Chapter 12. Bagas

2.9K 360 264
                                    

Bagas pernah merasakan cemburu.

Baginya, untuk merasakan hal itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Perasaan itu dimulai dari sesuatu yang tidak nyaman lalu menyusul dengan rasa tidak suka, marah dan juga perasaan tidak menyenangkan lainnya.

Bagas mengingat dimana ia pertama kali merasa cemburu pada Alfan.

Saat itu, Bagas tidak mengerti pada dirinya sendiri. Tapi yang jelas, ia tidak suka pada mantan pacarnya yang surprisingly berkuliah di kampus yang sama dengannya; bersikap manis padanya hanya untuk mendapatkan informasi tentang seorang Alfan Prasetya.

Bagas pernah berpacaran satu kali saat duduk di bangku SMA.

Saat itu, Bagas ditembak oleh seorang Kakak kelas bernama Tyas. Cewek itu adalah idola sekolah pada saat itu karena kecantikannya. Bagas yang saat itu hanya seorang kutu buku yang baru duduk di kelas satu, hanya bisa menerima pernyataan cinta tersebut dengan terpaksa karena Tyas seperti mengemis cinta padanya.

Bagas tidak mempunyai pilihan walau ia bertanya-tanya kenapa Tyas yang sudah duduk di kelas tiga, tertarik padanya.

Belakangan Bagas tahu bahwa pernyataan cinta itu hanya main-main. Ternyata Tyas menembak Bagas hanya karena permainan taruhan bersama teman-temannya. Kasarnya adalah Bagas dijadikan taruhan oleh mereka. Bagas yang saat itu memang tidak mempunyai perasaan apapun pada cewek itu, hanya membiarkan saja dan menganggap bahwa Tyas tidak pernah eksis di dalam hidupnya.

Satu-satunya hal yang sangat disesalinya adalah bahwa Tyas sudah mencuri ciuman pertamanya.

Cewek itu sangat agresif. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah Bagas duga sebelumnya. Tyas di luar terlihat sangat tenang dan kalem, tapi ternyata hal itu berbeda di dalam. Tapi Bagas bersyukur telah mengetahui fakta itu.

Terkadang kecantikan itu hanya terlihat di luar saja, tidak ada yang tahu di dalamnya seperti apa.

Tyas hanya datang kepadanya seperti tidak pernah terjadi apapun di antara mereka; menyapanya dan jelas sekali bahwa cewek itu tengah mengorek informasi tentang Alfan. Alfan-nya.

Awalnya, Bagas bersikap biasa saja. Karena bagaimanapun juga, ia berpikir bahwa Tyas adalah seniornya di kampus sekarang. Lagipula Tyas tetaplah seorang perempuan. Bagas sebisa mungkin tetap bersikap sopan padanya.

Tapi semakin lama, Tyas terasa seperti lintah. Cewek itu selalu menempel padanya hanya untuk bertanya secara terang-terangan tentang Alfan. Ditambah lagi, Tyas selalu mencoba untuk berdekatan dengannya jika Bagas sudah selesai dengan kelasnya. Dengan begitu, cewek itu akan mendapat kesempatan untuk menyapa Alfan kala itu karena Bagas akan selalu dijemput oleh sosok itu setiap hari.

Seharusnya Tyas berpikir tentang kenapa Alfan mengantar-jemput Bagas setiap hari. Seharusnya Tyas tidak bersikap ganjen pada Alfan. Seharusnya Tyas tidak mencoba untuk memiliki apa yang sudah menjadi milik Bagas.

Seharusnya cewek itu sadar bahwa Alfan adalah milik Bagas.

Emosi Bagas memuncak pada hari itu setelah melihat Tyas berusaha mendekati Alfan. Ditambah lagi, Alfan terlihat sangat ramah meladeni cewek itu. Kemudian Bagas menyadari bahwa apa yang ia rasakan adalah perasaan cemburu. Dan semuanya berakhir dengan Bagas yang mengabaikan Alfan hingga esok hari. Ia sebisa mungkin menghindari interaksi yang coba Alfan lakukan padanya.

Bagas merasa kesal, Bagas merasa marah, Bagas merasa sedih. Semua perasaan itu disebabkan oleh Tyas tapi ia tidak menyadari bahwa ia telah melampiaskan semua itu pada Alfan saat akhirnya sosok itu melakukan hal yang sebelumnya telah Bagas lakukan yaitu menghindarinya.

Ternyata tingkah Bagas hanya menyakiti Alfan dan ia merasa terlambat untuk menyadarinya.

Maka dari itu, mulai sekarang Bagas bertekad untuk menahan perasaannya. Ia tidak ingin menyakiti Alfan lagi. Melihat wajah kesakitan milik sosok itu hanya terasa seperti merenggut udara di sekitarnya secara perlahan. Alfan terlalu berharga untuk disakiti. Alfan tidak pantas untuk disakiti.

When Love Happens Pt. 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang