Bagian 15

3.7K 355 6
                                    

.
.
.
.

Brakk

Prang

"Gea cepetan, udah jam berapa ini!!"

Reno sudah kesal setengah mati gara-gara adik satu-satunya ini. Gimana gak kesel, sekarang udah jam 6.45 dan Gea masih asik kesana-kemari.

"Dasi gue mana, dasi?!" Frustasi Gea

Tadi kaus kaki yang hilang sekarang gantian dasi, nanti lama-lama gantian otak yang hilang. Emang udah kayak tradisi ya wak kalo pertama kali masuk abis libur panjang tuh pasti heboh sendiri. Padahal udah dari semalem mama nyuruh buat siapin semua keperluan buat sekolah, eh emang dasarnya malas apa pelupa jadinya ya gini. Bikin satu rumah heboh pagi-pagi cuma pekara cari dasi

"Pake rapiah aja, rapiah," usul Reno yang hanya dibalas pelototan dari Gea.

Kamar Gea sudah seperti kapal pecah, semua isi lemari dikeluarin dan berserakan dilantai. Selimut dan sprei juga udah terbang entah kemana. Tapi Gea masih semangat 45 nyari dasi warna abu-abu yang ujungnya udah dilipet-lipet.

"Ah ketemu!!" Seru Gea dan mengangkat tinggi-tinggi dasinya

"Bisa-bisanya lo simpen dasi didalam sarung bantal," heran Reno

"Hehe, lupa semalem abis gue pake," cengir Gea dan memasukkam dasinya kedalam tas.

Reno menyerngit tak mengerti, "buat apa?" Bingungnya

"Perang-perangan sama guling, terus dasinya Gea jadiin pecut," jelas Gea dengan tampang tanpa dosa

Sekarang Reno ingat, memang semalam ia sempat mendengar Gea dimarahi mama gara-gara teriak pas tengah malem. Reno kira mungkin aja Gea lagi nonton drakor terus kebawa suasana gitu. Eh taunya gara-gara main perang-perangan sama guling.

"Gak sekalian main kuda lumping," ejek Reno

"Boleh deh, nanti malem deh Gea main kuda lumping," jawab Gea tambah semangat

Matanya menatap binar, membayangkan nanti malam ia akan main kuda lumping. Dan gulingnya akan ia jadikan sebagai pak kusir, Gea sendiri yang bakalan jadi kuda.

"Kayaknya seru deh," girang Gea

Reno sendiri sudah angkat tangan dengan tingkah adiknya ini yang makin hari makin gak waras. Ia jadi ragu jika Gea ini adeknya.

"Dahlah yuk sekolah, udah jam tuj-JUH ANJIR KITA TELAT DEK!!" heboh Reno yang melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 7.05

"Buruan ayok,"

"Tunggu bang,"

Gea mencekal tangan Reno yang menariknya, matanya menatap Reno dengan pandangan serius. Reno yang ditatap seperti itu terdiam dan tak bersuara. Apa ia berbuat salah, kenapa wajah Gea serius sekali.

"Mau berak,"

Wajah Reno mendadak kaku. Bisa gak sih gadai-in adek? sejuta ajalah siapa yang mau? Mau nangis ajalah kalo gini. Tadi masalah kaus kaki ilang, terus dasi ikutan ilang, sekarang kebelet berak. Gak sekalian bikin alesan sekolah kebakaran aja.

"Disekolah aja beraknya," tawar Reno dengan nada yang mencoba lembut menahan marah.

Reno ini bukannya gak berani bolos. Dia sering kok bolos, bahkan juga sering keluar masuk ruang BK. Tapi hari ini beda, ia harus segera masuk kelas karena ada hal penting.

Dia belum nyalin PR anjir,:'(

Ingin sekali Reno menangis, tapi kehalang gender. Ingat laki-laki itu muka tebal, gengsinya nauzubillah kebangetan.

Am I Antagonist? | TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang