang lagi jalan mondar mandir didepan kamar rawat menunggu dokter yang merawat Chanisa keluar dan mengabari keadaan pacarnya itu.

Pikirannya bercabang, dia takut, khawatir, marah, kecewa, kesel pokoknya semuanya. Kenapa Chanisa harus milih aborsi calon anak mereka dan kenapa cewek itu harus bohong sama Mark.

"Aaakhhh.. Sialan"

Mark menarik rambutnya kasar. Air matanya sudah turun sejak tadi. Chanisa yang keadaannya masih belum diketahui di dalam sana juga calon bayi mereka yang sudah luruh. Mark merasa menjadi orang yang paling tidak bertanggung jawab sekarang. Dia pria yang brengsek. Mark tau itu.

Saat sedang pusing-pusingnya ponselnya yang ada di saku celana bergetar dan nama Mamanya tertera disana sebagai si pemanggil. Mark menimbang-nimbang haruskah dia mengangkat panggilan telfon dari Mamanya atau tidak. Dan keputusannya adalah Mark tidak mengangkatnya kemudian langsung mensilent ponselnya.

Mark belum siap harus mengangkat panggilan telfon apalagi sampai mendengar suara Mamanya. Dia juga sudah mengecewakan perempuan yang sangat disayanginya itu secara tak langsung. Apa kabar Mamanya kalau seumpamanya tau apa yang sudah Mark lakukan dibelakang perempuan itu.

"Maafin Marko Ma.. Maafin Marko.."Ujarnya kemudian duduk tertunduk dikursi tunggu.

Cklek

Pintu ruangan dibuka dan sontak Mark langsung berdiri dan menemui dokter yang tadi sedang merawat Chanisa di dalam kamar.

"Pacar saya gimana dok?"Ujarnya panik.

"Pasien sudah stabil tapi karena dia kehilangan banyak darah jadi butuh transfusi.. Semuanya sudah selesai. Sekarang pasien masih harus beristirahat"Ucap Dokter kemudian meninggalkan Mark.

Mark merasa sedikit lega setidaknya sekarang kondisi Chanisa sudah baik-baik saja. Mark langsung masuk kedalam ruang rawat Chanisa dimana pacarnya itu terbaring diatas ranjang rumah sakit dengan wajah pucat pasi. Mark menarik kursi dan duduk kemudian mengambil tangan Chanisa dan menangis.

"Maafin aku Ca.. Ini semua salahku.. Maafin aku"Mark mencium punggung tangan Chanisa berkali-kali menumpahkan tangisnya dan rasa bersalahnya.

Setelah beberapa saat kemudian Mark memutuskan untuk kembali ke hotel tempat dimana Chanisa melakukan proses aborsi. Sesampainya Mark disana air matanya semakin deras jatuh terlebih saat melihat kedalam toilet yang sudah dipenuhi dengan darah milik Chanisa. Di dalam closet Mark juga melihat gumpalan darah yang kemungkinan adalah darah dagingnya.

Sambil menangis dan menggigit bibirnya Mark membersihkan toilet dan termaksud menyiram gumpalan darah itu ke dalam closet. Hatinya hancur tapi semuanya sudah terlambat. Andai Mark bisa tau lebih awal Mark tidak mungkin membiarkan Chanisa melakukan hal senekat ini. Mark akan bertanggung jawab secara penuh untuk perempuan itu. Mark sudah berjanji tapi Chanisa tak percaya padanya. Mark tidak tau dari mana Chanisa bisa melakukan hal seberani ini dan apa alasan perempuan itu melakukannya.

Mark selesai membersihkan semua jejak-jejak yang ditinggalkan Chanisa disana. Ia kemudian memeriksa dirinya sendiri di depan cermin. Penampilannya berantakan, di pakaiannya terdapat noda darah dan tak lupa wajah kusutnya serta mata merah akibat menangis. Mark tidak mungkin kembali ke rumah seperti ini terlebih meninggalkan Chanisa di kondisi terpuruk perempuan itu.

Mark mendengar bunyi ponsel milik pacarnya yang masih tertinggal di kamar hotel. Mark langsung menelan ludahnya sendiri saat melihat nama kontak Om Jo yang disimpan Chanisa sebagai "My Bank Account" bagaimana sekarang. Mark bingung harus bilang apa. Orang tua pacarnya pasti sekarang sedang bingung mencari keberadaan Chanisa. Tak lama setelah panggilan itu berakhir gantian ponsel miliknya yang kembali menampilkan panggilan telfon dari Mamanya. Disana bahkan sudah ada enam panggilan tak terjawab dan semuanya dari nomor Mamanya.

Bujang MAMA Tya||JaeyongFams✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang