Not A Good Boy🔞 [END]

NAGB 48

Suga dan Syeira bangun bersamaan. Bisa dibilang mereka bangun kesiangan. Keduanya bangun langsung kedapur karena lapar.

"Chagia aku membelikanmu gaun. Kuletakkan didalam lemari lihat dan kenakanlah malam ini." Ujar Suga sambil melahap roti.

Syeira yang sedang mengoleskan selai strawberry mengerutkan keningnya. "Untuk apa?."

"Hmm pakai saja. Aku akan bekerja sebentar lalu menjemputmu nanti malam. Bersiaplah aku tak ingin menunggu."

"Ne."

Setelah makan Suga pergi mandi, segera bersiap, mencium kening dan pipi Syeira lalu pergi bekerja.

Sebelum kekantor Suga datang kesebuah hotel. "Hay lord." Sapa Suga tersenyum langsung merangkul lord.

"Ah Tuan Min."

"Bagaimana apakah ada kekurangan?." Tanya Suga melihat sekeliling.

"Ani Tuan Min semua sudah sangat cukup."

Lord mengajak Suga untuk berkeliling melihat seluruh ruangan. "Lalu dimana ana?." Tanya suga menghentikan langkahnya.

"Tuan pasti tau wanita. Nona Syeira pun akan seperti ini jika dulu diberi tau dia akan menikah." Ujar lord dengan senyum tipis.

Suga tertunduk malu. "Kau benar lord." Menepuk pundak lord sambil kembali mengajak berkeliling.

"Baiklah aku harus pergi."

"Ne tuan maaf hari ini aku tak bisa membantumu."

"Bukan masalah." Ujar Suga kemudian pergi kekantor. Sesampainya dikantor secepat mungkin Suga menyelesaikan pekerjaannya.

Dengan cepat dibantu beberapa karyawan lainnya Suga menyelesaikan pekerjaannya tanpa ana maupun lord.

Hari semakin sore pekerjaan Suga tak kunjung selesai justru semakin banyak karna file baru terus masuk.

Brakkk.
"Aish aku bisa terlambat." Ujar Suga bersender pada kursi kerjanya. Suga melihat jam tangannya ia merasa akan terlambat jika harus kembali untuk menjemput Syeira.

Disisi lain syeira sudah siap dengan gaun yang dibelikan oleh Suga. Rambutnya terurai cantik dengan mahkota kecil disana.

Syeira duduk menunggu Suga dikamar. Sedangkan Suga gelisah dikantor dan langsung mengambil telponnya dan mengirim pesan kepada Syeira.

Chagi Min

Apa kau sudah siap?

Ne. Kau sudah pulang?

Mian. Aku tak bisa pulang.

Jinja? Lalu bagaimana?