Chapter 19. Special Chapter (4)

1.8K 197 69
                                    

"Bagas lihat dokumen warna biru di kamar nggak?"

Bagas menyebar pandangannya kepada seluruh penjuru kamar ketika Alfan bertanya pada sambungan telepon. Ia melihat dokumen berwarna biru di atas meja nakas pada kamar yang bernuansa hitam itu.

"Iya, dokumennya ada di meja nakas Alfan."

Bagas bisa mendengar Alfan menghela nafas di seberang sana. "Seharusnya Alfan bawa dokumen itu pagi ini. Alfan akan suruh supir buat ambil." Katanya.

Jika dipikir kembali, Alfan cukup terburu-buru pagi ini. Sosok itu berkata mempunyai meeting pagi ini. Mungkin karena terburu-buru, Alfan menjadi melupakan dokumen itu. Sepertinya dokumen itu dibutuhkan untuk meeting pagi ini. Sebenarnya ini adalah hal yang sangat rare saat Alfan bisa melakukan kesalahan seperti ini.

Tapi Bagas menemukan hal ini menjadi salah satu sisi manis dari Alfan.

"Bagas bisa anterin ke kantor."

Bagas tidak mempunyai kelas pagi ini hingga siang nanti. Bagas juga tidak harus merawat Ccino, Lyro telah membawa anak anjing itu kemarin. Keponakan Alfan yang terlihat seperti peri itu sangat menyukai Ccino.

"Oke, Alfan suruh supir biar jemput Bagas."

"Nggak perlu. Apa bedanya kalau kayak gitu? Bagas nanti naik taksi, Alfan tinggal tunggu aja." Jawab Bagas. Ia bahkan tidak mengerti dengan pemikiran Alfan. Sosok itu terlalu baik atau terlalu mengkhawatirkannya? Bagas 'kan sudah bukan bocah lagi.

"Ya udah, Alfan tunggu."

Ada nada ketidakrelaan dalam suara itu dan Bagas menemukan itu sebagai hal yang lucu. Kepalanya mengangguk walaupun ia tahu bahwa Alfan tidak bisa melihatnya. Dan Bagas memerah saat mendengar suara terakhir Alfan sebelum sambungan telepon terputus.

"Hati-hati, Sayang."

Bagas menaiki taksi yang membawanya ke kantor Alfan. Ia sudah beberapa kali mengunjungi tempat sosok itu. Alfan memang memintanya untuk lebih sering datang ke kantornya namun Bagas tidak mau merepotkan dan mengganggu sosok itu. Ia tahu benar bahwa Alfan adalah sosok yang sangat sibuk.

Dan Bagas merasa sangat yakin bahwa Alfan hanya akan terfokus padanya jika Bagas datang dan mengabaikan pekerjaannya. Bagas tidak mempunyai kepercayaan diri berlebih. Itu hanya pernah terjadi saat beberapa waktu lalu ia mengunjungi Alfan di kantor. Bagas tidak mau jika hal itu terjadi lagi.

Kakinya melangkah masuk ke dalam gedung besar bertingkat itu. Bagas merasakan gugup pada dirinya. Walaupun ia sudah beberapa kali mengunjungi tempat itu, rasa gugup itu masih tetap ada. Namun selama Bagas berkunjung, semua orang yang ditemuinya pasti akan selalu bersikap baik. Bagas tidak pernah merasakan ketidaknyamanan kepada orang-orang yang berada pada kantor milik Alfan tersebut.

Seperti security dan receptionist yang kali pertama Bagas temui jika memasuki gedung itu. Mereka sangat ramah. Namun ia selalu menolak ketika mereka menawarkan diri untuk menemani Bagas pergi ke ruangan Alfan di lantai atas. Bagas merasa bisa pergi sendiri ke sana.

Pada lantai ruangan milik Alfan, Bagas akan bertemu dua orang. Ia mengenal mereka. Mereka adalah sekretaris dan asisten Alfan. Bagas lebih sering berkomunikasi dengan asisten Alfan, Aby. Sosok itu sangat baik padanya. Namun saat itu, tidak ada siapapun di sana. Sepertinya mereka tengah menyiapkan keperluan meeting pagi ini. Semua orang tengah sibuk jadi Bagas memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Alfan setelah sebelumnya mengetuk pintu ruangan itu dalam tiga kali ketukan.

When Love Happens Pt. 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang