Bagian 4

6.3K 548 9
                                    

Happy reading guys :')

.
.
.
.
.

Lagi, sudut bibirnya terangkat satu pertanda jika apa yang ada difikirannya sesuai dengan keinginannya. Sebuah benda putih bersih yang sudah berubah menjadi hitam karena tinta membuat hatinya semakin berbunga dan bahagia tak karuan.

Perasaan tak sabar menanti hari esok. Karena ia yakin semua akan berjalan sesuai keinginannya.

"Are you ready girls?"

Sebuah suara mengagetkannya, menoleh cepat dan segera menutup keras buku disampingnya.

"Iya Bun," jawabnya

Wanita yang dipanggil Bunda tersenyum lembut. Dan berlalu pergi setelah memastikan putrinya sudah siap karena hari ini ia kan mengajak putrinya makan malam diluar.

Gadis itu segera menyambar tas diatas kasur dan berlalu pergi, sebelum menutup pintu ia berbalik menatap keatas meja.

"You done and I win" gumamnya.

****

Dilain tempat, disebuah bangunan terdapat beberapa pria atau bisa dibilang anak-anak remaja yang tengah nongkrong ria.

Suara gaduh tentunya menjadi hal biasa disini. Tapi semenjak dua hari belakangan ini, suara bising dan canda tawa mereka terisi oleh keterdiaman.

"Ck, apaan sih, gara-gara satu lampir aja kalian jadi diem kek gini?!" Bentak Bobi

Karena sudah muak, dirinya dan Kevin mencoba mengubah suasana namun selalu tak mendapat respon. Apakan efek Gea membuat kedua orang yang ada disana mati rasa?

Berbeda dengan Bobi dan Kevin, seperti biasa Ali hanya diam tak ingin ikut campur. Bukankah ia sudah bilang ia tak mau berurusan dengan keluarga Andreas. Apalagi Gea yang notabennya cucu kesayangan Jonathan malik Andreas.

"Tanya teman lo kenapa dia jadi picik," sinis Reno

Gevano hanya diam namun matanya menatap tajam, mau melawan namun yang dikatakan Reno sedikit benar. Memang ia picik karena sudah melakukan itu.

"Udahlah Ren, lagipun udah masa lalu juga," tukas Bobi

"masa lalu~~ biarlah masa lalu~~~uuu..... Jang--"

Pletakk

Bobi memukul kepala Kevin keras hingga membuatnya tersungkur ke bawah meja. Si idiot, gak tau suasana lagi tegang apa, malah dangdutan.

"Sakit bangsat," ujar Kevin mengelus kepalanya

"Tau situasi bege?!" Sentak Bobi

Ali melirik sekilas, padahal ia sudah bertekad tak mau mencampuri urusan mereka tapi gimanapun Reno dan Gevan juga sahabatnya.

"Van, minta maaf sono," ujar Ali menunjuk kearah Reno dengan dagunya.

"Ck, gak," balas Gevano

Reno melotot, "Bangsat lo emang, lo udah jadiin adek gue bahan taruhan dan lo gak nyesel sedikitpun, emang brengsek lo!!" Emosi Reno

"Udah bang, maafin aja, lo tau sendiri kan si Gevano emang gengsian orangnya," Bujuk Bobi

Mau gimanapun Reno yang paling dewasa disini. Benar ia kakak kelas dan kenapa ia bisa bergaul dengan kawanan Gevano yang notabennya adek kelas ya itu akan dijelaskan nanti, hehe:')

Reno berdecak, ia juga tau watak cowok brengsek idaman adeknya ini. Mengambil nafas pelan dan tanpa permisi langsung pergi meninggalkan mereka semua.

Am I Antagonist? | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang