Bagian 3

6.5K 603 9
                                    

"Jodoh emang gak kemana, tapi saingannya dimana-mana"

Google_

----

Bel istirahat sudah berbunyi, kini Gea dan kedua temannya sudah berada di kantin. Untuk Beby? Gea akan membalasnya nanti, ia ingin melihat dulu seperti apa wujud asli Beby. Walau di novel dijelaskan Beby awalnya adalah teman yang baik namun menjadi penghianat disaat akhir novel. Hal itu membuat Gea mencurigai karakter Beby ini. Jelas tak mungkin seorang sahabat akan berani berkhianat jika tak ada bumbu dari luar. Atau? Memang sedari awal Beby tak pernah menganggapnya sahabat

Potongan-potongan kejadian dalam novel membuat Gea tersentak kaget. Ia ingat, jadi ini sebenarnya watak asli Beby. Tangannya terkepal tanpa sadar.

"Ge?"

Gea segera tersadar, dilihat Zoe dan Beby menatapnya aneh serta khawatir. Gea memandang jijik kearah Beby.

Palsu.

"Lo kenapa Ge, aneh banget lo dari pagi," sentak Beby

Mengangkat sebelah alisnya, menatap Beby remeh, "Urusan lo?" Sinis Gea

Bola mata Beby melotot sempurna. "Maksud lo? jelas itu urusan kita, karena kita sahabat lo Ge," jelas Beby

"Yakin?" ejek Gea


Melihat raut terkejut Beby membuat Gea tersenyum kecil.

"Sepertinya lebih mudah dari dugaan," batin Gea

"Udahlah, gue lagi gak mood aja," ujar Gea dan kembali memakan baksonya

Zoe yang melihat tanpa berbicara sedikitpun hanya mengangguk kecil. Temannya sudah pintar ternyata.

Belum tiga menit Gea bernafas suara piring pecah membuat atensinya mengarah pada sang pelaku utama. Nampak seorang siswi meringkuk dibawah kakinya dengan isak tangis membuat semua pasang mata menatapnya, seolah ia adalah pelaku yang menyebabkan gadis malang ini terjatuh.

Gea hanya menatap sebentar dan kembali melanjutkan makannya. Ck, drama.

"APA YANG LO LAKUIN GEA?!" teriak seorang siswa

Siswa itu berjalan sedikit cepat dan tanpa basa-basi menarik tangan Gea kasar hingga membuat bakso Gea terjatuh bersama mangkoknya.

"Lo apain Lala ha?!" Bentak siswa tadi

Gea tak menjawab matanya masih tertuju kearah baksonya yang malang. Sial sekali dia baru memakan dua bakso, dan masih tersisa banyak. Menghela nafas sebentar, lalu matanya menatap tajam pembunuh baksonya.

"Ganti." tekan Gea

Gevano terkejut sebentar. Dan kembali bersuara, "lo apain Lala gue tanya sekali lagi?" tanya Gevano untuk kesekian kalinya

Gea melirik kebawah dengan jijik, kemudian menatap kearah cowok didepannya yang ia rasa adalah sang pemeran utama pria. "Maksud lo dia?" Tunjuk Gea dengan jijik

"Bukan gue," lanjut Gea

Jelas Gevano tak percaya, matanya menyorot penuh kebencian, tapi bukannya takut Gea malah ikut membalas dengan tatapan tajam. Hal itu membuat Gevano kaget. Sejak kapan Gea berani menatap matanya dengan tajam. Padahal biasanya mau sekurang ajar apapun ucapan dan perilakunya Gea akan tetap menatapnya penuh cinta dan harapan.

Am I Antagonist? | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang