Tak ada yang mau hadirnya perpisahan
Tetapi...
Mau tak mau semuanya butuh kerelaan
walau semua itu pada akhirnya akan menyisakan rasa rindu yang terdalam.Gus zian
Tersirat rasa haru disetiap langkah mereka, terpancar wajah sedih dari masing masing empunya, langkahnya selalu berangkulan sembari menyeret koper di salah satu tangannya, setiap langkah mereka santri santri berjejer jejer di sebelah kanan mereka sembari memancarkan raut wajah kesedihan akan perpisahan ini.
Langkah mereka terhenti kala gus lana memanggil mereka dari arah belakang, buliran air mata terjatuh dari pelupuk matanya, tangannya terbuka lebar seolah meminta pelukan untuk perpisahan ini.
Sontak tanpa aba aba suara dari gus lana mereka bertiga berlari mempercepat langkahnya dan memeluk sang gus tersebut, Pecah sudah air mata yang menggenang di mata mereka sedari tadi.
Setalah lama mereka menguatkan satu sama lain, mereka malanjutkan langkahnya menuju kearah ndalem menemui orang tua masing masing, tak hanya itu tapi mereka juga meminta restu dari kyai fikri dan berpamitan kepada kyiai fikri serta keluarga ndalem.
"Dijaga hafalannya, jangan lupa nderese (murojaah), ngapalke ki gampang jogo ne seng angil, tapi gak ono seng angil nek kene gelem berusaha gae jogone, dadi istiqomah ke nderese jo sampek ilang apalane ( menghafal itu gampang jaganya yang sulit, tetapi nggak ada yang susah kalau kita mau berusaha buat jaganya, jadi istiqomah nderesnya jangan sampai hilang hafalannya)" pesan kyiai fikri kepada santri santrinya ini.
"Sekolah yang rajin, manfaatkan kesempatan belajar kalian ini dengan baik, jangan lupa selalu bersyukur atas segala nikmat dari allah swt, oh iya... jangan lupa nirakati ilmunya nggh...." lanjut kyai fikri yang dibalas anggukan dari mereka berempat.
Kenapa berempat? Karna gus lana juga ikut disitu tak hanya menemani sahabatnya, tetapi juga meminta restu kepada abinya, ya... meskipun nanti bakal ada waktu sendiri buat gus lana meminta restu pada umi dan abinya secara pribadi.
Setelah lama mereka semua bercengkrama baik serta meminta doa, restu dan keikhlasannya untuk mereka boyong dari pondok ini, mereka berjalan pelan sembari menguatkan hati masing masing empunya.
Guratan sedih terpancar dari seluruh santri bahkan santri ndalem yang melihat mereka keluar dari pintu pondok itu.
Mereka bakal rindu disimak oleh kang valen, rindu sikap tegasnya kang hendri kala menghadapi orang orang yang memang bersalah, rindu alimnya gus zian yang selalu murojaah serta ramahnya gus zian kepada santri santri.
Di situasi seperti ini salah satu santri yang di anggap bandel oleh kang hendri merenung sedih dan berlari menghampiri kang hendri.
Sontak kang hendri terkejut bukan main, pasalnya santri tersebut datang dan langsung bersalaman sembari menangis di depannya."Kang maaf ya....hik hiks kalau aku bandel terus.... hiks hiks.... selalu buat kang hendri naik darah terus kalau liat aku bandel.... hiks hiks..... maaf ya kang.... " sesalnya yang teramat dalam
Kan hendri langsung menaruh kedu tangannya kepundak santri tersebut sembari menatap dengan tatapan harunya
"Kang hendri maafin keselahan kamu kok, tapi... janji ya kalau setelah ini kamu jangan bandel" sembari mengacak acak rambut santri didepannya
"Iya kang aku janji!" Jawabnya dengan semangat
"Sip!"
Setelah itu mereka masuk mobil masing masing dan kembali kerumah mereka untuk mempersiapkan keberangkatannya, ya meskipun semuanya sudah di persiapkan sejak lama paling tinggal vitamin, obat obatan, dan jajan buat mereka makan diperjalanan.
Di lain tempat santri tersebut mengingat memory nya bersama kang hendri sembari duduk di gazebo taman pondok.
Flassback on
Gio, santri tersebut sering berulah saja seperti halnya saat ini ia memilih untuk melompat dari pagar dan berjalan kearah cafe pada malam hari ini, ya meskipun jaraknya lumayan jauh dari pondok. (Tidak untuk ditiru!")
Terlihat raut senang di wajahnya, tanpa ia sadari sedari tadi ada seseorang mengikuti dirinya sampai saat ini pun gio duduk orang tersebut juga memperhatikannya dari jarak yang lumayan jauh dari gio duduk.
Setelah lama gio meminum kopi di cafe tersebut dirinya berjalan menuju kasir
"Duapuluh lima ribu ya mas!"
Saat ia mau mengambil uangnya yang ia selipkan di sarungnya tiba tiba ada uang yang disodorkan kearah gio spontan gio pun menoleh kearah orang tersebut
"Hehehe!" Dan gio pun mengambil ancang ancang buat kabur
"Kabur...." gio pun berhasil pergi
"Woi mas jangan kabur!" Teriak petugas kasir tersebut
"Eh mbak mbak, nih uang buat bayar kopi orang tadi!" Sambil menyodorkan uang 50.000 nya kearah petugas kasir tersebut.
Sesampainya dipondok hendri tak langsung mentakzirnya melainkan besok pagi harinya, bukan untuk meringankan tetapi biar tak mengganggu yang lainnya istirahat sebab sudah larut malam.
Keesokan harinya.....
Gio diajak kang hendri kekamar pengurus untuk memberitahukan apa takziran yang akan ia laksanakan.
"Gio! Kamu tau apa kesalahanmu kan!" Sedikit tegas tetapi tetap dalam kendali
"Ya kang!" Jawabnya malas
"Gio gio..." ujar kang hendri sembari menggeleng gelengkan kepalanya
"Lha kan kang hendri juga ikutan!" Elaknya
"Saya cuman mantau kamu karna tugas saya mengamankan dan menertibkan santri santri yang bandel, bukan ikut enak enakan mblurut ya!" Tak ada suara sentakan atau mengeraskan tidak hanya sekedar bicara biasa.
"Ya deh... takziran kali ini kamu tau kan apa kalau mblurut malam malam apalagi sampek ngafe?" Tanya kang hendri dengan mengangkat satu alisnya.
"Tau..... di botakin, baca istighfar 1000 kali, sama baca alquran 2 juz didepan ndalem kan?" Ujar gio yang diangguki kang hendri
"Itu bukan takziran yang saya buat sendiri lho ya, semua itu sudah ada tulisannya di kertas tata tertib keamanan!" Jelas kang hendri yang diangguki gio
Flasback off
Gio menyesal akan perbuatannya di waktu dulu, sesal memang selalu datang di akhir.
Tapi itu gio yang dulu sekadang dirinya benar benar menyesal dan bertaubat serta membuka lembaran baru dikehidupannya agar lebih baik buat kedepannya.
Bersambung....
Maaf ya baru up
Karna dari Kemarin sibuk menginput sensus pendudukHappy reading guys🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Zian [END]
Ficção Adolescentejangan lupa follow sebelum baca typo betebaran cerita ini menceritakan kehidupan seorang gus yang masih remaja dan belum bisa bertanggung jawab sebagai seorang gus, bisa dibilang dirinya seorang badboy, meskipun dirinya badboy tapi ia tak melupaka...