Chapter 20. After Story

1K 148 61
                                    

Hari ini Bagas hanya memiliki satu kelas saja.

Ini bahkan belum sampai pada jam makan siang namun Bagas sudah tidak mempunyai kegiatan lain di kampus. Karena Bagas belum ingin pulang ke apartment karena ia pasti akan merasa bosan tanpa kehadiran Alfan di dekatnya, jadi ia ingin mengunjungi Ayahnya namun Bagas mengingat bahwa Sang Ayah tengah pergi untuk perjalanan bisnisnya.

Tapi detik selanjutnya Bagas tersenyum. Sebuah pemikiran terlintas di kepala kecilnya.

Kakinya melangkah dan berakhir di depan sebuah gedung yang tinggi dan besar. Bagas tersenyum menyapa receptionist dan security yang sudah mengenalnya. Lalu ia menaiki lift yang akan membawanya pada lantai dimana terdapat seseorang yang akan ditemuinya.

Bagas sudah beberapa kali datang ke tempat itu jadi ia sudah hafal akan kemana arah yang harus ia tuju.

Begitu kakinya melangkah keluar dari lift, Bagas dihadapkan dengan sebuah lorong panjang dengan cat berwarna putih dan beberapa lukisan aesthetic yang terpajang dengan rapi. Setelah melewati lorong itu, Bagas akan dihadapkan pada sebuah ruangan luas yang dihuni oleh beberapa orang di meja mereka masing-masing. Termasuk Aby.

Lalu di ujung tempat itu, terdapat sebuah ruangan yang menjadi kantor milik Alfan. Ruangan di dalam ruangan. Itu adalah lantai tempat Alfan bekerja setiap harinya. Bagas sudah beberapa kali mengunjungi lantai tersebut dan semua orang yang berada di sana sudah mengenalnya.

Awalnya Bagas merasa asing pada kunjungan pertamanya di tempat itu. Namun Aby yang adalah assistant Alfan selalu mendampinginya dan menjelaskan tentang hal-hal yang membuat Bagas tidak mengerti. Aby akan menemaninya untuk menunggu Alfan jika sosok itu tengah sibuk.

Aby bahkan berkata pada Bagas untuk lebih sering berkunjung. Namun Bagas merasa tidak yakin dengan hal itu. Ia tidak mau jika kehadirannya akan mengganggu kinerja Alfan dan yang lainnya. Bagas tidak pernah datang sendiri tanpa diundang ke tempat itu. Jadi ini adalah kali pertama baginya untuk datang tanpa diundang dan memberi kabar lebih dulu pada Alfan.

Sebenarnya Bagas merasa sedikit gugup namun ia berharap bahwa Alfan akan senang dengan kedatangannya.

Bagas baru saja melewati dinding lorong saat suara yang asing baginya terdengar di telinganya. Langkahnya terhenti seketika saat kedua matanya melihat sosok Alfan yang tengah berdiri di depan ruangannya dan terlihat memegang sebuah dokumen di tangan kirinya.

Rupanya tadi adalah suara Alfan namun itu terdengar sangat asing pada telinga Bagas.

"Saya sudah bilang kalau project ini harus kelar sebelum akhir minggu ini. Kalian bukan orang baru di sini, seharusnya kalian mengerti tentang apa yang saya bilang."

Bagas berkedip beberapa kali dan menipiskan bibirnya.

Alfan tengah marah. Suara bernada kemarahan itu terdengar begitu menggelegar pada seluruh penjuru ruangan. Membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa takut dan ciut, termasuk Bagas.

Namun di samping itu, Bagas juga merasa sangat terkejut.

"Saya kasih kelonggaran ke kalian bukan berarti kalian bisa menyepelekan pekerjaan kalian."

Alfan membentak kali ini dan Bagas membatu di atas kedua kakinya.

"Kalau kalian merasa terbiasa karena sudah pegang kerjaan ini berkali-kali, terus ini apa, hah!?" Tangan kirinya membanting dokumen yang dipegangnya ke atas lantai.

Bagas masih sangat terkejut, mungkin orang-orang yang ada di dalam ruangan itu juga merasakan perasaan yang sama sepertinya. Mereka hanya berdiri dengan kepala menunduk. Bahkan Aby pun terlihat bingung dan cemas.

When Love Happens Pt. 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang