Bagas tersenyum lebar begitu selesai mengunci pintu toko bunganya.
Di hadapannya terdapat Alfan Prasetya yang tengah bersandar pada pintu mobil Porsche miliknya dengan sebuah senyuman pada wajah tampannya. Sosok itu masih memakai setelan jas berwarna navy dengan sebuah dasi berwarna baby blue mengkilap di lehernya. Alfan juga memakai coat berwarna light brown untuk melindunginya dari udara yang cukup dingin malam itu.
Semua yang ada pada tubuh Alfan hanya semakin menonjolkan visualisasi yang dimiliki sosok itu. Alfan terlihat breath-taking seperti biasanya.
Bagas menyukai bagaimana Alfan berdiri tegak begitu melihatnya dan membuka tangan-tangannya hanya untuk Bagas dan Bagas tidak akan pernah menolak hal itu. Pelukan Alfan tidak pernah berubah; besar, nyaman dan hangat.
“Gimana kabar Bagas hari ini?”
Alfan bertanya dengan masih memeluknya dan Bagas merasa menjadi seseorang yang paling beruntung di dunia ini. Sosok itu selalu menanyakan kabar pada setiap harinya walaupun mereka selalu bertukar pesan ataupun membuat panggilan telpon. Mungkin bagi sebagian orang, itu adalah hal yang remeh. Namun itu akan menjadi hal yang berharga untuk Bagas. Perhatian kecil dan sederhana seperti itu mampu membuatnya bahagia.
“Sempurna.” Bagas menjawab dengan kedua mata yang terpejam. Hidungnya dimanja dengan harum tubuh Alfan. Bagas sangat menyukainya. Ia semakin masuk ke dalam pelukan itu.
Harinya memang cukup melelahkan namun Bagas menikmati semua hal yang dilakukannya hari ini. Ditambah lagi ia mendapatkan kesempatan untuk bisa bertemu Alfan pada ujung hari ini. Itu sudah cukup untuk membuat harinya menjadi sempurna.
“Alfan gimana hari ini?” Bagas balik bertanya, pun ia ingin mengetahui bagaimana kabar sosok itu hari ini. Ia bisa merasakan bahwa Alfan menghujani kepalanya dengan ciuman dan ia merasa bahwa dirinya akan meledak sebentar lagi dengan rasa bahagia.
“Lebih dari apa yang Alfan minta.”
Entah kenapa, Bagas tertawa dengan jawaban yang Alfan berikan. Ketika pelukan terlepas, Bagas masih tersenyum. Ia bahkan masih tersenyum saat Alfan mengelus pipinya menggunakan ibu jarinya yang besar. Bagas bersyukur saat melihat kilat bahagia yang ada di kedua mata milik Alfan.
Bagas menggeleng ketika Alfan bertanya apakah ia ingin pergi atau mengunjungi suatu tempat sebelum pulang ke apartment.
“Bagas pengen pulang sama Alfan.”
Bagas tidak tahu apakah ia masih pantas untuk bersikap seperti ini pada Alfan dalam umurnya sekarang. Namun Bagas selalu ingin melakukan itu saat bersama dengan sosok itu. Ia yakin bahwa Alfan tidak akan keberatan. Lagipula rasa lelahnya setelah melewati harinya, seakan punah saat melihat dan bersama Alfan.
Dan Bagas juga berharap bahwa Alfan merasakan itu jika bersamanya mengingat sosok itu jauh lebih sibuk darinya.
Mereka menaiki mobil Alfan, sosok itu bahkan membukakan pintu untuk Bagas. Kebiasaan itu tidak pernah berubah. Bagas tidak pernah keberatan. Itu hanya salah satu perhatian yang Alfan berikan padanya. Lagipula sosok itu memang seorang gentleman sejati. Bagas hanya akan menikmatinya.
Lampu warna-warni terlihat di luar jendela. Pemandangan itu mengingatkan Bagas pada kebiasaan yang sering dilakukannya bersama Alfan. Mereka akan duduk di atas sofa sambil menonton keluar jendela besar yang ada di apartment mereka. Tidak lupa coklat panas akan menemani mereka, sesekali Alfan akan meminum wine atau whisky.
Biasanya mereka akan membicarakan tentang apa saja yang terjadi pada keseharian mereka ataupun tentang keluarga dan orang-orang di sekitar mereka. Tapi kadang kala mereka tidak membicarakan apapun sama sekali. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Bagas. Selama ia bersama dengan Alfan, setiap detiknya akan terasa menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Happens Pt. 2 [END]
General FictionCerita tentang Alfan yang memberikan semua moment 'pertama kali' miliknya hanya untuk Bagas dan Bagas yang menerima begitu banyak perasaan dengan level yang tidak pernah ia temui sebelumnya dari seorang Alfan. When Love Happens Pt. 2 © sllymcknn