Chapter 15. Bagas (Last)

3.6K 343 165
                                    

Hari ini, Bagas berharap mempunyai waktu yang menyenangkan.

Bagas tidak mempunyai kelas dan ia mempunyai teman bermain hari ini. Teman bermain yang paling imut yang pernah Bagas punya. Well, Ccino memang termasuk. Anak anjing itu begitu menggemaskan, Bagas tidak pernah menolak untuk bermain bersamanya sepanjang hari.

Tapi Ccino sudah terbiasa untuk berada di sisinya setiap hari. Teman bermain Bagas kali ini adalah seseorang yang mempunyai rambut kecoklatan dan mata kehijauan. Persis seperti peri.

"Uncle B~"

Dan lihat bagaimana cara sosok itu memanggil Bagas dengan suara cadelnya.

Bagas menatap sosok itu dengan mata berbinar. Rasanya ia ingin memeluknya sepanjang hari dan menyimpannya di kantung bajunya lalu membawanya kemanapun ia pergi.

"Kenapa?" Bagas mendekat. "Lyro pengen apa?" Tanyanya lagi.

Di sana, Lyro tengah duduk di atas sofa besar milik Alfan dengan kaki menggantung yang bergoyang-goyang pelan. Mereka berdua tinggal di apartment sosok itu untuk hari ini. Lyro ingin bermain bersama Bagas dan tidak mungkin Bagas menolaknya.

Mengenai Alfan, sosok itu tengah bekerja seperti biasa. Tapi karena Lyro ada di sini, Alfan mengatakan akan pulang lebih awal hari ini.

"Hug me, pwease~"

Bagas terbengong lalu detik selanjutnya kedua tangannya terangkat untuk memegangi dadanya. Ini berlebihan. Lyro terlalu cute, Bagas tidak bisa menahannya. Sosok itu menjulurkan tangan-tangan mungilnya, berusaha meraih sosok Bagas agar memeluknya.

Everything that Lyro did made Bagas's heart explode with unicorns and rainbows.

Tidak heran jika semua orang menyayangi Lyro dan akan automatically merasa gemas kepada sosok Lyro.

Bagas bergerak cepat dan meraih tubuh Lyro. Bocah itu menyandarkan kepalanya pada bahunya. Lyro hanya begitu mungil. Bocah itu masih berada di Taman Kanak-Kanak tahun ini. Bagas menyukai bagaimana cara bocah itu berpegangan padanya dengan tangan-tangan mungil itu.

"Lylo doesn't want to go back to Aussie."

Suara sosok itu sangat kecil dan terdengar sedih tapi juga lucu dan menggemaskan dalam waktu bersamaan. Bagas teringat bahwa bocah itu akan kembali ke Australia dan melanjutkan sekolahnya di sana. Tentu saja itu karena Papanya memang bekerja di sana dan Lyro bersama Mamanya harus mengikuti Papanya.

Tapi sepertinya Lyro tidak menyetujui tentang gagasan itu.

"Why?" Bagas mencoba bertanya dengan perlahan. Ia mengelus punggung mungil Lyro.

"Lylo wants to meet Leno."

Kali ini Bagas terdiam. Leno siapa? Ia kebingungan. Bocah itu sama sekali tidak pernah menyebut nama itu sebelumnya, begitu pula Alfan. Apakah itu adalah nama salah satu saudara atau temannya? Tapi jika itu adalah salah satu nama saudaranya, Alfan pasti akan memberitahunya sebelum ini.

Bagas semakin kebingungan.

"Who's that Leno?"

Kali ini Lyro melepaskan pelukannya setelah Bagas bertanya. Bocah itu menatap Bagas dengan pandangan antara marah dan sedih. Sangat menggemaskan. Bagas ingin menangis dengan perasaan senang dan gemas.

"Uncle B doesn't know Leno?" Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada menuduh, yang masih terkesan lucu tentu saja dan Bagas tidak tahu harus merespon seperti apa. Ia tidak mau menyinggung perasaan Lyro.

"Sure Uncle knew about Leno." Oke, sekarang Bagas berbohong. "But Uncle B never met Leno that you mentioned." Yah, itu bukan sepenuhnya kebohongan.

When Love Happens Pt. 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang